Dewan Harapkan Pemerintah Tambah Penyertaan Modal
Kepada Perumda Air Minum Tirta Mangutama
MANGUPURA, NusaBali - Krisis air di wilayah Badung Selatan, khususnya di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, jadi perhatian serius kalangan anggota DPRD Badung.
Untuk mengatasi hal itu, anggota dewan pun mengusulkan agar pemerintah daerah menambah penyertaan modal ke perusahaan plat merah itu untuk menambah jaringan perpipaan.
“Sebagai anggota dewan dari Pecatu saya wajib menyuarakan tentang air ini. Sebab hampir setiap saat menerima keluhan dari masyarakat,” ujar anggota DPRD Badung I Made Tomy, Kamis (31/10).
Menurut dia, jangan sampai kondisi krisis air yang dirasakan masyarakat menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan kepada perusahaan plat merah itu. Terlebih ada ‘suara’ masyarakat yang ingin pengelolaan air di Pecatu kembali ke pihak swasta.
Makanya, kata dia melanjutkan, untuk pengatasi masalah ini perlu ada penyertaan modal tambahan dari pemerintah yang khusus menyediakan infrastruktur, seperti jaringan perpipaan, maupun infrastruktur pendukungan lainnya. “Jadi kami harapkan penyertaan modal dari pemerintah dengan harapkan masalah air ini dapat tertangani,” harapnya.
Sesuai dengan Pandangan Umum (PU) Fraksi Golkar DPRD Badung, penyertaan modal diminta dapat mencapai Rp 446,02 miliar lebih hingga tahun 2025. Dengan begitu, masalah krisis air di Badung Selatan khususnya di Pecatu dapat teratasi.
Untuk diketahui, Perumda Air Minum Tirta Mangutama saat ini tengah membangun reservoar di kawasan Labuan Sait, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Pembangunannya pun tengah dikebut lantaran ditarget selesai pada Desember mendatang. Saat ini, proses pembangunan telah mencapai tahap pengeringan, setelah itu baru pemasangan Glass Fused Steel Tank (GFST) yang akan dilakukan setelah peralatannya tiba pada November.
Walaupun sudah dibangun reservoar, menurut Direktur Teknik (Dirtek) Perumda Air Minum Tirta Mangutama Made Suarsa untuk memastikan distribusi air berjalan lancar, pemasangan pipa juga harus dilakukan. Pemasangan pipa menunggu hasil kajian ekonomi dari BPKP, karena kajian dari akademisi sudah selesai dan ekspose ke Kejaksaan Negeri (Kejari) sudah dilakukan. Setelah kajian BPKP selesai, maka proses tender untuk pemasangan pipa jalur laut menuju wilayah selatan dapat dimulai.
“Kalau reservoar di Labuan Sait selesai dan pipa selesai, maka di pastikan idle capacity atau air yang ada tetapi belum bisa dimanfaatkan, itu bisa dialiri,” katanya.
Dilihat dari kondisi sekarang, katanya, beberapa daerah hanya mendapatkan pasokan air tiga kali sehari. Namun dengan adanya proyek perpipaan dan peningkatan kapasitas aliran menjadi 200 liter per detik di estuari, masyarakat diproyeksikan mendapatkan pasokan air lebih lama. “Kemarin kan ada beberapa tempat yang dapat air 3 kali sehari, jadi dengan adanya perpipaan dan tahun depan ada upgrade lagi 200 liter per detik di estuari, maka minimal pelanggan kita bisa mendapat air lebih lama,” kata Suarsa.
Di sisi lain, perusahaan plat merah ini kini juga sedang menyusun rencana pemanfaatan air laut, karena pasokan air 200 liter per detik diprediksi tidak akan mencukupi dalam tiga tahun mendatang. Oleh karena itu, reservoar ini menjadi solusi untuk menampung air dari estuari, yang dapat dialirkan jika pipa bawah laut sudah selesai.
“Targetnya tahun 2025 seluruh pembangunan penunjang sudah selesai, sehingga reservoar itu efektif. Perpipaan juga kita proses di tahun ini juga, kalau jalur perpipaan bawah laut selesai, maka air bisa kita alirkan, dengan begitu keandalan perpipaan kita ke selatan terjaga,” imbuh Suarsa sembari menyebut pembangunan reservoar di Labuan Sait berasal dari penyertaan modal Pemkab Badung sebesar Rp 18 miliar. 7 ol3
Komentar