Pemprov Gandeng Komite Perlindungan Satwa Gelar Vaksinasi Rabies Massal
DENPASAR, NusaBali - Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya membuka pintu bagi kolaborasi dengan Komite Perlindungan dan Kesejahteraan Satwa dalam upaya pengentasan rabies di Bali.
Mahendra Jaya menekankan pentingnya gotong royong atau ‘ngrombo’ untuk menangani masalah rabies yang masih menjadi tantangan di Bali.
“Saya berencana memaksimalkan pemberian vaksin dan sterilisasi rabies di Bali. Dengan bantuan dari Komite Perlindungan Satwa, kita dapat mempercepat penanganan rabies di Bali. Harapannya, Bali bisa segera bebas dari rabies dan membuka diri bagi satwa dari luar, serta menjadi tujuan wisata yang nyaman untuk semua,” ujar Mahendra Jaya saat menerima audiensi Komite Perlindungan dan Kesejahteraan Satwa, di Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala, Denpasar, Rabu (23/10).
Mahendra Jaya juga memberikan ruang kepada Komite Perlindungan dan Kesejahteraan Satwa untuk menyelenggarakan vaksinasi massal. Anjing yang telah divaksin akan diberi tanda pada telinganya, sehingga masyarakat bisa membedakan mana yang sudah divaksin dan mana yang belum.
“Saya sangat menghargai inisiatif Komite Perlindungan Satwa dan berharap program ini menjadi model bagi daerah lain dalam penanganan rabies,” tambahnya.
Perwakilan Komite Perlindungan dan Kesejahteraan Satwa Roger P Silalahi, menyambut baik komitmen Pemprov Bali dan mendukung langkah-langkah pengendalian rabies yang ramah terhadap populasi anjing/satwa. Komite siap terlibat dalam kegiatan vaksinasi dan sterilisasi massal untuk menekan penyebaran rabies di Bali.
Sebelumnya, saat menerima audiensi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Provinsi Bali di Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala, Denpasar, Senin (30/9), Mahendra Jaya menyakan bahwa keselamatan masyarakat menjadi prioritas utama lantaran tingginya risiko jika manusia terjangkit rabies akibat gigitan hewan seperti anjing, kucing, hingga kera yang tertular virus rabies.
Peran Tim Siaga Rabies (Tisira), yang terdiri dari kepala desa, bidan desa, Babinsa, Polprades, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, digarisbawahi oleh Mahendra Jaya sebagai hal yang krusial, antara lain dalam melakukan penyuluhan rabies kepada masyarakat, membantu pendataan populasi anjing, hingga mendukung pelaksanaan vaksinasi.
“Teman-teman ini adalah garda terdepan kita di desa, dan harus kita dukung penuh,” tandas Mahendra Jaya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra saat menghadiri peringatan World Rabies Day (WRD) 2024, di Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar Selatan, Minggu (29/9), menyatakan bahwa tantangan ke depan adalah membebaskan Bali dari rabies. Saat ini, masih ada pekerjaan rumah (PR) untuk mewujudkan target Bali bebas rabies pada 2030, di mana sekitar 30 persen anjing belum divaksinasi rabies.
Sekretaris Tim Koordinasi Zoonosis dan Penyakit Infeksi BPBD Bali Eka Saputra, menjelaskan bahwa kasus gigitan rabies masih cukup tinggi, terutama di Karangasem, Buleleng, dan Bangli, tetapi penanganan yang dilakukan telah berhasil meminimalisir kasus gigitan yang menyebabkan kematian.
“Rabies tidak hanya bisa ditangani oleh Dinas Pertanian dan Peternakan, tetapi juga lintas sektor. Target dari Pemprov Bali adalah membentuk tim siaga rabies di masing-masing desa yang kini hampir mencapai 50 persen. Kami berharap tim ini benar-benar bekerja optimal untuk mencapai target Bali bebas rabies pada 2030,” tandas Eka Saputra. 7 ad
1
Komentar