Usaha Dodol Kebanjiran Order Hingga 8 Ton
SINGARAJA, NusaBali - Pengusaha dodol di Buleleng sedang kebanjiran order untuk hari raya Galungan dan Kuningan.
Bahkan produk dengan brand dodol B.U Singaraja menerima pemesanan untuk hari raya sebanyak 8 ton lebih.
Owner dodol B.U Singaraja Luh Suastiti, mengatakan permintaan dodol sebagai panganan tradisional Bali, sebagai pelengkap sarana upacara berkembang pesat sejak satu setengah tahun terakhir. Dia yang sudah menggeluti usaha dodol sejak tahun 2006 ini memakai sentuhan digital dalam proses pemasaran.
Adaptasi pemasaran di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini dipaksa saat Pandemi Covid-19. Suastiti pengusaha dodol kelahiran Desa Penglatan ini, yang sebelumnya mengandalkan pemasaran konvensional. Hadir langsung di pasar murah dari kabupaten ke kabupaten di Bali jelang hari raya.
“Sebelum Covid-19, biasanya kami ikut pasar murah di Lumintang dan pasar oleh-oleh. Saat covid semuanya terputus. Sehingga masuk ke pemasaran marketplace dan online lewat reseller ternyata lebih efektif. Sejak 1,5 tahun penjualan terus meningkat, dari 5 ton, terus Galungan 6 bulan lalu 7 ton, sekarang Galungan-Kuningan sudah masuk 8 ton,” terang Suastiti.
Dia menyebut untuk menjalankan usaha dengan pola kekinian dia dibantu anak dan menantunya. Terutama dalam manajemen pemasaran digital. Suastiti yang sudah berumur mengaku tidak paham cara mengoperasikan sistem pemasaran digital. Masing-masing tugas pun diaturnya bersama keluarga kecilnya. Suastiti dan suaminya bertanggungjawab di produksi. Sedangkan anak dan menantunya bertugas di pemasaran digital.
Dengan pemanfaatan digitalisasi, selain efektif di pemasaran, juga efektif dalam manajemen usaha. Sebab sistem digital yang dijalankan tidak hanya pemasaran, digitalisasi tetapi juga dalam memonitoring produksi, stok, tenaga kerja, pesanan melalui toko online, hingga memprediksi jumlah produksi yang disiapkan.
Sistem digital yang digunakan pun membantu memudahkan kinerja dalam manajemen tenaga kerja. Misalnya untuk membayar karyawan, cukup dengan membuka aplikasi. Dalam aplikasi sudah ada data nama karyawan, jumlah dan ongkos yang harus dibayarkan.
Suastiti menyebut saat ini usaha keluarga ini mulai berbenah dan fokus di produksi jumlah massal. “Saat ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kalau tantangan mungkin di modal ya karena jumlah produksinya banyak, sedangkan kelemahannya ada di harga. Kami tidak bisa menjual dengan harga tinggi di lain sisi kualitasnya harus tetap terjaga,” ungkap Luh Suastiti.7 k23
1
Komentar