Terbongkar Lagi! 64 Anjing Bali Diselundupkan ke Solo Raya Jadi Kuliner Gukguk, Kondisinya Memprihatinkan
Komunitas Pecinta Hewan Bantu Polisi Ungkap Kasus
Anjing Bali
Daging Anjing
Kuliner Gukguk
Pecinta Hewan
Perdagangan Anjing
Pelabuhan Gilimanuk
Banyuwangi
Animals Hope Shelter
Rabies
Cacing Jantung
BANYUWANGI, NusaBali.com - Sebanyak 64 ekor anjing Bali hendak diselundupkan ke wilayah Solo Raya, Jawa Tengah. Puluhan ekor anjing ini rencananya akan jadi bahan santapan. Naasnya, sebelum sampai ke piring makanan, anjing-anjing ini masih harus melalui perlakuan biadab.
Kasus ini terungkap ketika kepolisian berhasil menggerebek sebuah rumah di Dusun Trembelang, Desa/Kecamatan Cluring, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (16/11/2024). Di rumah itu, ditemukan sebuah gudang yang berisi puluhan anjing dengan kondisi memprihatinkan.
Puluhan anjing itu dibungkus dengan karung, kaki dan mulut mereka diikat agar tidak melawan dan bising. Ada indikasi anjing-anjing ini dalam kondisi kelelahan dan lapar setelah diangkut dari Bali menuju Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana sampai di Banyuwangi. Bahkan, satu ekor anjing mati karena indikasi ini.
Kasus perdagangan dan penyelundupan anjing ini terungkap berkat andil komunitas pecinta hewan. Salah satunya, Yayasan Sarana Metta Indonesia atau Animals Hope Shelter yang melakukan investigasi mandiri selama sebulan terakhir hingga membuntuti truk dagang yang ternyata bermuatan anjing.
“Titik terangnya setelah kami mendapat laporan dari follower kami yang dari Banyuwangi tentang truk itu. Dari sana kami mulai menginvestigasi,” kata Founder dan Leader Animals Hope Shelter Christian Joshua Pale kepada NusaBali.com, Selasa (19/11/2024).
Kata Christian, truk dagang bermuatan anjing ini sudah bolak-balik Bali-Banyuwangi beberapa kali. Namun, baru berhasil dibuntuti Jumat (15/11/2024) lalu sekitar pukul 17.46 WITA di Pelabuhan Gilimanuk. Sejak Jumat inilah, Christian dan timnya menguntit ke mana truk itu melaju.
Begitu terang benderang ke mana puluhan anjing itu diangkut, Christian lantas melapor ke Polsek Cluring, Banyuwangi pada Sabtu lalu agar dilakukan penggerebekan. Benar saja, pemilik rumah tidak berkutik ketika kepolisian mengetahui ada gudang berisi puluhan ekor anjing di dalamnya.
“Menurut informasi dari follower kami di Banyuwangi, awal bulan November, truk yang sama telah mengangkut anjing dari Bali untuk dibawa ke Seragen (bagian Solo Raya). Sekarang juga rencananya diangkut ke Solo Raya,” imbuh Christian.
Menurut hasil investigasi Animals Hope Shelter di Bali, anjing-anjing ini diambil dari Karangasem. Kebanyakan merupakan anjing liar dan ada pula anjing rumahan yang dicuri karena masih berkalung. Setelah ditangkap dan dicuri dari lapangan, anjing-anjing ini lantas dijual ke pengepul.
“Dari masyarakat dibeli pengepul seharga Rp 150.000 per ekor, kemudian dari pengepul ke rumah jagal itu Rp 200.000 per ekor. Tapi, dalam bentuk daging itu dijual antara Rp 50.000-60.000 per kilogram. Satu ekor anjing itu, mereka bisa jual dagingnya sampai Rp 600.000 ke warung makan,” jelas Christian.
Investigasi di lapangan mengungkap, daging anjing diolah jadi berbagai hidangan. Konsumen menyebutnya ‘kuliner gukguk’ seperti sate, rica-rica, sampai oseng-oseng. Sayangnya, kata Christian, dari tukang jagal sampai konsumen kuliner gukguk ini adalah kelompok masyarakat yang secara agamanya bertentangan.
Christian menegaskan, mengonsumsi daging anjing bukan juga soal agama. Tetapi, ini sudah menyimpang karena anjing sendiri bukan hewan konsumsi lantaran risiko penyakit yang dibawa. Selain berisiko membawa virus rabies, mengonsumsi kuliner gukguk berisiko terinfeksi parasit, bakteri, hingga cacing jantung yang mematikan.
“Penyakit, bakteri, dan parasit ini bisa menular ke manusia. Apalagi, kami lihat olahan daging anjing ini dikonsumsi sambil menenggak alkohol,” ungkap Christian yang menyebut Animals Hope Shelter rutin menginvestigasi dan melakukan penggerebekan perdagangan anjing bersama kepolisian sejak 2021.
Christian juga mempertanyakan keseriusan dan ketegasan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Bali terhadap kasus perdagangan anjing ini. Bali sendiri disebut masih menjadi zona merah rabies, tetapi anjing bisa keluar Bali tanpa kontrol. Bahkan bisa lolos lewat pintu keluar resmi seperti Pelabuhan Gilimanuk.
