Tawur Balik Sumpah, Mlaspas, dan Mendem Pedagingan di Pura Dalem Tugu Gelgel Klungkung
Pura Dalem Tugu Gelgel Klungkung
Karya Agung Mamungkah
Ngenteg Linggih
Mapeselang
Padudusan Agung
Prof Dr I Ketut Mertha, SH., MHum
SEMARAPURA, NusaBali - Bertempat di Pura Dalem Tugu Gelgel Klungkung, Senin (7/10), dilaksanakan upacara Tawur Balik Sumpah, Mlaspas, Mendem Pedagingan dan Karya Pengingkup. Ritual ini terkait dengan akan dilaksanakannya Karya Agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Mapeselang dan Padudusan Agung di Pura tersebut pada 15 Oktober 2024 mendatang.
Ketua Umum Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubon Tubuh Kutawaringin, Prof Dr I Ketut Mertha, SH., MHum, didampingi Prof Dr. Drs I Nengah Sudipa, MSi dan Dr I Wayan Gede Rumega, SH., MH, menerangkan, Karya Agung Pamungkah, Pangenteg Linggih, dan Mapeselang sebelumnya dilaksanakan lebih dari 25 tahun silam, tepatnya pada 29 Juni 1999.
Prof Ketut Mertha mengatakan, menurut dresta, karya sejenis mesti dilaksanakan lagi setelah 25-30 tahun berlalu. Selain itu, karya agung tersebut dilakukan karena telah rampungnya pemugaran beberapa palinggih, perluasan areal Pura menjadi tri mandala, dan dilengkapi dengan Kori Agung. Sebelumnya telah diadakan Upacara Mecaru Amanca, mlaspas dan Ngingkup Pertiwi pada 1 Januari 2018 lalu
Setelah perluasan area Pura, nampak jajar palinggih dan beberapa bangunan di Utamaning Mandala kurang serasi dengan palemahan yang ada, maka diadakan restorasi, yaitu menyesuaikan kedudukan palinggih dengan pelataran yang luas dengan mengangkat dan menggeser semua bangunan di Utamaning mandala. Upacara Mlaspas, Mcaru Ngresigana dilaksanakan pada 22 Desember 2022.
Menurut Prof Ketut Mertha, semua itu adalah hal yang melatarbelakangi digelarnya Karya Agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Mapeselang dan Padudusan Agung di Pura tersebut pada 15 Oktober 2024 mendatang. Lebih lanjut, dia mengatakan, Karya Agung ini diharapkan berimplikasi pada ekosistem pewarisan generasi secara berkesinambungan, dengan membentuk organisasi GEMA, generasi milenial yang diisi oleh para yowana sebagai generasi penerus.
Anggota Yowana ini dilibatkan secara penuh dan aktif dalam kegiatan sejak persiapan Karya. Selain itu, implikasi lainnya adalah, dengan digelarnya Karya Agung ini dapat merajut persaudaraan dengan keluarga pinisepuh pendiri Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin (PPSAKK) sehingga jasa para penglingsir tidak terputus, dengan menghadirkan mereka di saat Karya Agung.
Selanjutnya, dalam momen Karya Agung ini, tambah Prof Ketut Mertha, kekerabatan dengan para pengurus secara lintas soroh dapat terjalin sehingga bisa bisa terjadi saling sharing, saling mengisi demi terwujudnya organisasi pasemetonan yang efektif, efisien dan berdaya guna.
Maka diundang semua pengurus organisasi pasemetonan yang berasal dari pendamping "pangabih" Ki Patih Gajah Mada ke Bali tahun 1343. Para Pengabih terdiri atas tujuh Arya disebut Sapta Arya. Keenam Pengurus organisasi Para Arya itu adalah Arya Dhamar, Arya Sentong, Arya Kenceng, Arya Belog, Arya Kanuruhan Singasardhula, dan Arya Panghalasan.
Prof Ketut Mertha mengatakan, persiapan Karya Agung ini sudah dimulai sejak tahun 2020 atau sekitar empat tahun lalu melalui beberapa kali pesamuhan, sosialisasi ke masing-masing dadya di kabupaten seluruh Bali, Nusa Penida dan Nusantara. Untuk kenyamanan pemedek, pecalang profesional akan membantu kelancaran Karya Agung dan telah dibangun kantong parkir seluas 13,4 are di selatan Pura Dalem Tugu. 7 rez
1
Komentar