Pemprov Bali Tambah Akomodasi Tersertifikasi Siaga Bencana
DENPASAR, NusaBali - Pemerintah Provinsi Bali menyerahkan Sertifikat Kesiapsiagaan Bencana kepada 19 hotel di Bali, Jumat (27/9), bertempat di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala, Denpasar. Dari 19 sertifikat yang diserahkan, 7 di antaranya merupakan sertifikat baru. Sementara 12 sisanya merupakan resertifikasi.
Kepala Pelaksana BPBD Bali I Made Rentin, menyebut saat ini sudah ada 106 akomodasi tersertifikasi. “Ada 106 total keseluruhan dari 498 hotel berbintang, fokus pertama kami hotel berbintang. Kami punya target Mei 2026 tidak kurang dari 50 persen hotel di Bali sudah sertifikasi,” ujar Rentin.
Rentin mengatakan Pemprov Bali mendorong agar seluruh akomodasi pariwisata memperhatikan kesiapsiagaan bencana, khususnya hotel berbintang.
“Itu karena sering menjadi tempat kegiatan bertaraf internasional, termasuk rakor-rakor nasional dilaksanakan di Bali bertempat di hotel-hotel tersebut, kami fokus ke hotel ini,” ucap Rentin.
Meskipun tujuh hotel tambahan tersebut telah tersertifikasi, BPBD Bali memberi sejumlah catatan seperti pemasangan rambu jalur evakuasi yang kurang, pewarnaan rambu, serta jumlah personel pengamanan.
“Secara akses pandangan wisatawan terhadap rambu belum cukup lengkap, dan dari sisi pewarnaan karena ada peraturan Kepala BNPB yang terbaru, dulu berwarna hijau sekarang diharapkan berwarna biru salah satunya,” ujarnya.
“Kedua dari sisi jumlah personel pengamanan harus ada perbandingan ideal antara kapasitas hotel dengan jumlah personel dari sisi pengamanan,” imbuhnya.
Terdapat tiga hotel yang mendapat catatan, namun pihak hotel telah membuat surat pernyataan dalam waktu maksimal 1,5 tahun melengkapi personel agar ideal dengan kapasitas akomodasi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra menambahkan bahwa kesiapsiagaan bencana tidak hanya tanggung jawab pemerintah maupun aparat, namun semua orang.
Apalagi, kata dia, Bali memiliki potensi kebencanaan dan salah satu sektor penopang ekonominya adalah pariwisata, sehingga ketika terjadi bencana yang memberi dampak ke wisatawan akan mengganggu pariwisata itu sendiri.
“Teman-teman industri pariwisata yang sebagian besar akomodasinya ada di pinggir pantai harus memiliki kesiapsiagaan yang baik, karena dengan kesiapsiagaan yang baik seperti pengetahuannya baik, struktur fisiknya baik, peralatan-peralatan evakuasinya baik, kemudian logistiknya untuk menghadapi bencana cukup, maka risiko dari bencana gempa dan tsunami bisa kita perkecil,” kata Sekda Dewa Indra. 7 a, ant
Komentar