Inflasi di Bali Terkendali
BI minta waspadai imbas kenaikkan harga BBM hingga daging babi
DENPASAR, NusaBali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KPwBI Bali) Erwin Soeriadimadja mengingatkan beberapa risiko yang perlu diwaspadai terkait inflasi atau kenaikkan harga pada bulan November ini. Diantaranya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi, berlanjutnya kenaikan harga daging babi akibat masih tingginya permintaan dari luar Bali. Juga trend kenaikan harga emas dunia dan potensi berlanjutnya kenaikan harga komoditas hortikultura, seiring berakhirnya masa panen raya.
“Meski demikian beberapa faktor diprakirakan dapat mendukung terkendalinya inflasi,” ujarnya, Senin(4/11). Antara lain perluasan areal tanam (PAT) padi di Bali yang telah mencapai 83,8% dari target Kementan serta berlanjutnya panen gadu komoditas padi.
Untuk merespon potensi risiko inflasi ke depan, KPw BI Provinsi Bali kata Erwin Soeriadimadja terus mengajak seluruh Kabupaten/Kota di Bali untuk memperkuat langkah pengendalian inflasi secara konsisten, serta memperkuat inovasi dan sinergitas.
Konsistensi seluruh TPID Tim Pengendali Inflasi Daerah) di Bali dalam pengendalian inflasi diwujudkan melalui kebijakan 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi yang efektif).
Langkah tersebut antara lain operasi pasar murah dan Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) di lahan milik Pemprov.
“Langkah lain yang dilakukan termasuk penguatan pemantauan ketersediaan stok, perluasan distribusi cadangan pangan pemerintah melalui mitra distributor, toko pangan kita, dan pengecer,” lanjut Erwin Soeriadimadja.
Selain itu, TPID di Bali juga melakukan optimalisasi bantuan transportasi untuk mendorong kelancaran distribusi pangan, peningkatan sarana dan prasarana produksi pangan, penyebarluasan informasi pelaksanaan operasi pasar murah kepada masyarakat diiringi imbauan belanja bijak, serta mendorong integrasi data dan informasi khususnya neraca pangan.
Melalui langkah-langkah tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi, Provinsi Bali pada tahun 2024 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5%±1%.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik(BPS)Provinsi Bali merilis pada Oktober 2024 secara bulanan Bali mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 0,13% (mtm).
Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali menurun dari 2,67% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 2,51% (yoy), didorong normalisasi permintaan pasca Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Capaian inflasi Provinsi Bali tersebut secara bulanan berada di bawah Nasional yang mengalami inflasi bulanan 0,08% (mtm) dan inflasi tahunan 1,71% (yoy). Untuk menjaga inflasi pada rentang yang terkendali, langkah-langkah pengendalian inflasi perlu terus diperkuat melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), baik di tingkat provinsi Bali maupun kota/kabupaten.
Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga kopi bubuk, buncis, tomat, cabai rawit, dan sawi hijau. Kenaikan harga kopi bubuk disebabkan oleh lonjakan harga biji kopi global akibat gangguan cuaca di negara-negara produsen utama. Sementara itu, kenaikan harga komoditas hortikultura disebabkan berakhirnya periode panen yang mengurangi pasokan. k17
Komentar