Atasi Krisis Air Bersih, Koster-Giri Fokuskan Pipanisasi Intrawilayah
Wayan Koster
Giri Prasta
Air Bersih
Air Bawah Tanah
Hotel
Pariwisata
Pilgub Bali
Pilkada 2024
Debat Terbuka
DENPASAR, NusaBali.com - Di tengah gemerlap pariwisata, masalah kesulitan mengakses air bersih masih terjadi di Pulau Dewata. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta menilai hal ini disebabkan distribusi air yang belum optimal.
Permasalahan distribusi air ini diangkat pasangan Koster-Giri di dalam debat terbuka kedua di The Meru Sanur, Denpasar, Sabtu (9/11/2024) malam saat sesi penajaman visi misi dan program pasangan calon (paslon).
Koster yang juga Gubernur Bali periode 2018-2023 menuturkan, riset mengatakan bahwa sumber dan debit air di Bali sebenarnya lebih dari cukup untuk kebutuhan masyarakat dan pariwisata. Yang menjadi titik bengek masalah air bersih adalah kesulitan pada akses sumber air itu sendiri.
“Masalahnya adalah bagaimana mendistribusikan air dari sumber air ke wilayah-wilayah yang tidak memiliki sumber air,” ungkap Koster.
Jawabannya adalah pengadaan jaringan pipa baru atau pipanisasi dan mesin pompa. Pipanisasi ini dilakukan dengan prinsip pemanfaatan sumber daya air intrawilayah untuk menekan biaya pengadaan agar tidak terlalu mahal.
Koster mencontohkan, di Kabupaten Karangasem terjadi kesulitan penyediaan air bersih di Kecamatan Kubu. Namun, Karangasem juga punya sumber mata air yang besar di Kecamatan Abang, Rendang, dan Bebandem yang bisa dipipanisasi ke daerah sekitar, terutama di mana masyarakat membutuhkan.
“Itu kan satu kabupaten, yang kesulitan air itu Kubu. Jadi, sumber airnya itu bisa disalurkan dari sumber air yang ada (di kecamatan lain) sehingga cost-nya untuk pengadaan pipa dan mesin tidak banyak,” beber Koster.
Hal yang sama juga dapat dilakukan di daerah lain yang mengalami masalah serupa, seperti di Kecamatan Tejakula dan Gerokgak, Buleleng. Termasuk juga di daerah kepulauan Bali seperti Kecamatan Nusa Penida, Klungkung yang mengalami kesulitan terhadap akses air bersih.
“Di Nusa Penida itu sudah ada sumber air di atas, cuman instalasi belum bisa turun sepenuhnya. Untuk itu, pipanisasi itu penting,” ungkap Giri saat konferensi pers usai debat, Sabtu malam.
Koster-Giri menegaskan, program pipapinasi bakal menjadi program prioritas jika paslon nomor urut 2 ini terpilih 27 November nanti di Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Bali. Mereka pun mengaku akan menalangi anggaran program ini kalau APBD kabupaten/kota tidak mampu menanggung mandiri.
Pipanisasi ini juga jadi strategi mencegah lebih banyak akomodasi pariwisata seperti hotel, vila, dan lainnya mengebor air bawah tanah. Koster-Giri bahkan menegaskan, bakal menyetop akomodasi pariwisata menggunakan air bawah lantaran jaringan pipa akan diperkuat.
“Sebenarnya itu merusak ekosistem alam dan mengubah struktur pertanahan yang mengancam keamanan kita. Untuk itu, harus diberlakukan larangan (akomodasi pariwisata) mengambil air bawah tanah karena itu merusak ekosistem,” tegas Koster. *rat
Koster yang juga Gubernur Bali periode 2018-2023 menuturkan, riset mengatakan bahwa sumber dan debit air di Bali sebenarnya lebih dari cukup untuk kebutuhan masyarakat dan pariwisata. Yang menjadi titik bengek masalah air bersih adalah kesulitan pada akses sumber air itu sendiri.
“Masalahnya adalah bagaimana mendistribusikan air dari sumber air ke wilayah-wilayah yang tidak memiliki sumber air,” ungkap Koster.
Jawabannya adalah pengadaan jaringan pipa baru atau pipanisasi dan mesin pompa. Pipanisasi ini dilakukan dengan prinsip pemanfaatan sumber daya air intrawilayah untuk menekan biaya pengadaan agar tidak terlalu mahal.
Koster mencontohkan, di Kabupaten Karangasem terjadi kesulitan penyediaan air bersih di Kecamatan Kubu. Namun, Karangasem juga punya sumber mata air yang besar di Kecamatan Abang, Rendang, dan Bebandem yang bisa dipipanisasi ke daerah sekitar, terutama di mana masyarakat membutuhkan.
“Itu kan satu kabupaten, yang kesulitan air itu Kubu. Jadi, sumber airnya itu bisa disalurkan dari sumber air yang ada (di kecamatan lain) sehingga cost-nya untuk pengadaan pipa dan mesin tidak banyak,” beber Koster.
Hal yang sama juga dapat dilakukan di daerah lain yang mengalami masalah serupa, seperti di Kecamatan Tejakula dan Gerokgak, Buleleng. Termasuk juga di daerah kepulauan Bali seperti Kecamatan Nusa Penida, Klungkung yang mengalami kesulitan terhadap akses air bersih.
“Di Nusa Penida itu sudah ada sumber air di atas, cuman instalasi belum bisa turun sepenuhnya. Untuk itu, pipanisasi itu penting,” ungkap Giri saat konferensi pers usai debat, Sabtu malam.
Koster-Giri menegaskan, program pipapinasi bakal menjadi program prioritas jika paslon nomor urut 2 ini terpilih 27 November nanti di Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Bali. Mereka pun mengaku akan menalangi anggaran program ini kalau APBD kabupaten/kota tidak mampu menanggung mandiri.
Pipanisasi ini juga jadi strategi mencegah lebih banyak akomodasi pariwisata seperti hotel, vila, dan lainnya mengebor air bawah tanah. Koster-Giri bahkan menegaskan, bakal menyetop akomodasi pariwisata menggunakan air bawah lantaran jaringan pipa akan diperkuat.
“Sebenarnya itu merusak ekosistem alam dan mengubah struktur pertanahan yang mengancam keamanan kita. Untuk itu, harus diberlakukan larangan (akomodasi pariwisata) mengambil air bawah tanah karena itu merusak ekosistem,” tegas Koster. *rat
Komentar