Airbus A400M Jerman Unjuk Gigi di Bali Airshow
Bisa Mendarat di Landasan Pendek dan Berbagai Medan
MANGUPURA, NusaBali - Pesawat militer Airbus A400M milik Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe) berhasil mencuri perhatian pengunjung Bali International Airshow (BIAS) 2024.
Pesawat canggih dengan nomor seri MSN135 ini memamerkan berbagai kemampuan unik di apron sisi selatan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung hingga 21 September 2024 mendatang.
Salah satu keunggulan utama A400M adalah kemampuannya beroperasi di landasan pendek dan tidak beraspal. Berbeda dengan pesawat angkut lainnya yang membutuhkan landasan panjang dan mulus, A400M dilengkapi dengan roda khusus yang memungkinkan pesawat ini mendarat dengan aman di berbagai medan, termasuk pasir, kerikil, dan rumput.
"Khusus untuk rodanya ada 12 di semua sisi (ada 12 roda di kanan kiri) dan bisa memungkinkan pesawat bisa mendarat di landasan yang empuk tidak keras seperti aspal. Pesawat ini bisa membawa dua kali lebih banyak muatan dari C130 di landasan yang sama," ujar Ed Horne, Senior Military Advisor-Air Mobility Product Marketing Military Air Systems ditemui di apron selatan Bandara Ngurah Rai, Kamis (19/9) siang.
Selain kemampuan angkut yang luar biasa, A400M juga dirancang untuk melakukan pengisian bahan bakar di udara. Fitur ini memungkinkan pesawat ini mendukung operasi pesawat tempur dan helikopter dalam jangka waktu yang lebih lama. Bahkan A400M juga dapat menggunakan bahan bakar nabati (Sustainable Aviation Fuel/SAF) yang lebih ramah lingkungan. "Pesawat ini bisa terbang lebih lambat, sehingga helikopter bisa ngejar dan diisi bensinnya," tambah Horne. Kemampuan lain yang tak kalah menarik adalah daya jelajah A400M yang mencapai 470 mil laut. Jarak tempuh yang jauh ini memungkinkan TNI AU untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan atau pasukan ke seluruh wilayah Indonesia dengan cepat dan efisien.
"TNI AU memiliki kemampuan untuk membawa kargo yang sangat besar dan berat dari ujung nusantara ke ujung yang lain. Misalnya untuk keperluan mitigasi bencana,” ujar Horne. Horne menjelaskan jika pesawat ini tidak hanya dapat digunakan untuk misi militer, tetapi juga untuk mendukung operasi kemanusiaan seperti evakuasi bencana dan pengiriman bantuan logistik. Beberapa negara juga dikatakan memiliki pesawat yang sama seperti Inggris, Prancis, Jerman, Belgia, dan Turki. Sementara sebentar lagi Indonesia dan Malaysia juga akan memiliki pesawat yang sama.
"Pesawat ini bisa digunakan untuk mitigasi bencana, transportasi muatan, bawa pasukan," kata Horne. Dalam kesempatan yang sama, Kapten David Luftwaffe berbagi pengalamannya mengenai tantangan dan keunikan dalam mengoperasikan pesawat canggih ini. Salah satu tantangan utama yang dihadapi para pilot adalah memahami sistem komputer penerbangan yang sangat kompleks. "Setelah menguasai sistem penerbangan, maka misi-misi selanjutnya akan lebih mudah dilaksanakan," ujar Kapten David.
Kapten David mengungkapkan kalau kemampuan untuk mengoperasikan pesawat ini tidak serta-merta diberikan, melainkan melalui proses seleksi dan pelatihan yang ketat. Untuk menjadi pilot Airbus A400M, seorang penerbang harus melalui serangkaian proses seleksi yang ketat. Setelah dinyatakan lolos, calon pilot akan menjalani pelatihan khusus untuk mengoperasikan pesawat ini. “Perjalanan kariernya lebih bikin aplikasi ke angkatan udaranya, lalu angkatan udara yang memberikan penilaian," tambahnya.
Ed Horne, Senior Military Advisor-Air Mobility Product Marketing Military Air Systems. –IST
Meskipun berukuran besar dan memiliki kemampuan multifungsi, Airbus A400M kata David hanya membutuhkan kru yang relatif sedikit untuk dioperasikan. Minimum kru yang mengoperasikan ini jumlahnya dua orang pilot dan satu loadmaster. Loadmaster, lanjut dia, bertugas mengelola muatan dan memastikan keamanan selama penerbangan. Sementara, salah satu keunggulan Airbus A400M adalah penggunaan material komposit dan karbon fiber yang membuatnya ringan namun kuat.
“Material komposit dan karbon fiber memungkinkan Airbus untuk membangun pesawatnya seperti ini," kata Kapten David. Selain itu, desain kokpit Airbus A400M juga sangat ergonomis dan memiliki kemiripan dengan kokpit pesawat sipil Airbus A380. Airbus A400M merupakan hasil sinergi antara teknologi pesawat sipil dan militer. Kombinasi ini menghasilkan pesawat angkut militer yang canggih, efisien, dan mampu memenuhi berbagai kebutuhan operasional. “Banyak sekali keahlian dan kemampuan dari lini bisnis pesawat sipil dan helikopter lalu digabungkan dengan apa yang dibutuhkan oleh teman militer," pungkasnya. 7 ol3
1
Komentar