Masalah Over Kapasitas Masih Bayangi Lapas Singaraja
SINGARAJA, NusaBali - Permasalahan over kapasitas hunian atau overcapacity nampaknya masih membayangi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Singaraja.
Saat ini Lapas Singaraja menampung 320 orang warga binaan dan tahanan per Kamis (17/0). Jumlah tersebut melebihi kapasitas yang seharusnya hanya diisi 100 orang.
Kepala Lapas Kelas IIB Singaraja, I Gusti Lanang Agus Cahyana Putra menyebutkan, masalah overkapasitas warga binaan di Lapas ini bisa memicu timbulnya permasalahan lainnya. Ia mencontohkan, keterbatasan ruang gerak di kamar blok bisa memicu kesalahpahaman hingga gesekan antar warga binaan.
“Dengan isi penghuninya tiga kali dari kapasitas, sedikit saja bisa terjadi gesekan. Over kapasitas ini tentu dapat mempengaruhi perilaku dan masalah dalam Lapas. Sebab jumlah orang dalam bangunan ini (Lapas Singaraja) meningkat,” ujarnya, Kamis di kantornya.
Ia mengungkapkan, Lapas Singaraja tidak hanya dihuni narapidana yang sedang menjalani masa pidananya. Namun juga titipan tahanan kasus dari Polres Buleleng dan Kejaksaan Negeri (Kejari) Buleleng. “Jumlahnya ini bisa terus bertambah, karena tidak mungkin kami menolak,” imbuh dia.
Untuk mengatasi masalah over kapasitas ini, pihaknya melakukan sejumlah upaya. Salah satu upayanya adalah dengan menambah tempat tidur bertingkat di sel tahanan. Ini sebagai upaya menyiasati penuhnya kamar sel, juga untuk menjamin mereka tetap mendapatkan fasilitas tidur yang layak.
“Kami juga berusaha mempercepat proses pembebasan bersyarat dan cuti bersyarat bagi mereka yang sudah memenuhi syarat. Tentu saja Ini diharapkan dapat mengurangi isi warga binaan akibat over kapasitas,” ungkapnya.
Strategi lainnya adalah dengan pemindahan narapidana kasus narkotika yang ada di Lapas Singaraja ke Lapas Narkotika Bangli. Namun, solusi tersebut dinilai kurang ideal lantaran jarak dapat menghambat proses rehabilitasi narapidana.
Sebab warga binaan Lapas Singaraja yang mayoritas diisi masyarakat Buleleng, penting dalam proses rehabilitasi selama menjalani masa hukuman, dapat intens bertemu dengan keluarga. “Kalau kami jauhkan narapidana dari keluarga, program pembinaan melalui komunikasi dengan keluarga akan terganggu,” lanjut dia.
Di sisi lain, meski keadaan Lapas Singaraja over kapasitas, pihaknya tetap menjamin kebutuhan dasar utama warga binaan berupa makanan hingga kesehatan. Kata Gusti Lanang, anggaran makan tidak terpengaruh dengan jumlah narapidana yang ada. Sebab telah disediakan oleh pemerintah dengan hitungan per warga binaan.
Tak hanya itu, di dalam lembaga pemasyarakatan yang berada di Jalan Veteran itu, juga disediakan klinik pratama. Jadi setiap narapidana yang sakit, akan diberikan pengobatan di sana, namun bila tidak dapat ditangani di sana, maka akan dirujuk ke rumah sakit luar.7 mzk
1
Komentar