Naker Nganggur Sepulang dari Jepang
Puluhan tenaga kerja setelah menjalani kontrak selama 3 tahun di Jepang, sekembalinya ke kampung halaman justru menjadi pengangguran.
AMLAPURA, NusaBali
Mestinya pengalaman di Jepang dapat dikembangkan di daerahnya masing-masing. Hal itu mengemuka dalam rapat kerja Komisi IV DPRD Karangasem dengan Dinas Tenaga Kerja Karangasem. Rapat dipimpin Ketua Komisi IV I Nyoman Musna Antara, di ruang rapat DPRD Karangasem, Jalan Ngurah Rai Amlapura, Selasa (22/8). Menurut Musna, mestinya mantan naker Jepang bisa mengembangkan pengalamannya sehingga membuka peluang merekrut tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan warga sekitarnya.
“Pemerintah hendaknya membuat terobosan, agar mantan naker tidak jadi pengangguran,” kata Musna.
“Mestinya pemerintah pasang anggaran untuk memfasilitasi mantan naker itu, agar pulang-pulang tidak jadi pengangguran. Pengalaman di Jepang bisa dimanfaatkan dan dikembangkan di Karangasem,” imbuh anggota Komisi IV I Wayan Sudira.
Kadis Tenaga Kerja Karangasem I Komang Suradnya mengakui kenyataan itu. Pengangguran itu terjadi lantaran saat jadi naker di Jepang, mereka menggunakan teknologi dengan mesin-mesin khusus. Misalnya, beternak babi, ayam, semua pekerjaannya dibantu mesin.
“Karenanya pengalaman di Jepang belum bisa diimplementasikan di Karangasem, karena bekerja di Jepang menggunakan mesin,” kata Suradnya.
Di samping itu kebanyakan mantan naker di Jepang gengsi bekerja di kampungnya sebagai peternak babi, ayam secara tradisional.
Sebelumnya terdata, Karangasem mengirim tenaga kerja ke Jepang atas kerjasama dengan Koperasi Tzukuba Jepang dengan Pemkab Karangasem sejak 2008. Sejak tahun 2008 hingga Juli 2016, sebanyak 163 naker yang ditampung, dengan masa kontrak tiga tahun dan telah habis kontrak 77 naker, sisanya 86 naker. Tetapi dari 77 naker yang habis masa kontraknya itu, sebanyak 35 naker memperpanjang kontrak. Sehingga yang masih bertahan di Jepang 121 naker. *k16
Komentar