Mulia-PAS Usul Bikin Big Data Pertanian dengan Blockchain
Mulia-PAS
Big Data
Smart Agriculture
Pertanian
Subak
Internet of Thing
IOT
Pilgub Bali
Debat
Blockchain
Web3
MANGUPURA, NusaBali.com - Pasangan Calon Gubernur Bali nomor urut 1 Made Muliawan Arya dan Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) mengusulkan pembentukan ‘big data’ pertanian pada debat final Pilgub Bali di Bali Nusa Dua Convention Center, Kuta Selatan, Badung pada Rabu (20/11/2024) malam.
Kata PAS, big data pertanian ini untuk menyimpan seluruh data pertanian di Pulau Dewata. Pembentukan big data ini guna mendukung smart agriculture yakni penerapan teknologi termutakhir di bidang pertanian.
“Pemerintah harus membikin big data atau blockchain tentang smart agriculture ini,” kata PAS yang juga mantan Bupati Buleleng dua periode ini saat debat, Rabu malam.
Big data berbasis teknologi Web3 dengan keamanan tinggi dan multiserver bakal menyimpan data-data pertanian. Data yang tersimpan ini seperti kelembapan tanah, ph tanah, bibit unggul, dan seluruh data pertanian lainnya secara holistik.
Data yang terkumpul secara otomatis melalui teknologi Internet of Thing (IoT) lantas disimpan pada wahana blockchain. Sewaktu-waktu, data yang terkumpul dapat dibuka sebagai basis pengambilan kebijakan strategis di bidang pertanian layaknya BMKG memprakirakan cuaca.
“Smart agriculture dan smart farming adalah terobosan teknologi agar bagaimana teknologi itu bisa meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlangsungan pertanian,” imbuh PAS.
Big data dinilai krusial untuk mendukung keberhasilan pertanian di Bali lantaran menyempitnya lahan produktif akibat faktor manusia dan alam. Lahan pertanian yang sempit ini dinilai bakal menghasilkan produksi lebih jika smart agriculture berhasil diterapkan.
“Data di big data akan dipakai agar program seperti pembangunan greenhouse dan pertanian berbasis IoT ini benar-benar menjadi harapan petani untuk produksi-produksi yang menghasilkan nilai tambah dan daya saing,” jelas PAS.
Sementara itu, Muliawan Arya alias De Gadjah berjanji meningkatkan alokasi dana pertanian untuk mendukung smart agriculture. Menurutnya, smart agriculture tidak bisa diterapkan secara cepat. Perlu penguatan sistem dan lembaga pertanian sebelum ke penerapan teknologinya.
“Yang terpenting adalah anggarannya. Periode lalu itu pertanian hanya dianggarkan Rp 800 juta, bagaimana mau melakukan smart agriculture? Hampir Rp 1,3 triliun dibantu Menteri Pertanian. Itulah pentingnya satu jalur,” tandas De Gadjah. *rat
“Pemerintah harus membikin big data atau blockchain tentang smart agriculture ini,” kata PAS yang juga mantan Bupati Buleleng dua periode ini saat debat, Rabu malam.
Big data berbasis teknologi Web3 dengan keamanan tinggi dan multiserver bakal menyimpan data-data pertanian. Data yang tersimpan ini seperti kelembapan tanah, ph tanah, bibit unggul, dan seluruh data pertanian lainnya secara holistik.
Data yang terkumpul secara otomatis melalui teknologi Internet of Thing (IoT) lantas disimpan pada wahana blockchain. Sewaktu-waktu, data yang terkumpul dapat dibuka sebagai basis pengambilan kebijakan strategis di bidang pertanian layaknya BMKG memprakirakan cuaca.
“Smart agriculture dan smart farming adalah terobosan teknologi agar bagaimana teknologi itu bisa meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlangsungan pertanian,” imbuh PAS.
Big data dinilai krusial untuk mendukung keberhasilan pertanian di Bali lantaran menyempitnya lahan produktif akibat faktor manusia dan alam. Lahan pertanian yang sempit ini dinilai bakal menghasilkan produksi lebih jika smart agriculture berhasil diterapkan.
“Data di big data akan dipakai agar program seperti pembangunan greenhouse dan pertanian berbasis IoT ini benar-benar menjadi harapan petani untuk produksi-produksi yang menghasilkan nilai tambah dan daya saing,” jelas PAS.
Sementara itu, Muliawan Arya alias De Gadjah berjanji meningkatkan alokasi dana pertanian untuk mendukung smart agriculture. Menurutnya, smart agriculture tidak bisa diterapkan secara cepat. Perlu penguatan sistem dan lembaga pertanian sebelum ke penerapan teknologinya.
“Yang terpenting adalah anggarannya. Periode lalu itu pertanian hanya dianggarkan Rp 800 juta, bagaimana mau melakukan smart agriculture? Hampir Rp 1,3 triliun dibantu Menteri Pertanian. Itulah pentingnya satu jalur,” tandas De Gadjah. *rat
1
Komentar