Cuaca di Utara Gunung Agung Masuk Musim Kering
Kondisi cuaca di lereng Gunung Agung di bagian utara, tepatnya di kawasan Kubu, Kabupaten Karangasem, kini telah memasuki musim kering.
Kelembaban Tinggi Tidak Bagus untuk Pertanian
MANGUPURA, NusaBali
Di lereng Gunung Agung bagian utara sudah tak pernah diguyur hujan selama sebulan terakhir. Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Negara Rahmat Prasetya dikonfirmasi, Selasa (22/8), mengatakan Gunung Agung bagian utara dari pantauan kini warna gambarnya coklat merah. Itu artinya kawasan itu sudah tak pernah diguyur hujan selama sebulan.
Dengan kondisi kering itu kawasan hutan di Gunung Agung bagian utara mudah terbakar. Namun dirinya menegaskan, kebakaran yang terjadi bukan karena sengatan panas matahari.
“Kebakaran yang terjadi pada hari Minggu (20/8) itu bukan karena sengatan matahari, tetapi karena adanya aktivitas lain sebagai pemicunya. Dari data yang kami miliki warna gambar gunung di sisi utara berwarna coklat merah. Artinya sudah 30 hari tidak pernah turun,” ujar Rahmat.
Dari data yang diperolehnya secara umum kondisi cuaca di wilayah Bali sudah memasuki musim kemarau dan relatif basah. Di wilayah Bali bagian utara sudah tak pernah terjadi hujan lagi, sementara di Bali bagian selatan sesekali masih terjadi hujan gerimis hingga lebat. “Hujan itu sifatnya juga selang-seling, tidak intens. Kalau dilihat kondisi tanah saat ini mungkin hanya basah sedikit, tidak seperti tahun lalu yang sangat basah,” tuturnya.
Penyebab hujan ringan masih terjadi di Bali selatan dan Bali tengah, lanjut Rahmad, dipengaruh regional angin timuran yang membawa awan basah terhambat, suhu muka laut yang masih hangat, dan topografi pegunungan di Bali tengah. Hal itu menyebabkan konvergensi hujan sering terjadi di Bali tengah dan selatan. Namun menurutnya musim kemarau tahun ini normal. “Karena banyak mendung dengan kelembaban tinggi, maka dampak pertaniannya ini yang malah tidak bagus. Penyakit pertanian bisa meningkat, ini yang perlu diwaspadai saat ini,” imbaunya.
Kendati demikian, potensi kebakaran hutan akibat kemarau di Bali akan semakin berkurang. Sebab puncak musim kemarau diprakirakan akan berakhir pada Juli–Agustus. Dari prakiraan awal, pada Oktober – November nanti wilayah Bali kembali memasuki musim hujan.
Sedangkan angin puting beliung yang terjadi di Jembrana disebabkan oleh awan Comulinimbus. Hal tersebut akan meningkat terjadi ketika transisi musim kemarau ke hujan, pada September – Oktober nanti. “Kalau sekarang sesekali saja, September nanti kemungkinan akan muncul kembali di pesisir selatan dan tengah Bali,” kata Rahmad. *cr64
Komentar