nusabali

MUTIARA WEDA: Raja Baru, Harapan Baru

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-raja-baru-harapan-baru

Yatra yogeśvaraḥ kṛṣhṇo yatra pārtho dhanur-dharaḥ,Tatra śhrīr vijayo bhūtir dhruvā nītir matir mamaḥ.(Bhagavad Gita, 18. 78)

Di mana ada Kṛṣṇa, sang penguasa yoga, dan di mana ada Arjuna, sang pemanah, di sana terdapat keberuntungan, kemenangan, kemakmuran, dan kebijakan yang tepat.

TEKS ini mungkin bisa direnungkan oleh pemimpin anyar karena karya-karyanya akan menjadi harapan baru bagi masyarakat. Dikatakan ‘di mana Krishna dan Arjuna hadir, maka di sana akan ada keberuntungan, kemenangan, kemakmuran, dan kebajikan’. Jika Arjuna, sang pemanah ibarat pemimpin, maka Krishna adalah penasihat. Arjuna memutuskan untuk mengarahkan anak panahnya kepada musuh-musuh. Dengan skill-nya, Arjuna mampu membidik lawan dengan tepat dan dengan kekuatan anak panah yang sesuai. Sementara Krishna memberikan strategi, karena beliau yang memahami dengan benar lakon kehidupan yang sesungguhnya. Penasihat di sini adalah mereka yang benar-benar memiliki pengetahuan dan kemampuan, mampu memberikan pandangan yang tepat kepada pemimpin. 

Penasihat adalah seorang ahli di bidangnya. Starteginya tidak pernah meleset karena pengetahuan dan perhitungannya cermat. Pemimpin yang skill full bertemu dengan penasihat yang pas, keinginan rakyat akan terealisasi. Apa itu? Kemakmuran, keberuntungan, kemenangan, dan kebajikan. Dengan kata lain, masyarakat yang madani. Namun, ini tidak mudah, karena jika pemimpin dan penasihatnya sering tidak sinkron, kebijakan-kebijakan yang langsung menyentuh harapan rakyat tidak terwujud. Seperti misalnya, pemimpinnya skill full seperti Arjuna, namun jika penasihatnya penuh agenda pribadi dan golongan, kebijakan bisa berubah. Demikian juga, jika penasihatnya mumpuni, tetapi pemimpinnya tidak skill full, penuh dengan ambisi pribadi atau golongan, kebijakan yang hadir juga jauh dari harapan rakyat. Apalagi keduanya, antara penasihat dan pemimpin kurang skill full dan penuh ambisi, bisa dibayangkan kehancuran yang muncul. 

Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untnuk membidik sasaran secara tepat dan penasihat mampu menunjukkan di mana sasaran itu. Penasihat harus mampu memberikan informasi yang lengkap tentang sasaran, memberikan pondasi dan analisis tentang sasaran itu, apakah implikasinya mengarah pada kesejahteraan atau kebalikannya. Siapa saja yang menjadi penasihat raja? Seperti misalnya dewan keamanan, ekonom senior, penasihat hukum, penasihat sosial dan lingkungan, penasihat komunikasi, dan yang lainnya. 

Persoalannya, bagaimana menyinkronkan ini? Ini bukan pekerjaan sederhana, karena berbagai hal perlu diakomodasi. Bicara politik tidak hanya bicara harapan masyarakat, melainkan berbagai kepentingan lainnya. Kepentingan-kepentingan ini tidak mudah dihilangkan sebab kekuatannya nyata dan bisa berdampak pada kekuasaan raja. Maka, bisa dikatakan, di sinilah seni kepemimpinan. Berupaya mengakomodasi kepentingan tersebut dengan meminimalkan dampak buruk pada harapan rakyat, adalah seni. Jika fokus hanya pada kesejahteraan rakyat, pemimpin hanya fokus pada sasaran yang menguntungkan masyarakat, badai yang menggoyahkan raja bisa saja datang tiba-tiba. Oleh karena itu, melalui nasihat yang jitu, berupaya maksimal mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang ada, kesejahteraan rakyat tetap sasaran kunci.

Bahkan, raja yang baik, raja yang cerdas, raja yang kuat, raja yang berwibawa, akan mampu menemukan dan menggiring kepentingan-kepentingan itu mendukung goal kunci, kesejahteraan rakyat. Sang raja menemukan cara bahwa anak panahnya sesungguhnya mengarah pada sasaran untuk kesejahteraan rakyat, tetapi secara bersamaan kepentingan-kepentingan lain itu selaras dengan kepentingan rakyat itu. Idealnya seorang pemimpin mampu memainkan seni ini, agar jangan sampai, kepentingan rakyat diabadikan karena fokus pada kepentingan-kepentingan itu. Raja mesti bisa mengakomodasi semuanya. Dan bahkan seorang raja yang jenius akan mampu membawa anak panahnya mencapai sasaran yang berbeda pada saat bersamaan. Satu panah mampu menembus dua atau lebih sasaran yang berbeda. 

Tentu, ini adalah raja yang ideal. Semua kepentingan merasa dipuaskan dan kesejahteraan rakyat tercapai. Raja ini akan memperoleh kekuatan dari para pemangku kepentingan tersebut dan mendapat kemuliaan dari masyarakat. Namun, kondisi ideal ini sangat susah diraih. Mengapa? Sehebat-hebatnya Arjuna, dia bahkan tidak tahan ketika harus menyerang kakeknya. Ada banyak musuh yang tetap tidak suka dan ini adalah wajar, sebab mengakomodasi orang yang tidak suka dengan kita hampir mustahil. 7

Komentar