Matigtig Tandai Nyineb Usaba Kapat di Pura Puseh Desa Adat Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Karangasem
Simbol Ngulah Merana, Hadirkan Kesuburan dan Kemakmuran
Matigtig
Ritual
Pura Puseh Desa Adat Geriana Kangin
Kesuburan
Kemakmuran
Jro Ketut Yasa
upacara
Budaya
Matigtig dilaksanakan setelah desa sangkepan melaksanakan upacara matabuh dengan mempersembahkan minuman tuak yang dibawa menggunakan tekor
AMLAPURA, NusaBali
Ritual Matigtig dengan menggunakan sarana sampian (anyaman janur) digelar sebagai rangkaian nyineb Usaba Kapat di Pura Puseh Desa Adat Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem pada Buda Pon Pujut, Rabu (23/10) sore. Matigtig ini digelar sebagai simbol ngulah merana (tolak bala), sehingga datang kesuburan dan kemakmuran. Tradisi Matigtig ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali di akhir Usaba Kapat.
Bendesa Adat Geriana Kangin, Jro Ketut Yasa mengatakan ritual matigtig dilaksanakan desa kutuslikur (desa 28) atau desa sangkepan yang secara khusus dengan ciri-ciri menyelipkan keris. Ritual matigtig dilaksanakan setelah desa sangkepan itu melaksanakan upacara matabuh dengan mempersembahkan minuman tuak yang dibawa menggunakan tekor (takaran gunakan daun pisang).
“Matigtig ini berlangsung kurang lebih 10 menit, sebagai simbol ngulah merana, agar Ida Bhatara Sri kembali memberkati kesuburan,” jelas Jro Yasa. Menurutnya, setelah Ida Bhatara Sri sebelumnya menganugerahi kesuburan, kemudian dipersembahkan kembali dalam bentuk yadnya agar terbebas dari merana. Itulah sebabnya digelar ritual ngulah merana ini agar seluruh tanaman di bumi kembali subur terbebas dari hama.
Bendesa Adat Geriana Kangin, Jro Ketut Yasa.-NANTRA
Terlebih lagi menjelang pergantian musim panas menuju musim hujan sudah pasti berdampak merebaknya hama di sawah, terutama walang sangit dan tikus. Agar kedua jenis hama itu tidak membahayakan tanaman, sehingga tanaman padi kembali tumbuh subur diberkati kemurahan Ida Bhatara Sri. Prosesi Nyineb juga ditandai dengan mementaskan tari rejang sakral menjadi upacara pangerajangan terakhir yang dipentaskan, yakni rejang dari pamangku Pura Puseh, rejang dari rejang pemaret sebanyak 3 rejang, rejang dari Bendesa Adat Geriana Kangin, rejang dari Penyarikan Desa Adat Geriana Kangin, rejang dari Kubayan Desa Adat Geriana Kangin, rejang dari 7 banjar adat, Banjar Dinas Geriana Kangin, Banjar Dinas Tukad Sabuh, dan rejang desa pangarep sebanyak 14 rejang.
Rejang tersebut mapurwadaksina paling depan mengelilingi jeroan Pura Puseh, disusul di belakangnya salaran sebanyak 28 salaran, dan mengusung empat jempana, pralingga Ida Bhatara. Mapurwadaksina itu selain di jeroan Pura Puseh juga di jaba tengah Pura Puseh sebanyak tiga kali.
Setelah selesai mapurwa daksina, berlanjut desa pengarep melaksanakan ritual matabuh gunakan tuak sebanyak tiga kali mulai dari jaba tengah, menuju jeroan. Selanjutnya ritual matigtig digelar dengan saling pukul (tigtig) gunakan sampian yang terbuat dari janur, dan terakhir mementaskan tari nyeraman menggunakan empat payung.
Upacara Usaba Kapat ini sebelumnya diawali melasti ke Segara Banjar Buitan, Desa/Kecamatan Manggis pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (5/10). Lanjut melaksanakan pamiyosan Ida Bhatara Puseh pada Purnama Kapat, Wraspati Paing Medangsia, Kamis (17/10). Menyusul pamiyosan Ida Bhatara Bagus bebotoh, Redite Kliwon Pujut, Minggu (20/10).
Selanjutnya upacara pangerejangan Soma Umanis Pujut, Senin (21/10), berlanjut upacara pamiyosan Ida Bhatara Sri, Anggara Paing Pujut, Selasa (22/10), dan terakhir upacara pangerejangan lan nyineb Buda Pon Pujut, Rabu (23/10), berlanjut nyineb. Desa Adat Geriana Kangin mewilayahi 7 banjar adat, yakni Banjar Darma Arta, Banjar Darma Karya, Banjar Darma Santi, Banjar Darma Yadnya, Banjar Darmayasa, Banjar Darma Sila dan Banjar Giri Purwa. 7 k16
1
Komentar