Bupati Eka Wiryastuti Gugat Cerai, Suami Ngaku Tak Tahu
Suami Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, 42, yakni Bambang Aditya, 42, mengaku tidak tahu digugat cerai oleh istrinya.
TABANAN, NusaBali
Menurut pria asal Jakarta yang sudah punya nama Bali, I Made Dwi Saputra, hubungannya dengan Eka Wiryastuti selama ini baik-baik saja. Bams Aditya---panggilan akrab Bambang Aditya--pun tak bisa berkomentar terkait gugatan cerai istrinya yang telah diketok palu di PN Tabanan, Selasa (22/8) lalu.
Saat dihubungi NusaBali per telepon, Rabu (23/8), Bams Aditya mengaku tengah berduka karena ayahnya, Drs Sarwedi Oemarmadi, di Jakarta meninggal dunia. “Saya sekarang berada di Jakarta. Hari ini (kemarin) upacara 40 hari ayah saya meninggal,” cerita Bams Aditya.
Menurut Bams Aditya, dirinya pulang ke Jakarta sejak awal Juli 2017 lalu, karena mendapat kabar ayahnya kena kanker stadium IV. Dia pun pilih fokus di Jakarta untuk mengurus sang ayah yang sakit, bersama saudara-saudaranya. Sejak itu pula, Bams Aditya yang kawin nyentana di rumah Bupati Eka Wiryastuti tidak bisa mendampingi sang istri. Dia juga tidak ikut mendampingi Bupati Eka Wiryastuti saat upacara dan resepsi Peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2017.
Bams Aditya mengatakan, sebelum berangkat ke Jakarta awal Juli 2017 lalu, hubungan rumah tangganya dengan Bupati Eka Wiryastuti baik-baik saja. “Tak ada masalah menurut saya. Semuanya baik-baik saja. Jadi, saya belum bisa komentar terkait gugatan cerai itu,” tandas pengusaha otomotif asal Pondok Indah, Jakarta ini.
Dia pun berjanji akan memberikan keterangan kepada NusaBali jika persoalannya nanti sudah terang benderang. “Buat sementara, saya tak bisa banyak bicara, karena sebetulnya saya tidak tahu apa-apa,” imbuhnya. Anak ketiga dari tujuh bersaudara keluarga pasangan Sarwedi Oemarmadi dan Yayuk Rahayu ini berharap biduk rumah tangga dengan Bupati Eka Wiryastuti yang dibangun sejak 15 Desember 2012 itu, berjalan baik-baik saja.
Sayangnya, Bupati Eka Wiryastuti belum bisa dimintai konfirmasinya terkait masalah gugat cerai sang suami. Saat Srikandi PDIP asal Banjar Tegeh, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini dihubungi NusaBali per telepon, Selasa kemarin, tidak bisa nyambung. Upaya konfirmasi via WhatsApp juga gagal.
Sementara itu, ayah Bupati Eka Wiryastuti yang kini menjabat Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, mengaku tidak tahu soal perceraian putrinya dengan Bams Aditya. Saat dihubungi per telepon, Selasa kemarin, Adi Wiryatama mengaku sedang di Jakarta karena ada persembahyangan.
“Saya sedang di Jakarta, lagi sembahyang di pura. Saya tidak tahu Bu Eka ajukan gugatan cerai. Coba hubungi langsung dia ya!” saran Adi Wiryatama, Ketua Dewan sekaligus Sekretaris Deperda PDIP Bali yang mantan Bupati Tabanan dua kali periodse (2000-2005, 2005-2010).
Bupati Eka Wiryastuti dan Bams Aditya sebelumnya melangsungkan pawiwahan (perkawinan) secara Hindu di rumah mempelai perempuan kawasan Banjar Tegeh, Desa Pakraman Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan pada Saniscara Pon Ugu, Sabtu, 15 Desember 2012 lalu. Upacara pawiwahan dengan tingkatan utama ini dipuput tiga sulinggih, masing-masing Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Preteka Tenaya (dari Geriya Padangan Pupuan), Ida Pandita Mpu Jaya Tenaya Daksa (dari Geriya Kelod Uma, Desa Kaba Kaba, Kecamatan Kediri, Tabanan), dan Ida Pandita Mpu Cahaya Putra (dari Geriya Lukluk, Desa Lukluk, Kecamatan Mengwi, Badung).
