Undiksha Gelar Sarasehan Masyarakat Adat di Desa Pedawa
Upaya Menguatkan Tradisi di Era Modern
SINGARAJA, NusaBali - Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja menggelar sarasehan masyarakat adat di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Sabtu (16/11) dan Minggu (17/11).
Kegiatan ini digelar kerjasama dengan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Direktorat Jenderal Kebudayaan RI.
Selain melibatkan masyarakat adat, diskusi ini juga menghadirkan kalangan akademisi dan mahasiswa Undiksha, hingga Pemerintah Daerah. Diskusi ini menjadi ruang untuk mendayung suara masyarakat adat dalam menghadapi tantangan modernisasi. Serta diharapkan memperkuat peran kolektif menjaga eksistensi adat dan budaya.
Sarasehan ini diisi dengan berbagai pemaparan materi, seperti peran masyarakat adat terhadap ketahanan pangan yang dibawakan oleh narasumber dari Dinas Ketahanan Pangan Buleleng, pengembangan wisata berbasis masyarakat adat oleh narasumber dari Dinas Pariwisata Buleleng, hingga eksplorasi kearifan lokal Desa Pedawa dari akademisi Undiksha.
Dekan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) Undiksha, Prof Dr I Nengah Suastika mengungkap nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam kehidupan desa adat mulai terkikis dengan gelombang modernisasi dan kemajuan teknologi. Pengaruh yang signifikan disebut ada pada generasi muda yang banyak memilih bekerja keluar desa.
“Sehingga pewarisan tradisi adat secara turun-temurun terhambat. Gotong royong yang dulunya menjadi ciri khas kini lebih banyak dihadiri oleh orang tua, sementara generasi muda lebih memilih ke kota dan membawa budaya urban. Dampaknya, eksistensi rumah adat dan nilai-nilai tradisi adat mulai tergerus,” ungkapnya.
Dekan asal Desa Bonyoh, Kecamatan Kintamani, Bangli ini lantas menyampaikan contoh yang menggelitik terkait dengan tanda gradasi terhadap budaya Bali. Generasi muda kini yang menurutnya justru lebih kenal dengan bintang film luar negeri daripada tokoh-tokoh pewayangan. “Ini adalah persoalan prinsip,” kata dia.
Menurutnya, sarasehan ini menjadi momen strategis untuk berbagi gagasan, menyusun langkah bersama, dan mengembalikan nilai-nilai adat pada tempatnya.
Dalam kesempatan itu, Prof Suastika menyinggung pentingnya pembentukan Kementerian Kebudayaan yang khusus menangani isu adat dan budaya.“Kami berharap persoalan adat dan tradisi budaya mendapat perhatian yang lebih besar sehingga masyarakat adat semakin mandiri, kuat, dan mampu bertahan di tengah dinamika global,” ujarnya.
Di tempat yang sama perwakilan dari Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Agus Setyo Budi mengajak untuk membangun harmoni antara manusia dan alam. Ini sebagaimana yang dicontohkan oleh masyarakat di Desa Pedawa.
“Melihat kondisi saat ini, sangat penting untuk menjaga keseimbangan alam. Eksploitasi yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kehidupan kita semua. Saya menaruh harapan besar pada peran masyarakat adat dalam menjaga alam, tradisi, dan nilai-nilai kearifan lokal,” ujar Agus.
Prajuru Desa Adat Pedawa, I Ketut Kusuma Ratjaya, menekankan bahwa Desa Pedawa memiliki berbagai keunikan, baik dalam tradisi, budaya, maupun sistem pemerintahan desa adat.
“Kami terus berupaya menjaga warisan leluhur kami. Sarasehan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang penting untuk semakin menguatkan eksistensi budaya Desa Pedawa,” katanya.7 mzk
1
Komentar