Duplikat Senjata Peninggalan Kerajaan Bangli Dipasupati
Duplikat Belida, yakni senjata pusaka yang berbentuk semacam alat tenun berbahan kayu yang konon dipergunakan Raja Bangli untuk mengusir para musuh sehingga Bangli masih berdiri hingga saat ini, dipasupati pada Tilem, Anggara Wage Sinta, Selasa (22/8).
BANGLI, NusaBali
Upacara dipusatkan di Puri Rum, Puri Agung Bangli, Kelurahan Kawan, Kecamatan/Kabupaten Bangli.Kelian Adat Puri Agung Bangli Anak Agung Alit Ardanatha, menjelaskan bahwa Belida ini merupakan duplikat yang telah diplaspas serta upacara pasupati. Dibuatnya duplikat Belida untuk mempertahankan peninggalan leluhur. Belida yang asli kondisinya sudah lapuk dimakan usia. Kini masih tersimpan rapi di Puri Rum, Puri Agung Bangli. Sesuai kesepakatan seluruh pasametonan keluarga besar Puri Agung Bangli, diputuskan untuk membuat duplikat Belida.
Belida dibuat oleh internal puri namun mendatangkan pande emas, yakni Pande Diksa dari Banjar Pande Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli. “Belida berlapis emas, jadi kami meminta bantuan seorang pande,” ujar Agung Ardanatha saat ditemui di Puri Kelodan, Rabu (23/8).
Belida terbuat dari kayu merbau. Bentuknya semacam alat tenun dengan ukuran sekitar 1 meter dihiasi emas seberat 75 gram.
Diakui pengerjaan tidak terlalu lama, hanya satu bulan. Agung Ardanatha yang juga mantan anggota DPRD Bangli, mengatakan, pamlaspasan dan pasupati senjata pusaka berupa Belida ini, bertujuan untuk penyucian dan menjaga kesakralan senjata pusaka tersebut. “Pasupati merupakan proses sakralisasi benda-benda sebagai permohonan yang ditujukan kepada Sang Hyang Pasupati,” jelasnya.
Setelah upacara pamlaspasan dan pasupati ini, Ida Betara Pasupati nyejer selama sehari di Puri Rum. Keesokan harinya, Rabu (23/8), serangkaian tradisi mapeed, Ida Batara Pasupati akan diiring dan turut nyejer serangkaian Piodalan di Pura Kehen Bangli selama tiga hari mendatang. “Rencananya Ida Batara Pasupati akan dipendak kembali setelah penyineban di Pura Kehen, untuk selanjutnya disineb kembali di Puri Rum, Puri Agung Bangli. Memohon taksu di Pura Kehen, memohon kepada Beliau agar diberikan perlidungan serta kemakmuran,” ungkap Agung Ardanatha.
Menurutnya, pasametonan Puri Agung Bangli adalah Puri Denpasar, Puri Soka Dawanan, Puri Soka Danginan, Puri Kilian, Puri Kawan Tanggu, Puri Siyulan, Puri Kelodan serta Puri Penida. Agung Ardanatha menyampaikan, berdasarkan cerita turun menurun, Belida atau semacam alat tenun ini diperoleh Ratu Bangli yang bergelar Dewa Ayu Den Bencingah, setelah mendapat wahyu saat beryoga di Pura Kehen Bangli untuk mengusir musuh sekitar tahun 1700-an silam.
Saat itu, kerajaan Bangli sempat diserang dan diduduki oleh musuh dari kerajaan lain. Namun berkat wahyu yang diterima Raja Bangli setelah bersemedi di Pura Kehen, dalam hitungan sehari hanya dengan menggunakan senjata Belida tersebut, Raja bersama pasukan berhasil mengusir dan menguasai kembali kerajaan Bangli hingga sekarang.
“Sesuai wahyu yang diterima Raja Bangli saat itu, Bangli tidak akan kalah selama bukit Bangli tidak runtuh dan menimpa Pura Kehen,” ungkapnya. Oleh karena itu, senjata pusaka tersebut sangat disucikan dan disakralkan hingga sekarang oleh krama adat Puri Agung Bangli dan disungsung dengan gelar Ida Betara Pasupati.