Sebelum digelar upacara pawiwahan, Bams Aditya mengikuti prosesi Sudi Widani (pindah agama) dari Islam ke Hindu, hingga kemudian diberi nama I Made Dwi Suputra. Saat resepsi pernikahan mereka, Gubernur Bali Made Mangku Pastika sempat memberikan wejangan khusus.
Sebelum akhirnya menikah, Bupati Eka Wiryastuti dan Bams Aditya sempat selama 2 tahun berpacaran, sejak 2010. Versi Bupati Eka Wiryatuti kala itu, awal-awal berteman, Bams Aditya yang pengusaha otomotif sering ngejengkelin. Sebab, mereka jarang bisa ketemu. “Pas saya ke Jakarta, kita janjian, tapi tak bisa ketemu. Meski kenal sudah lama, tapi kita akhirnya baru berpacaran sejak dua tahun lalu,” ungkap Bupati Eka Wiryastuti kepada NusaBali di rumahnya, 12 Desember 2012.
Sebagai Bupati yang sebagian waktunya jadi milik rakyat, Eka Wiryastuti sebelum mengikrarkan menuju ke pelaminan sudah menemukan kata sepakat soal waktu. Artinya, calon suaminya, Bambang Aditya, memahami dan tak saklek dengan waktu. Begitu pula Bupati Eka Wiryastuti memberikan ruang kepada suaminya untuk bekerja, agar waktunya tak tersita untuk mendampingi istri sebagai Bupati.
“Kapan saatnya kami tampil berdua sebagai pasangan suami istri kala memenuhi undangan, kami akan datang berdua,” katanya. Bupati Eka Wiryastuti juga berjanji akan meluangkan waktu untuk membuatkan suaminya sarapan pagi. Menurut Eka Wiryastuti, Bams Aditya paling suka masakan buatannya, seperti sup, teriyaki, dan sphageti ala Jepang.
Eka Wiryastuti juga mengaku sempat diinterogasi selama 3 jam oleh Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, saat keluarganya akan meminang Bams Aditya di Jakarta, Juli 2012 lalu. “Saat itulah saya baru tahu kalau calon suami saya ada hubungan keluarga dengan suami Mbak Puan Maharani (Menko PMK yang notabene putri dari Megawati, Red),” kenang Eka Wiryastuti. *k21
Saat dihubungi NusaBali per telepon, Rabu (23/8), Bams Aditya mengaku tengah berduka karena ayahnya, Drs Sarwedi Oemarmadi, di Jakarta meninggal dunia. “Saya sekarang berada di Jakarta. Hari ini (kemarin) upacara 40 hari ayah saya meninggal,” cerita Bams Aditya.
Menurut Bams Aditya, dirinya pulang ke Jakarta sejak awal Juli 2017 lalu, karena mendapat kabar ayahnya kena kanker stadium IV. Dia pun pilih fokus di Jakarta untuk mengurus sang ayah yang sakit, bersama saudara-saudaranya. Sejak itu pula, Bams Aditya yang kawin nyentana di rumah Bupati Eka Wiryastuti tidak bisa mendampingi sang istri. Dia juga tidak ikut mendampingi Bupati Eka Wiryastuti saat upacara dan resepsi Peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2017.
Bams Aditya mengatakan, sebelum berangkat ke Jakarta awal Juli 2017 lalu, hubungan rumah tangganya dengan Bupati Eka Wiryastuti baik-baik saja. “Tak ada masalah menurut saya. Semuanya baik-baik saja. Jadi, saya belum bisa komentar terkait gugatan cerai itu,” tandas pengusaha otomotif asal Pondok Indah, Jakarta ini.
Dia pun berjanji akan memberikan keterangan kepada NusaBali jika persoalannya nanti sudah terang benderang. “Buat sementara, saya tak bisa banyak bicara, karena sebetulnya saya tidak tahu apa-apa,” imbuhnya. Anak ketiga dari tujuh bersaudara keluarga pasangan Sarwedi Oemarmadi dan Yayuk Rahayu ini berharap biduk rumah tangga dengan Bupati Eka Wiryastuti yang dibangun sejak 15 Desember 2012 itu, berjalan baik-baik saja.
