Desa Wisata Diminta Gencarkan Promosi
Kejar menjaring wisatawan lebih banyak di momen liburan Nataru
DENPASAR, NusaBali
Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkomdewi) Provinsi Bali, meminta desa wisata, baik pengelola, komunitas dan masyarakat maupun warga menggencarkan dan meningkatkan promosi. Salah satunya dengan memanfaatkan medis sosial (medsos).
Dengan promosi yang lebih intensif, desa wisata diperkirakan akan bisa menjaring wisatawan lebih banyak. Terutama pada momen liburan Nataru (Natal 25 Desember 2024 dan suasana keramaian Tahun Baru 1 Januari 2025) yang akan datang.
“Kami kira promosi yang lebih gencar tetap merupakan salah satu cara yang paling efektif, agar desa wisata bisa lebih banyak menggaet wisatawan,” ujar Ketua Forkomdewi Bali, I Made Mendra Astawa, Minggu (3/11).
Pada era digital ini, promosi melalui media sosial tentu tak boleh dilewatkan. Alasannya, melalui medsos promosi dinilai cukup efektif, cepat diketahui publik, dalam hal ini wisatawan.
“Hanya saja, SDM desa wisata perlu ditingkatkan kapasitasnya. Terutama dalam hal-hal teknis praktis terkait digitalisasi,” terangnya.
Misalnya bagaimana membuat konten, editing dan meng-upload ke media sosial.
“Forkomdewi, siap sudah membantu beberapa desa wisata, untuk memberi pendampingan,” ungkapnya Mendra Astawa.
Tahun 2024 ini sudah memberi pendampingan di sejumlah desa wisata di Kabupaten Buleleng di Desa Mayong, Desa Lokapaksa, Desa Munduk Bestala, Desa Umanyar yang berada di Kecamatan Seririt.
Yang lainnya di Desa Madenan, Kecamatan Tejakula, Desa Mangening di Kecamatan Kubutambahan, Desa Lemukih di Kecamatan Sawan, Desa Pegayaman di Kecamatan Sukasada, Desa Gobleg di Kecamatan Banjar. Kemudian Desa Bengkel di Kecamatan Busungbiu, Desa Sumberkima di Kecamatan Gerogak dan Desa Anturan di Kecamatan Buleleng.
Sedang di Kabupaten Klungkung, pendampingan diberikan di Desa Timuhun dan Desa Bakas di Kecamatan Banjarangkan. Kemudian di Desa Gelgel di Kecamatan Klungkkung.
“Pelatihan itu sekaligus mendukung program Dinas Pariwisata setempat,” terang Mendra Astawa.
Materi pelatihan tak hanya berkaitan dengan digitalisasi. Tetapi juga aspek lain. Pertama pengelolaan desa wisata, pelatihan pengelolaan home stay atau pondok wisata, pemandu wisata dan pemasaran digital.
“Pemasaran atau promosi digital, salah satu diantara pelatihan tersebut,” jelasnya.
Di Bali terakhir tercatat ada 240 desa wisata. Menurut Mendra Astawa, kapasitas sumber daya manusia (SDM) dari desa wisata perlu terus ditingkatkan menghadapi tantangan pemasaran di era digitalisasi.
Selain itu Mendra Astawa menyarankan desa wisata, menggarap segmen pasar, yakni pasar wisatawan domestik dan wisatawan manca negara secara berimbang.
“Jangan abaikan potensi wisatawan domestik. Karena justru di lapangan wisatawan domestik yang kadang lebih ramai ketimbang wisman,” sarannya.
Termasuk menjelang momen liburan Nataru nanti, wisatawan domestik diperkirakan akan ramai ‘membanjiri’ Bali untuk berwisata. K17.
1
Komentar