nusabali

Penjor Kamasan dari Banjar Kehen Kesiman Petilan, Penjor ‘King’ yang Mencuri Perhatian

  • www.nusabali.com-penjor-kamasan-dari-banjar-kehen-kesiman-petilan-penjor-king-yang-mencuri-perhatian

DENPASAR, NusaBali.com – Salah satu inovasi seni budaya yang kembali menghidupkan kearifan lokal Bali adalah Penjor Kamasan yang dipersembahkan oleh Banjar Kehen Kesiman Petilan.

Penjor yang disebut sebagai "Penjor King" karena ukurannya yang besar dan desainnya yang detail, sukses menarik perhatian dalam lomba Penjor Pengerebongan di Denpasar pada Oktober lalu. 

Kini, Penjor King ‘reborn’ siap menghias kawasan Pura Jagatnatha, Denpasar, dalam rangkaian Piodalan dan Karya Padudusan Agung.


Banjar Kehen Kesiman Petilan, yang berlokasi di Jalan Sulatri, Denpasar Timur, merupakan salah satu dari enam banjar ‘jalur undangan’ untuk menampilkan Penjor mereka di Pura Jagatnatha. Lima banjar yang terlibat lainnya, yaitu Banjar Meranggi, Banjar Kedaton, Banjar Abian Nangka Kaja, Banjar Abian Tubuh, dan Banjar Kedaton, masing-masing membuat dua pasang Penjor yang nantinya akan dihitung menjadi total 12 Penjor.

Penjor karya Banjar Kehen Kesiman memperoleh nominasi 6 atau Juara Harapan III dalam lomba Penjor Pengerebongan sebelumnya. 

 "Tema Kamasan yang kami angkat dalam Penjor ini terinspirasi dari cerita filosofis yang berkaitan dengan kehidupan manusia, di mana banyak tokoh wayang yang mencerminkan sifat manusia. Kain Kamasan juga sering digunakan di Pelinggih dan tempat suci seperti pura," ungkap I Putu Wahyu Indra Jaya alias Jonter selaku konseptor Penjor Kamasan. 

Penjor Kamasan yang dibuat oleh Banjar Kehen memiliki ciri khas pada penggunaan warna dan simbolisme yang mendalam. Warna-warna yang digunakan, seperti coklat (Sigar Kamasan), merah, oranye, dan biru muda, diambil dari palet warna yang biasa digunakan dalam busana wayang Kamasan. Warna-warna ini tidak hanya memiliki makna estetika, tetapi juga sarat dengan filosofi, mencerminkan kehidupan manusia yang penuh warna dan perjalanan spiritual yang terus berkembang.

Penjor ini juga menampilkan gelungan keong atau kobra yang diukir, terinspirasi dari tundu (punggung) barong. “Kami mencoba mengaplikasikan ukiran-ukiran dalam gelungan keong, mengingat Kamasan erat kaitannya dengan wayang, yang juga sering menggambarkan kekuatan dan karakter dalam cerita-cerita mitologi Bali,” jelas Jonter.

Pembuatan Penjor ini dimulai setelah tuntasnya lomba Penjor Pengerebongan dan merupakan penjor undangan yang tidak ikut berlomba, namun tetap berfokus pada kualitas dan keindahan. Penjor ini dipasang di Pura Jagatnatha untuk pertama kalinya dan menjadi simbol penghormatan terhadap tradisi Bali yang sangat dihargai.

Meskipun demikian, pembuatan Penjor Kamasan ini tidak tanpa tantangan. Jonter mengakui bahwa waktu yang terbatas menjadi kendala utama dalam menyelesaikan karya besar ini. “Awalnya kami merasa kaget dengan waktu yang ada, namun ini menjadi tanggung jawab besar bagi kami. Kami ingin menampilkan yang terbaik, apalagi Penjor ini akan dipasang di Pura Jagatnatha,” katanya.


Gelungan keong yang menjadi bagian penting dari Penjor ini didesain dengan ukiran yang berbeda dari biasanya, yang umumnya dihiasi tulang lindung. Mereka memutuskan untuk menambahkan ukiran yang lebih mendalam dengan menggunakan cat minyak agar lebih cepat kering. Sementara untuk kain Kamasan, mereka menduplikasi desain tradisional dengan cara mencetaknya menggunakan teknologi modern.

Pembuatan Penjor ini memerlukan anggaran sekitar Rp6,5 juta hingga Rp7 juta, yang juga digunakan untuk pembuatan Penjor di acara Pengerebongan dan Pura Jagatnatha. Jonter berharap agar kegiatan lomba dan pembuatan Penjor ini bisa terus dilaksanakan di masa depan. "Event seperti ini sangat mendukung program pemerintah Kota Denpasar, dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi banjar-banjar lain untuk terus berkarya. Kami berharap ini dapat menumbuhkan kreativitas dan persatuan di antara masyarakat Bali," harapnya.

Penjor Kamasan ini tidak hanya menjadi karya seni, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya Bali. Dengan beragamnya tema dan inovasi dalam pembuatan Penjor, diharapkan budaya Bali semakin dikenal dan dihargai oleh generasi muda serta dapat menjadi bagian dari kebanggaan Bali di dunia internasional. 

Puncak Karya Padudusan Agung lan Ngenteg Linggih di Pura Agung Jagatnatha, Denpasar, akan berlangsung pada Sabtu (16/11/2024), bertepatan dengan Purnama Sasih Kalima. Rangkaian upacara ini sudah dimulai sejak 26 Maret 2024 dengan acara Maturan Penenten dan Nunas Pamuput Tawar, serta akan berlanjut dengan Mecaru Panca Kelud pada 1 November 2024, Melasti, dan Mepepada Karya pada 14 November. Setelah puncak acara pada 16 November, kegiatan akan diikuti dengan Bakti Penganyar pada 17 November 2024.*m03



Komentar