Deflasi 5 Bulan Beturut-turut, Kemendag Sebut Pengaruh Daya Beli-PHK
JAKARTA, NusaBali - Indonesia mengalami deflasi selama 5 bulan berturut. Pada September ini, deflasi tercatat 0,12%.
Kementerian Perdagangan mengakui deflasi tersebut memang merupakan pengaruh dari tingkat daya beli masyarakat. Apalagi menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Moga Simatupang saat ini banyak acara besar yang menurun.
"Terkait dengan daya beli maksudnya pengaruh ke deflasi ya karena memang kan event besar sekarang lagi menurun ya," kata dia ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, seperti dilansir detikcom, Senin (7/10).
Moga mengatakan pengaruh dari daya beli masyarakat juga terpengaruh dari efek pasar global yang masih dilanda konflik. Akibatnya ada penurunan ekspor juga di beberapa produk karena permintaannya juga turun.
Penurunan daya beli masyarakat sendiri juga disebabkan oleh industri yang tengah babak belur hingga menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Dengan demikian industri ini kan agak berkurang produksinya. Dampaknya ada beberapa terjadi PHK atau pengurangan jam kerja sehingga berdampak ke daya beli seperti itu," ucap dia.
Moga berharap daya beli masyarakat bisa kembali bergairah saat momen pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan momen natal dan tahun baru (Nataru). "Kita berharap besok Pilkada dan juga Nataru akan normal kembali," lanjutnya.
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) khawatir ada penurunan daya beli masyarakat di balik deflasi yang dialami Indonesia selama lima bulan berturut-turut. Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani menyebut deflasi memang menjadi tanda baik dari penurunan harga pangan yang belakangan mengerek inflasi.
Namun, kontribusi daya beli masyarakat juga menjadi kunci utama dari pertumbuhan perekonomian Indonesia. Dia khawatir penurunan daya beli masyarakat akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi.
"Kalau inflasi sangat terjaga kan, kalau kita lihat deflasi pangan. Cuma bagaimana pengaruhnya ke daya beli masyarakat, karena konsumsi kita sudah liat bahwa pasar domestik menjadi kunci utama di ekonomi kita," ungkap dia ditemui di Menara Kadin Indonesia, Jakarta Selatan, Rabu (2/10/2024).
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi pada September 2024 kembali terjadi deflasi sebesar 0,12% secara bulanan. Secara rinci terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024.
Ini merupakan deflasi berturut-turut dalam 5 bulan terakhir. BPS juga mencatat secara year on year terjadi inflasi 1,84% dan secara year to date inflasi nasional mencapai 0,74%.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, BPS mencatat beberapa peristiwa, pertama harga BBM non subsidi mengalami penurunan pada bulan September 2024.
"Penurunan harga BBM di September 2024 setelah bulan lalu mengalami kenaikan harga," tuturnya di kantor BPS Pusat, Jakarta, Selasa (1/10). 7
1
Komentar