nusabali

Kampus Terbuka Paslon di Pilkada Sampaikan Visi-Misi

  • www.nusabali.com-kampus-terbuka-paslon-di-pilkada-sampaikan-visi-misi

DENPASAR, NusaBali - Kampanye politik di lingkungan kampus selalu menjadi topik yang memancing diskusi, apalagi saat Pilkada serentak 2024, termasuk Pilgub Bali dan Pilkada kabupaten/kota di Bali yang semakin dekat.

Rektor Universitas Dwijendra (Undwi) Denpasar Prof Dr Ir Gede Sedana MSc MMA dan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Ngurah Rai (UNR) Denpasar Dr Gede Wirata SSos SH MAP, memandang kampus bukan sekadar tempat belajar akademik, tetapi juga wadah yang ideal bagi calon pemimpin untuk menguji visi dan misi kandidat di Pilkada di hadapan mahasiswa dan akademisi.

"Saya selaku akademisi selaku rektor juga, berpendapat sebenarnya kampanye di kampus itu sangat dibolehkan, ini bisa jadi wadah edukasi politik yang penting. Kampus bisa menjadi ruang dialog, di mana pasangan calon (Paslon) bisa memaparkan visi, dan mahasiswa serta akademisi punya kesempatan untuk mengkritisi," ungkap Prof Sedana saat ditemui di ruang kerjanya lantai III Jalan Kamboja No 17, Dangin Puri Kangin, Denpasar, Rabu (2/10).

Menurut Prof Sedana, kampus adalah tempat yang ideal untuk mengadakan uji publik atau membuka dialog kritis dan mendalam. "Mahasiswa itu kritis, dosen punya basis data dan teori. Ini kombinasi sempurna untuk menguji gagasan paslon. Tapi, tentu harus ada aturan mainnya. Misalnya tidak boleh ada atribut politik dan tetap dalam pengawasan antara penyelenggara misalnya dari kampus dan KPU," tegasnya.

Lebih lanjut, dia menyarankan agar uji publik yang digelar di kampus memiliki tema spesifik. Misalnya, Universitas Dwijendra yang berada di bawah Yayasan Dwijendra memiliki visi budaya. Oleh karena itu, jika kampanye dilakukan di kampus tersebut, topik budaya sebaiknya menjadi fokus utama diskusi. “Saya menginginkan uji publik atau debat yang diselenggarakan di kampus itu temanya yang spesifik, jadi tidak ada lagi tema umum. Boleh Paslon ini menyampaikan visinya jelas, misinya banyak, tetapi tetap ada satu topik/tema yang memang di bahas,” katanya.

"Kami di Universitas Dwijendra sangat fokus pada budaya, terutama budaya Bali. Jadi, jika ada uji publik di sini, saya ingin agar topiknya berkaitan dengan budaya," tambahnya. Selain itu, kampanye di kampus ini juga selaras dengan kewajiban kampus sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Menurutnya, kegiatan kampanye di kampus dapat dijadikan sarana untuk memberikan pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat khususnya pada pendidikan politik kepada mahasiswa dan masyarakat.

Meskipun hingga saat ini belum ada pasangan calon yang secara resmi mengajukan permohonan untuk berkampanye di Universitas Dwijendra, Prof Sedana menegaskan kampusnya selalu terbuka untuk kegiatan tersebut. Ia berharap kampanye di kampus dapat dikemas dalam bentuk uji publik yang tidak terlalu formal, namun tetap terarah dan fokus pada topik yang relevan. Senada dengan Prof Sedana, Gede Wirata menyatakan dukungannya terhadap rencana kampanye pasangan calon (paslon) di lingkungan kampus, asalkan membawa visi dan misi yang jelas. 

Menurutnya, kampus merupakan ruang intelektual di mana dialog kritis dapat berlangsung, memberikan peluang bagi mahasiswa dan akademisi untuk mengevaluasi visi para calon pemimpin. “Kami dari pihak kampus tidak melarang paslon untuk berkampanye di kampus, sepanjang aturan mainnya ada dan dipatuhi. Kampus adalah tempat netral, kami tidak akan pilih kasih terhadap salah satu paslon. Semua harus datang dengan visi dan misi yang jelas, bukan dengan janji kosong,” tegas Gede Wirata ditemui di ruang kerjanya Jalan Kampus Ngurah Rai No 30, Penatih, Denpasar Timur, Rabu kemarin.

Wakil Rektor III Universitas Ngurah Rai, Dr Gede Wirata. –ADI PUTRA 

Dia menekankan pentingnya format dialog dibandingkan seminar atau kuliah umum. Dialog memberi kesempatan lebih luas untuk mengeksplorasi ide-ide paslon. “Dialog memungkinkan kita mengetahui apa yang benar-benar ada di benak paslon. Bukan sekadar janji manis, tapi bagaimana mereka merespons pertanyaan kritis dari mahasiswa dan akademisi,” ujarnya.

Terkait tema kampanye Gede Wirata menekankan bahwa kampus tidak perlu menetapkan tema tertentu. “Kalau untuk tema spesifik atau kasus tidak perlu, karena ini kan tergantung dari visi dan misi yang bersangkutan, artinya tergantung dari paslon itu sendiri, kalau ada paslon mau datang ke kampus ini kami tidak akan memasang temanya harus seperti ini gitu,” ujarnya. 7 cr79

Komentar