Beber Keberhasilan Tekan Premanisme dan Kasus Narkoba

DENPASAR, NusaBali

Dalam kesempatan tersebut, Irjen Petrus membeber keberhasilannya selama delapan bulan menjabat sebagai Kapolda Bali. 

Salah satu keberhasilan yang dibanggakan, yaitu ketegasan Irjen Petrus yang mampu meminimalisir gerakan premanisme di Bali yang selama ini didominasi Ormas (Organisasi Kemasyarakatan). 

Ia juga fokus terhadap masalah narkotika. Bahkan, kesulitan dalam pengungkapan peredaran gelap barang terlarang selama ini mampu diatasi melalui pembentukan Satgas Counter Transnational Organized Crime (CTOC) “Yang berhubungan dengan masalah street crime di wilayah mendekati titik zero. Setelah saya analisa, program pemberantasan premanisme mempengaruhi angka kriminalitas. Sekarang ini tingkat kriminalitas di Bali hampir sama dengan Polsek-Polsek di Jakarta,”tegas Jenderal bintang dua asal Manado, Sulawesi Utara ini. 

Terciptanya situasi kondusif di Bali juga tidak terlepas dari peran media yang dinilai selama ini menyajikan pemberitaan menyejukkan dan objektif sehingga membuat masyarakat teredukasi. ”Ada istilah good news is bad news. Bagi saya bukan itu tapi journalist can never be silent karena rekan-rekan wartawan tidak bisa berdiam karena tugasnya memang menyuarakan,” lanjut lulusan Akpol tahun 1988 ini. 

Dalam kesempatan tersebut, Irjen Petrus Golose juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada media yang selama ini sudah menjalin hubungan yang baik dengan kepolisian. Salah satunya terkait pemberitaan pengibaran bendera merah putih raksasa di Pantai Pandawa pada, Senin (15/8) lalu untuk menggelorakan cinta NKRI. ”Saya lihat Polda Bali viralnya nomor satu di Indonesia dan mendapat apresiasi dari Kapolri dan seluruh jajaran kabinet tentang kegiatan pengibaran bendera untuk menggelorakan cinta Indonesia, Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika,” ujar Kapolda yang kini sedang menggeluti hobi diving ini.  

Sementara, Ketua PWI Bali IGMB Dwikora Putra dalam sambutannya mengatakan, hubungan Pers dengan Polda Bali selama ini berjalan dengan baik. Namun, ia mengingatkan dalam konteks hubungan tetap memperhatikan jarak. Ia berharap pers selalu objektif dan profesional dalam pemberitaan. “Sebetulnya antara Pers dengan narasumber tidak boleh menjalin hubungan terlalu mesra untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Jaga jarak bukan juga berarti bermusuhan hanya sifatnya membatasi. Kalau terlalu mesra juga nanti ujungnya selingkuh,” pungkas Dwikora. *rez