Unik! Perumahan di Desa Sedang, Abiansemal Menyimpan Lokasi Melukat nan Magis
Ada Panunggun Karang, Ular Hitam-Kuning Muncul Jelang Hari-Hari Suci
Terdapat tiga palinggih di dalam areal Pura Taman Beji. Namun awalnya hanya ada dua palinggih yaitu padmasana sebagai palinggih umum, penghormatan kepada Ida Ratu Niang Sakti dan Ida Dukuh Sakti. Kemudian ada palinggih sumur untuk penghormatan Ida Bhatari Danu / Dewi Gangga.
Lantas, ada satu palinggih yang didirikan belakangan yaitu palinggih penghormatan kepada Ida Ratu Gede Panunggun Karang. Kata Mangku Sandra, sebelum palinggih ini didirikan, pamedek kerap tidak khusyuk saat sembahyang akibat mendengar suara seperti ada orang berlari di sekitar mereka.
"Setelah didirikan palinggih Ida Ratu Gede, pangijeng karang (penunggu tempat), tidak ada lagi godaan seperti itu saat sembahyang. Mapag rarahinan (jelang hari-hari suci), Duenida (kepunyaan Beliau) berupa ular belang hitam-kuning muncul dari pohon sirih di sini," tutur pamangku asal Desa Delod Berawah, Mendoyo, Jembrana ini.
Lantaran memiliki mata air, Pura Taman Beji jadi lokasi melukat. Karena khasiatnya dirasakan pamedek (umat), pura yang secara niskala memiliki hubungan semacam murid dan guru dengan Pura Dalem Solo ini dikenal juga sebagai lokasi matamba. Selain itu, juga untuk memohon keberhasilan dalam karier.
Celetuk warga setempat mengungkap, Pura Taman Beji ini disebut sudah 'menghasilkan banyak polisi'. Meskipun, hal ini dikembalikan lagi ke keyakinan masing-masing pamedek yang tangkil (berkunjung). Terkabulkan atau tidaknya doa pamedek bisa dilihat dari kembali atau tidaknya pamedek itu.
Kala memohon, pamedek masesangi (bernazar) misal berderma kelengkapan dan kebutuhan pura jika permohonan dikabulkan. Ketika pamedek kembali lagi dan mendermakan sesuatu, tandanya doa mereka dikabulkan. "Wastra dan tedung ini semua punia (derma) pamedek," kata Mangku Sandra.
Hanya Pamangku yang Boleh Menimba Sumber Air
Kata Mangku Sandra, tirta panglukatan diambil langsung dari sumber mata air yang kini sudah ditata seperti sumur. Sebagaimana sumur, air dari mata air ditimba menggunakan ember terikat tali namun tanpa katrol.
"Hanya pamangku yang boleh menimba air air sumur ini. Pernah ada warga yang menimba siang-siang dan saya juga tidak diberi tahu. Malamnya, katanya, dia dicari orang besar-besar. Sejak saat itu, hanya pamangku saja yang boleh menimba," beber pamangku umur kepala tujuh dengan dua putra ini.
Di luar kesaksian ini, Mangku Sandra menjelaskan bahwa proses menimba itu tidak sekadar mengambil air dari sumur. Saat menimba menggunakan ember bertali itu, di alam niskala, pamangku tampak menimba air di mana talinya itu sendiri berwujud ular.
Ular adalah salah satu perwujudan ancangan (abdi) Ida Bhatara-Bhatari di Pura Taman Beji. Bentuk abdi lainnya yang disebut Mangku Sandra adalah berwujud macan.
Komentar