nusabali

Pameran Nasional Filateli ‘Bhaliphex 2024’, Hadirkan Filateli dari Masa Kolonial hingga Pasca Kemerdekaan

  • www.nusabali.com-pameran-nasional-filateli-bhaliphex-2024-hadirkan-filateli-dari-masa-kolonial-hingga-pasca-kemerdekaan

DENPASAR, NusaBali - Masyarakat khususnya yang ingin tahu bagaimana bentuk, perkembangan ragam dan filateli dari masa ke masa bisa melihatnya di Mal Level 21. Di mall yang beralamat di Jalan Teuku Umar, Denpasar kini sedang berlangsung pameran filateli dan juga pameran koleksi uang kertas lama.

Untuk diketahui filateli menunjuk pada benda- benda pos, diantaranya prangko, cap pos, amplop dan lainnya.

Pameran filateli merupakan Pameran Nasional  bertajuk Panfila Baliphex 2024 merupakan yang ke -16 kalinya digelar oleh Perkumpulan Penggemar Filateli Indonesia (PFI) Provinsi Bali mengangkat tema The Great Mahabhrata.

Ada ratusan keping filateli dan uang kertas lama yang dipamerkan selama 3 hari.  Mulai Kamis (17/10) sampai  Sabtu (20/10).

Ketua Panitia Baliphek 2024, Gusti Ngurah (GN) Surya Hadinata mengatakan pameran bertujuan agar keberadaan filateli sebagai bagian dari sejarah bangsa dan kekayaan alam Indonesia, lebih dikenal masyarakat.

“Penyelenggaraan di mal ini salah satu diantaranya,”  ujarnya. Karena waktu-waktu  sebelumnya PFI juga menggelar  event serupa di tempat lain  seperti di museum, di kantor pos, di hotel dan tempat lainnya.

“Pameran kali adalah yang ke sekian kalinya,” lanjut pria asal Lembongan, Nusa Penida, Klungkung.

Dikatakan Surya Hadinata, sampai saat ini perangko masih dipakai, masih  diterbitkan.  Dalam setahun ada sepuluh penerbitan prangko reguler, diluar prangko customer, seperti  tema  Baliphek hari ini,” ujarnya.

Dari Kementerian Kominfo, kata dia masih ada yang menangani filateli.   Karena  prangko  bukan saja alat komunikasi (sarana), tetapi juga sebagai lambang atau  indentitas seperti mata uang. Walaupun jumlah peneribitan prangko, tidak lagi sebanyak pada waktu 10 atau 20  atapun 50 tahun yang lampau.

“Kalau zaman dulu  satu perangko buka sampai 60 juta keping, sekarang 300 ribu keping sudah banyak,” ungkapnya.

Hal itu karena pemakaian untuk pos (pengiriman) sangat sedikit. Namun fungsi perangko fisik  sebagai penanda, sebagai lambang identitas, sebagai alat komunikasi masih tetap ada. Walaupun prangko digital sudah ada, yang baru 1 diterbitkan oleh PT Pos Indonesia.

Koleksi perangko tertua  yang dipamerkan dalam  Baliphex 2024, adalah perangko terbitan  bulan 1 April tahun 1864 yang bergambar Raja Williem (Belanda).

“Jadi masih zaman Hindia Belanda,” terang pria yang juga seorang guru ini. Sedangkan koleksi paling terbaru adalah perangko Baliphex, bertema  The Great Mahabrata.

Tema (Mahabrata) cukup populer di kalangan filatelis (kolektor  filateli). Juga berkaitan dengan keterkaitan  budaya antara India dan Bali. “Jadi joint exhibitionlah,” lanjutnya.

Selain  ragam dan seri prangko dari masa  lampau sampai di era digital sekarang ini, dalam Baliphex 2024 juga dipamerkan jenis-jenis mata uang (uang kertas) yang pernah berlaku sebagai alat pembayaran. Mulai dari jenis uang jaman penjajahan sampai zaman masa kemerdekaan.

Dari pantauan Baliphex 2024 mendapat antensi dari kalangan pengunjung mal.  Antara lain kalangan siswa di Kota Denpasar dan komunitas lainnya. Kegiatan dibuka Analis Widodo (Ketua Kelompok Kerja Perangko dan Filateli Direktorat Pos Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI) Kemenkominfo. Hadir  kalangan pengurus PP PFI Pusat dan Bali, stakeholder lain terkait. K17.

Komentar