Diyakini keberadaan pusaka tersebut akan bisa membawa kebaikan dan sebagai tonggak untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat Bangli pada umumnya. “Selain untuk pelestarian budaya, upacara pamlaspas dan pasupati Belida sebagai warisan dari Raja Bangli ini, kami laksanakan agar ke depan bisa membawa kebaikan dan keselamatan untuk semua,” imbuh Agung Ardanatha yang juga mantan Lurah Bebalang, ini. *e
Belida dibuat oleh internal puri namun mendatangkan pande emas, yakni Pande Diksa dari Banjar Pande Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli. “Belida berlapis emas, jadi kami meminta bantuan seorang pande,” ujar Agung Ardanatha saat ditemui di Puri Kelodan, Rabu (23/8).
Belida terbuat dari kayu merbau. Bentuknya semacam alat tenun dengan ukuran sekitar 1 meter dihiasi emas seberat 75 gram.
Diakui pengerjaan tidak terlalu lama, hanya satu bulan. Agung Ardanatha yang juga mantan anggota DPRD Bangli, mengatakan, pamlaspasan dan pasupati senjata pusaka berupa Belida ini, bertujuan untuk penyucian dan menjaga kesakralan senjata pusaka tersebut. “Pasupati merupakan proses sakralisasi benda-benda sebagai permohonan yang ditujukan kepada Sang Hyang Pasupati,” jelasnya.
Setelah upacara pamlaspasan dan pasupati ini, Ida Betara Pasupati nyejer selama sehari di Puri Rum. Keesokan harinya, Rabu (23/8), serangkaian tradisi mapeed, Ida Batara Pasupati akan diiring dan turut nyejer serangkaian Piodalan di Pura Kehen Bangli selama tiga hari mendatang. “Rencananya Ida Batara Pasupati akan dipendak kembali setelah penyineban di Pura Kehen, untuk selanjutnya disineb kembali di Puri Rum, Puri Agung Bangli. Memohon taksu di Pura Kehen, memohon kepada Beliau agar diberikan perlidungan serta kemakmuran,” ungkap Agung Ardanatha.
Menurutnya, pasametonan Puri Agung Bangli adalah Puri Denpasar, Puri Soka Dawanan, Puri Soka Danginan, Puri Kilian, Puri Kawan Tanggu, Puri Siyulan, Puri Kelodan serta Puri Penida. Agung Ardanatha menyampaikan, berdasarkan cerita turun menurun, Belida atau semacam alat tenun ini diperoleh Ratu Bangli yang bergelar Dewa Ayu Den Bencingah, setelah mendapat wahyu saat beryoga di Pura Kehen Bangli untuk mengusir musuh sekitar tahun 1700-an silam.
Saat itu, kerajaan Bangli sempat diserang dan diduduki oleh musuh dari kerajaan lain. Namun berkat wahyu yang diterima Raja Bangli setelah bersemedi di Pura Kehen, dalam hitungan sehari hanya dengan menggunakan senjata Belida tersebut, Raja bersama pasukan berhasil mengusir dan menguasai kembali kerajaan Bangli hingga sekarang.
“Sesuai wahyu yang diterima Raja Bangli saat itu, Bangli tidak akan kalah selama bukit Bangli tidak runtuh dan menimpa Pura Kehen,” ungkapnya. Oleh karena itu, senjata pusaka tersebut sangat disucikan dan disakralkan hingga sekarang oleh krama adat Puri Agung Bangli dan disungsung dengan gelar Ida Betara Pasupati.
Diyakini keberadaan pusaka tersebut akan bisa membawa kebaikan dan sebagai tonggak untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat Bangli pada umumnya. “Selain untuk pelestarian budaya, upacara pamlaspas dan pasupati Belida sebagai warisan dari Raja Bangli ini, kami laksanakan agar ke depan bisa membawa kebaikan dan keselamatan untuk semua,” imbuh Agung Ardanatha yang juga mantan Lurah Bebalang, ini. *e
Komentar