Taman Belajar Puspita Laksmi Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Buleleng
Fasilitasi Anak Buleleng Bisa Baca Tulis
SINGARAJA, NusaBali - Gebrakan Sekaa Truna Truni (STT) Puspita Laksmi Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Buleleng yang mendirikan taman belajar patut diacungi jempol.
Pemuda-pemuda desa mengikhlaskan waktunya 4 jam dalam seminggu untuk membantu anak-anak desa, untuk fasih membaca dan menulis. Terutama mereka yang ada di pendidikan dasar.
Inisiator taman belajar I Gede Yudi Antara dalam podcast Dinas Kominfosanti Buleleng, belum lama ini menceritakan, idenya membuka taman belajar, karena melihat persoalan di desanya. Banyak anak-anak yang masih duduk di jenjang SD, belum fasih membaca dan menulis. Setelah diamati ada sejumlah kendala dan faktor penyebab.
“Ada yang disebabkan dari pribadi anak bersangkutan yang kurang belajar, ada juga karena kondisi orang tua yang sibuk bekerja, sehingga tidak sempat mengawasi anak belajar di rumah, ada juga karena faktor ekonomi dan faktor pendidikan orang tua. Akhirnya kami mulai taman belajar ini pada 2019 lalu,” ucap Yudi yang kesehariannya adalah guru SMPN 1 Seririt.
Anak-anak desa yang belum fasih membaca dan menulis dikumpulkan dan diajak belajar bersama di satu tempat yang mereka sepakati. Yudi bersama anggota STT lainnya yang bersedia menjadi mentor, mengajar secara sukarela anak-anak desa ini setiap Sabtu dan Minggu. Pertemuannya hanya dua jam saja.
Kegiatan Taman Belajar Puspita Laksmi Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Buleleng, fasilitasi anak-anak desa yang belum fasih baca tulis. –IST
Mentor taman belajar juga menyiapkan metode pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga tidak membuat anak-anak bosan dan tetap fokus. “Rasa haru dan bangga kami ketika melihat anak-anak yang kami bina bisa berprestasi di sekolah mereka, ada juga yang juara baca puisi, ini membuat kami semakin semangat lagi membina adik-adik kami di desa,” ungkap Yudi.
Selain diajari membaca dan menulis, taman belajar juga mencoba menanamkan pendidikan karakter menggunakan pendekatan Tri Hita Karana (tiga hubungan yang menyebabkan kebahagiaan). Di awal pertemuan dibiasakan dengan bertrisandya yang mencerminkan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Lalu proses belajar menyenangkan dengan teman-teman sebaya dan mentor. Kebiasaan baik mulai dari hal-hal kecil menjaga lingkungan sekitar juga ditanamkan. Misalnya melihat sampah berserakan, dipungut dan dimasukkan ke tempat sampah. Hal lain lainnya juga diselipkan pemahaman siaga bencana, mengingat Desa Pengastulan masuk dalam zona rawan bencana gempa bumi hingga tsunami. Yudi dan STT Puspita Laksmi menginginkan pemahaman bencana alam bisa dipahami semua lini usia termasuk anak-anak.
Program inspirasi berdampak ini pun mengantarkan Yudi mewakili Buleleng dalam lomba Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan. Namun perjuangannya melaju ke nasional gagal karena belum berhasil menjadi yang terbaik di tingkat provinsi.7 k23
1
Komentar