Sayangnya, Bupati Eka Wiryastuti belum bisa dimintai konfirmasinya terkait masalah gugat cerai sang suami. Saat Srikandi PDIP asal Banjar Tegeh, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini dihubungi NusaBali per telepon, Selasa kemarin, tidak bisa nyambung. Upaya konfirmasi via WhatsApp juga gagal.
Sementara itu, ayah Bupati Eka Wiryastuti yang kini menjabat Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, mengaku tidak tahu soal perceraian putrinya dengan Bams Aditya. Saat dihubungi per telepon, Selasa kemarin, Adi Wiryatama mengaku sedang di Jakarta karena ada persembahyangan.
“Saya sedang di Jakarta, lagi sembahyang di pura. Saya tidak tahu Bu Eka ajukan gugatan cerai. Coba hubungi langsung dia ya!” saran Adi Wiryatama, Ketua Dewan sekaligus Sekretaris Deperda PDIP Bali yang mantan Bupati Tabanan dua kali periodse (2000-2005, 2005-2010).
Bupati Eka Wiryastuti dan Bams Aditya sebelumnya melangsungkan pawiwahan (perkawinan) secara Hindu di rumah mempelai perempuan kawasan Banjar Tegeh, Desa Pakraman Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan pada Saniscara Pon Ugu, Sabtu, 15 Desember 2012 lalu. Upacara pawiwahan dengan tingkatan utama ini dipuput tiga sulinggih, masing-masing Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Preteka Tenaya (dari Geriya Padangan Pupuan), Ida Pandita Mpu Jaya Tenaya Daksa (dari Geriya Kelod Uma, Desa Kaba Kaba, Kecamatan Kediri, Tabanan), dan Ida Pandita Mpu Cahaya Putra (dari Geriya Lukluk, Desa Lukluk, Kecamatan Mengwi, Badung).
Sebelum digelar upacara pawiwahan, Bams Aditya mengikuti prosesi Sudi Widani (pindah agama) dari Islam ke Hindu, hingga kemudian diberi nama I Made Dwi Suputra. Saat resepsi pernikahan mereka, Gubernur Bali Made Mangku Pastika sempat memberikan wejangan khusus.
Sebelum akhirnya menikah, Bupati Eka Wiryastuti dan Bams Aditya sempat selama 2 tahun berpacaran, sejak 2010. Versi Bupati Eka Wiryatuti kala itu, awal-awal berteman, Bams Aditya yang pengusaha otomotif sering ngejengkelin. Sebab, mereka jarang bisa ketemu. “Pas saya ke Jakarta, kita janjian, tapi tak bisa ketemu. Meski kenal sudah lama, tapi kita akhirnya baru berpacaran sejak dua tahun lalu,” ungkap Bupati Eka Wiryastuti kepada NusaBali di rumahnya, 12 Desember 2012.
Sebagai Bupati yang sebagian waktunya jadi milik rakyat, Eka Wiryastuti sebelum mengikrarkan menuju ke pelaminan sudah menemukan kata sepakat soal waktu. Artinya, calon suaminya, Bambang Aditya, memahami dan tak saklek dengan waktu. Begitu pula Bupati Eka Wiryastuti memberikan ruang kepada suaminya untuk bekerja, agar waktunya tak tersita untuk mendampingi istri sebagai Bupati.
“Kapan saatnya kami tampil berdua sebagai pasangan suami istri kala memenuhi undangan, kami akan datang berdua,” katanya. Bupati Eka Wiryastuti juga berjanji akan meluangkan waktu untuk membuatkan suaminya sarapan pagi. Menurut Eka Wiryastuti, Bams Aditya paling suka masakan buatannya, seperti sup, teriyaki, dan sphageti ala Jepang.
Eka Wiryastuti juga mengaku sempat diinterogasi selama 3 jam oleh Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, saat keluarganya akan meminang Bams Aditya di Jakarta, Juli 2012 lalu. “Saat itulah saya baru tahu kalau calon suami saya ada hubungan keluarga dengan suami Mbak Puan Maharani (Menko PMK yang notabene putri dari Megawati, Red),” kenang Eka Wiryastuti. *k21
1
Komentar