“Ini pembiaran. Pemerintah harus mengeluarkan regulasi larangan untuk perdagangan anjing dan konsumsi daging anjing,” tegas Christian, pendiri Animals Hope Shelter yang bermarkas di Bogor, Jawa Barat.
Kasus perdagangan 64 ekor anjing Bali ini bukan yang terbesar yang pernah diungkap Animals Hope Shelter. Awal tahun 2024 ini, Christian dan kawan-kawan sempat viral karena menyetop truk bermuatan 226 ekor anjing Bali di Tol Semarang bersama pihak kepolisian. *rat
Puluhan anjing itu dibungkus dengan karung, kaki dan mulut mereka diikat agar tidak melawan dan bising. Ada indikasi anjing-anjing ini dalam kondisi kelelahan dan lapar setelah diangkut dari Bali menuju Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana sampai di Banyuwangi. Bahkan, satu ekor anjing mati karena indikasi ini.
Kasus perdagangan dan penyelundupan anjing ini terungkap berkat andil komunitas pecinta hewan. Salah satunya, Yayasan Sarana Metta Indonesia atau Animals Hope Shelter yang melakukan investigasi mandiri selama sebulan terakhir hingga membuntuti truk dagang yang ternyata bermuatan anjing.
“Titik terangnya setelah kami mendapat laporan dari follower kami yang dari Banyuwangi tentang truk itu. Dari sana kami mulai menginvestigasi,” kata Founder dan Leader Animals Hope Shelter Christian Joshua Pale kepada NusaBali.com, Selasa (19/11/2024).
Kata Christian, truk dagang bermuatan anjing ini sudah bolak-balik Bali-Banyuwangi beberapa kali. Namun, baru berhasil dibuntuti Jumat (15/11/2024) lalu sekitar pukul 17.46 WITA di Pelabuhan Gilimanuk. Sejak Jumat inilah, Christian dan timnya menguntit ke mana truk itu melaju.
Begitu terang benderang ke mana puluhan anjing itu diangkut, Christian lantas melapor ke Polsek Cluring, Banyuwangi pada Sabtu lalu agar dilakukan penggerebekan. Benar saja, pemilik rumah tidak berkutik ketika kepolisian mengetahui ada gudang berisi puluhan ekor anjing di dalamnya.
“Menurut informasi dari follower kami di Banyuwangi, awal bulan November, truk yang sama telah mengangkut anjing dari Bali untuk dibawa ke Seragen (bagian Solo Raya). Sekarang juga rencananya diangkut ke Solo Raya,” imbuh Christian.
Menurut hasil investigasi Animals Hope Shelter di Bali, anjing-anjing ini diambil dari Karangasem. Kebanyakan merupakan anjing liar dan ada pula anjing rumahan yang dicuri karena masih berkalung. Setelah ditangkap dan dicuri dari lapangan, anjing-anjing ini lantas dijual ke pengepul.
“Dari masyarakat dibeli pengepul seharga Rp 150.000 per ekor, kemudian dari pengepul ke rumah jagal itu Rp 200.000 per ekor. Tapi, dalam bentuk daging itu dijual antara Rp 50.000-60.000 per kilogram. Satu ekor anjing itu, mereka bisa jual dagingnya sampai Rp 600.000 ke warung makan,” jelas Christian.
Investigasi di lapangan mengungkap, daging anjing diolah jadi berbagai hidangan. Konsumen menyebutnya ‘kuliner gukguk’ seperti sate, rica-rica, sampai oseng-oseng. Sayangnya, kata Christian, dari tukang jagal sampai konsumen kuliner gukguk ini adalah kelompok masyarakat yang secara agamanya bertentangan.
Christian menegaskan, mengonsumsi daging anjing bukan juga soal agama. Tetapi, ini sudah menyimpang karena anjing sendiri bukan hewan konsumsi lantaran risiko penyakit yang dibawa. Selain berisiko membawa virus rabies, mengonsumsi kuliner gukguk berisiko terinfeksi parasit, bakteri, hingga cacing jantung yang mematikan.
“Penyakit, bakteri, dan parasit ini bisa menular ke manusia. Apalagi, kami lihat olahan daging anjing ini dikonsumsi sambil menenggak alkohol,” ungkap Christian yang menyebut Animals Hope Shelter rutin menginvestigasi dan melakukan penggerebekan perdagangan anjing bersama kepolisian sejak 2021.
Christian juga mempertanyakan keseriusan dan ketegasan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Bali terhadap kasus perdagangan anjing ini. Bali sendiri disebut masih menjadi zona merah rabies, tetapi anjing bisa keluar Bali tanpa kontrol. Bahkan bisa lolos lewat pintu keluar resmi seperti Pelabuhan Gilimanuk.
“Ini pembiaran. Pemerintah harus mengeluarkan regulasi larangan untuk perdagangan anjing dan konsumsi daging anjing,” tegas Christian, pendiri Animals Hope Shelter yang bermarkas di Bogor, Jawa Barat.
Kasus perdagangan 64 ekor anjing Bali ini bukan yang terbesar yang pernah diungkap Animals Hope Shelter. Awal tahun 2024 ini, Christian dan kawan-kawan sempat viral karena menyetop truk bermuatan 226 ekor anjing Bali di Tol Semarang bersama pihak kepolisian. *rat
Komentar