Cok Ace Sambut Hangat Mulia-PAS di Puri Saren Agung Ubud, Titip Pesan Jaga Budaya Bali
GIANYAR, NusaBali.com – Suasana penuh kekeluargaan menyelimuti pertemuan antara Made Muliawan Arya (De Gadjah) dan Putu Agus Suradnyana (PAS), dengan keluarga besar Puri Saren Agung Ubud, Gianyar, Jumat (4/10/2024) siang.
Pasangan yang akan berkontestasi pada Pilkada Bali tanggal 27 November 2024 ini memohon doa restu, terkhusus kepada Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, atau akrab disapa Cok Ace, Wakil Gubernur Bali periode 2018-2023.
Dalam pertemuan yang berlangsung di saren tengah Puri Saren Agung, De Gadjah dan Agus Suradnyana disambut hangat dengan hidangan khas Gianyar. Pertemuan tersebut tidak hanya berfokus pada percakapan politik, namun juga diwarnai dengan tawa lepas yang menggambarkan keakraban di antara mereka.
Tampak hadir juga Tjokorda Gde Putra Sukawati, kakak Cok Ace, dan Prof Tjokorda Gde Raka Sukawati, adik Cok Ace, dalam pertemuan yang penuh nuansa kekeluargaan ini. Cok Ace, yang juga merupakan Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali serta Konsul Kehormatan Malaysia untuk Bali, menitipkan pesan penting kepada Mulia-PAS untuk menjaga kelestarian budaya Bali yang bernafaskan agama Hindu.
Cok Ace menyambut kedatangan pasangan ini di Puri Saren Agung dalam suasana yang bertepatan dengan Hari Raya Kuningan. "Mampir ke Puri dalam kaitan Hari Raya Kuningan, kami dengan senang hati menerima. Astungkara, mau mampir. Semoga memberi keteduhan masyarakat Bali secara keseluruhan," ungkap Cok Ace.
Sambutan tuan rumah pun diapresiasi oleh De Gadjah. "Sangat hangat dan luar biasa, seperti keluarga. Kami makan di dapur, selayaknya keluarga besar. Ini artinya, kami direstui oleh alam dan juga oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa," ungkap De Gadjah.
Calon gubernur berusia 43 tahun ini memaknai pertemuan tersebut sebagai sebuah komunikasi dari hati ke hati, layaknya hubungan seorang ayah dengan anaknya. "Itu artinya persaudaraan yang tanpa drama. Jadi bisa tertawa lepas," tambahnya.
Senada dengan De Gadjah, Putu Agus Suradnyana menyatakan rasa terima kasihnya atas sambutan hangat di Puri Saren Agung. "Cok Ace adalah dosen saya di Teknik Arsitektur Universitas Udayana dulu. Beliau menitipkan pesan tentang bagaimana mempertahankan budaya dengan konsep Tri Hita Karana—parahyangan, pawongan, dan palemahan. Beliau sangat luar biasa, memberikan contoh bagaimana ke depan permasalahan di Ubud, seperti kemacetan dan persoalan sosial lainnya, bisa diselesaikan tanpa mengorbankan nilai-nilai budaya," urai Putu Agus Suradnyana.
Ketika ditanya mengenai dukungan Puri Ubud dalam Pilkada mendatang, Cok Ace menjelaskan bahwa terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang calon pemimpin. "Tadi telah saya sampaikan kriteria tersebut. Astungkara, apabila Pak De (Made Muliawan Arya, red) bisa memenuhi kriteria tersebut, maka Pak De akan menjadi pusat perhatian saya dan teman-teman," ungkap Cok Ace.
Menurut Cok Ace, kriteria pemimpin ideal adalah mereka yang mampu memberikan kesejahteraan bagi Bali ke depan. "Bali sebagai Pulau Dewata, Pulau Tenget, yang diperlukan adalah moralitas. Intelektualitas, keterkenalan, dan elektabilitas memang perlu, tapi di atas itu semua adalah moralitas yang tinggi," tegasnya.
Sementara itu masukan progresif dari Cok Ace mengenai tata ruang dan kelestarian budaya menjadi hal yang diakomodasi dalam visi-misi Mulia-PAS. "Tata ruang sangat penting bagi keberlanjutan Bali. Kami akan menjaga tata ruang ini berdasarkan konsep-konsep yang diwariskan para pendahulu kita, khususnya Tri Hita Karana," tegas Agus Suradnyana.
Pertemuan ini menegaskan komitmen pasangan Mulia-PAS untuk menjaga kebudayaan dan keharmonisan Bali di tengah perkembangan zaman. Restu dari tokoh sepuh seperti Cok Ace memberikan kekuatan moral untuk melangkah ke depan, mewujudkan Bali yang lebih baik dan tetap berakar pada nilai-nilai luhur budaya.
1
Komentar