Tempuh Perjalanan Separuh Bumi demi Perkuat Timnas
Maarten Paes: Nenek Selalu Mengajari Saya Budaya Indonesia
MANAMA, NuaBali - Kiper Timnas Indonesia, Maarten Paes (26 tahun) menempuh perjalanan hampir separuh lingkaran bumi untuk impian tampil di Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Ya, kiper FC Dallas AS itu mengelilingi hampir separuh bumi, dengan terbang 20 jam lebih dari Portland (AS) menuju negara Timur Tengah, yakni Bahrain.
Paes memulai perjalanan dari Dallas menuju Portland. Lalu dari Portland harus transit terlebih di Dubai sebelum mendarat di Manama. Kehadiran Maarten Paes membuat lega pendukung Timnas Indonesia. Mantan kiper FC Utrecht tersebut diharapkan kembali tampil bagus saat menghadapi tuan rumah Bahrain, Kamis (10/10) malam ini.
Selama lebih dari 20 jam menjalani penerbangan, Maarten Paes melakukan banyak kegiatan. Hal itu dilakukan untuk mengusir rasa bosan. Melalui Instagram, kiper Timnas itu membagikan momen menyaksikan pertandingan Monday Night Football di pesawat. Selain itu, juga membagikan momen memakai sepatu spesial. Sepatu yang dikenakan Paes berwarna merah dan putih.
Maarten Paes sendiri mengakui dapat membawa tim Garuda bermain di Piala Dunia 2026 adalah bagai mimpi paling indah baginya. Hal itulah yang berusaha dicapai usai membawa Indonesia meraih dua poin penting dalam dua laga pembuka melawan Arab Saudi dan Australia dalam putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
“Saya pikir ini mimpi yang indah. Kami harus memiliki tujuan besar, untuk meraih bintang," kata Maarten Paes.
"Bagi saya, Piala Dunia 2026 di AS akan menjadi lebih istimewa, setelah tinggal di sini dan melihat bagaimana liga dan popularitas liga. Sepak bola sedang berkembang di Indonesia,” kata Paes.
Dengan skuad pilihan STY saat ini yang banyak diisi pemain muda, Maarten sangat yakin potensi bermain di Piala Dunia sangat mungkin terjadi. Apalagi, Asia mendapatkan tambahan jatah perwakilan di Piala Dunia dari semula 4,5 wakil menjadi 8,5.
Lebih lanjut, Maarten lalu bercerita pengalamannya bermain di hadapan sekitar 80 ribu penonton di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta saat melawan Australia. Menurutnya, para suporter memberikan banyak energi sehingga tidak sulit memberikan segalanya
Lebih jauh Maarten Paes menceritakan, neneknya berperan penting dalam mengenalkan budaya Indonesia kepadanya. Neneknya yang lahir pada 20 Maret 1940 di Pare, Kediri, Jawa Timur, banyak mengajarkan tentang budaya Indonesia sebelum dirinya sah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada akhir April lalu.
"Hubungan dengan Indonesia datang melalui nenek saya. Dia orang yang sangat spesial dalam hidup saya. Nenek saya selalu mengajari saya tentang budaya Indonesia. Kakek dan nenek saya orangtua baptis saya," jelas Maarten, saat membahas asal usulnya di Indonesia dalam wawancara eksklusif dengan FIFA, dikutip Selasa.
Maarten pun menceritakan kesedihannya setelah neneknya tak bisa melihatnya mengenakan seragam Merah Putih. Dia bercerita neneknya meninggal pada awal tahun 2024 ini karena kondisi kesehatannya yang menurun drastis saat dirinya mulai dihubungi PSSI akhir tahun lalu. Dan ketika kabar tawaran menjadi WNI datang, itu membuat neneknya tersenyum untuk yang terakhir kalinya.
“Itu salah satu kenangan terakhir kami bersama. Pada akhirnya, itu keputusan yang mudah. Dia meninggal awal tahun ini sehingga dia tidak bisa melihat debut saya,” kata kiper kelahiran Nijmegen itu.
Kini, Maarten telah memiliki dua caps bersama tim Garuda dengan penampilan mengesankan saat melawan Arab Saudi dan Australia. Satu di antaranya menepis tendangan penalti saat lawan Arab Saudi.
Dua laga itu, kata Maarten, dilalui dengan tanpa adanya hambatan berarti. Dia hanya menyebut waktu terbang dari AS, negara tempat dia berkarier bersama FC Dallas, dan perbedaan waktu menjadi hambatan adaptasinya selama ini. Namun, dia mengatakan dalam beberapa bulan ke depan semuanya akan berjalan mudah. ant
1
Komentar