nusabali

Karya Agung di Pura Desa lan Puseh Denpasar: Tradisi 154 Tahun yang Kembali Digelar

  • www.nusabali.com-karya-agung-di-pura-desa-lan-puseh-denpasar-tradisi-154-tahun-yang-kembali-digelar

DENPASAR, NusaBali.com – Pura Desa lan Puseh Desa Adat Denpasar, yang terletak di depan Pasar Badung, menggelar Karya Agung dengan puncak acara pada Selasa (19/11/2024), bertepatan dengan Anggar Kasih Tambir. Prosesi ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Desa Adat Denpasar, mengingat Karya serupa terakhir digelar pada tahun 1870, 154 tahun silam.

Manggala Karya sekaligus Bendesa Desa Adat Denpasar, Anak Agung Ngurah Alit Wira Kesuma, menjelaskan bahwa persiapan untuk Karya Agung ini telah dimulai sejak 2023. "Kami mempersiapkan dana, sarana, dan prasarana seperti banten. Kami juga memperbaiki pelinggih dan bangunan lainnya di Pura Desa dan Puseh," ujarnya.  

Penyelenggaraan Karya Agung ini didukung dana swadaya masyarakat yang mencapai Rp1 miliar lebih.  Bantuan juga datang dari pemerintah daerah.   "Dana tersebut kami alokasikan untuk berbagai kebutuhan, termasuk perbaikan palinggih, bangunan, dan bale kulkul yang menghabiskan Rp400 juta, serta pelaksanaan ngodak Ida Sesuhunan sebesar Rp480 juta," jelasnya.  

Masyarakat adat juga turut berkontribusi melalui pengumpulan uang kepeng sebanyak tiga kepeng per kepala keluarga (KK) untuk mendem pedagingan. Selain itu, setiap banjar adat diminta membuat pejati sebagai bagian dari sarana persembahan.  

Rangkaian Karya Agung ini telah dimulai sejak September 2024, mencakup perbaikan pura, upacara ngodak Ida Sesuhunan, hingga melaspas suci. Prosesi nyengker berlangsung selama 26 hari, dari 30 Oktober hingga 26 November 2024. Selama masa nyengker, masyarakat dilarang melaksanakan upacara ngaben bagi warga yang meninggal.  


Karya ini melibatkan 106 banjar adat yang berada di Desa Adat Denpasar. "Karya ini merupakan yadnya tulus ikhlas kepada Ida Sang Hyang Widhi. Meskipun terlihat mahal, ini adalah bentuk persembahan tanpa dikaitkan dengan aspek ekonomi atau bisnis," tegas Alit Wira Kesuma.  

Ia juga menekankan makna filosofis dari Karya Agung ini sebagai wujud rasa syukur atas pulihnya ekonomi pascapandemi COVID-19. "Pandemi lalu mematikan banyak sektor, dan Karya ini menjadi simbol kebangkitan sekaligus ungkapan bhakti kami kepada alam dan Ida Sang Hyang Widhi," tambahnya.  

Rangkaian Karya akan ditutup dengan upacara Nyegara Gunung yang semula dijadwalkan pada 27 November, tetapi diundur menjadi 1 Desember karena adanya Pilkada serentak.  

"Karya ini adalah momen bersejarah bagi Desa Adat Denpasar. Harapan kami, Karya ini dapat berjalan dengan khidmat dan memberikan rahayu bagi seluruh umat," tutupnya.  

Dengan semangat gotong royong, Karya Agung ini tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga menghidupkan aspek seni, budaya, dan ekonomi, sebagaimana filosofi yadnya dalam kehidupan masyarakat Bali.  *m03

Komentar