Sentuhan Warna Merah Bikin Penjor Terasa Mewah
DENPASAR, NusaBali.com – Menjelang Hari Raya Galungan yang jatuh pada 25 September 2024, usaha pembuatan penjor semakin ramai, meskipun di tengah naiknya harga bahan baku.
Salah satu pengusaha penjor yang terus berkembang adalah Ketut Putra Ambara, yang telah menekuni usaha ini sejak 2015. Meskipun sempat vakum karena berbagai kendala, Ketut kembali menekuni dunia perpenjoran sejak 2022 dan fokus pada dekorasi, termasuk penjor Galungan.
"Saya mulai merintis usaha ini sejak masih muda, namun sempat vakum beberapa kali. Pada tahun 2018 saya berhenti karena menikah, kemudian pada 2019 karena anak saya sakit, dan tahun 2020 karena pandemi COVID-19," jelasnya.
Baru pada 2022 Ketut mulai fokus kembali menjalankan bisnis penjor, terutama setelah keterlibatannya dalam membuat penjor untuk acara G20 yang berlangsung di Bali. "Setelah kegiatan G20, saya mulai coba lagi menjual penjor, dan pada bulan Mei lalu, saya juga membuat penjor untuk acara WWF,” ungkapnya.
Ketut Putra Ambara, yang juga menjabat sebagai Kepala Lingkungan (Kaling) di Banjar Dangin Tangluk, Kesiman, menyebutkan bahwa menjelang Galungan kali ini, ia menyiapkan sekitar 80 penjor. "Modal untuk pembuatan penjor sekarang sekitar Rp 11 juta, karena harga bahan-bahan seperti ental, padi, dan bambu cukup mahal. Namun, saya tetap fokus menghadirkan penjor berkualitas," ungkapnya.
Selain melayani konsumen di Denpasar, usaha penjor Ketut juga meluas ke wilayah terdekat seperti Batubulan dan Ketewel. Penjor yang ia jual memiliki tinggi sekitar 7 meter, dengan harga bervariasi antara Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu, tergantung pada ukuran dan detail dekorasi.
Salah satu elemen unik yang ditawarkan Ketut dalam penjor buatannya adalah penggunaan warna merah. "Warna merah pada penjor Galungan yang kami jual bukan sekadar ikut-ikutan atau tren. Saya memilih warna merah karena memberikan kesan mewah, terutama saat dipadukan dengan hiasan ental berwarna putih. Warna ini membuat penjor terlihat lebih menonjol dan menyala," jelasnya.
Ketut menekuni seni perpenjoran sejak masih menjadi anggota Sekaa Teruna Teruni (STT) di banjarnya, di mana ia dipercaya membuat penjor untuk acara Pengerebongan. Dari situ, kecintaannya pada seni penjor dan dekorasi terus berkembang, hingga akhirnya menjadi usaha yang ia jalankan sampai sekarang.
Ketut berharap perayaan Hari Raya Galungan kali ini berjalan lancar dan penuh makna, tanpa mengurangi nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam tradisi tersebut. "Saya juga berharap harga bahan baku bisa kembali normal agar usaha kami, khususnya dalam seni penjor, tetap bisa bertahan dan berkembang," tutupnya penuh harapan.
Dengan sentuhan seni dan warna merah yang mewah, penjor buatan Ketut Putra Ambara tak hanya mempercantik suasana perayaan Galungan, tetapi juga menjadi simbol kreativitas dan semangat anak muda dalam melestarikan tradisi Bali. *m03
1
Komentar