Lawar Rumput Laut, Inovasi Kuliner Bali dari Desa Serangan
DENPASAR, NusaBali.com – Bali tidak hanya dikenal dengan kekayaan tradisi dan budayanya, tetapi juga beragam kuliner khas yang memikat hati para pencinta makanan. Salah satu hidangan ikonik yang tetap menjadi favorit adalah Lawar Bali.
Lawar, lauk khas Bali yang terbuat dari campuran olahan daging, sayuran, dan bumbu rempah, memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Tidak hanya menjadi santapan sehari-hari, lawar juga menjadi bagian dari berbagai upacara adat dan keagamaan. Pada masa lampau, lawar bahkan menjadi simbol persatuan masyarakat Bali, merepresentasikan kebersamaan dalam setiap kesempatan.
Kini, inovasi terus dikembangkan untuk memberikan sentuhan baru pada lawar tradisional ini. Salah satu inovasi unik muncul dari Desa Serangan, Denpasar, melalui olahan lawar berbahan dasar rumput laut.
“Ide ini saya bawa untuk memperkenalkan ciri khas pesisir Desa Serangan, khususnya dengan rumput laut yang kami budidayakan sendiri,” ujar I Wayan Suaka, salah satu peserta lomba ngelawar yang digelar pada Sabtu (23/11/2024), dalam rangka Karya Padudusan Agung dan Ngenteg Linggih di desa tersebut.
Rumput laut yang digunakan dikenal dengan nama latoni, yang biasanya menjadi makanan penyu sekaligus bahan baku kosmetik ekspor. Ketika diolah menjadi lawar, latoni menawarkan sensasi rasa unik dengan tekstur kenyalnya. Selain itu, latoni memiliki berbagai khasiat, termasuk baik untuk pencernaan.
Proses pengolahan latoni cukup sederhana. Rumput laut ini dijemur hingga kering, kemudian dicuci bersih dan direndam 3–4 kali untuk menghilangkan kadar garam dan bau alaminya. “Untuk olahan lawar, kami memastikan bahan benar-benar segar,” tambah Suaka.
Dalam lomba tersebut, lawar rumput laut dipadukan dengan daging ayam atau babi sesuai kriteria kompetisi. Meski begitu, Suaka menyebut rumput laut ini sebenarnya lebih cocok dipadukan dengan daging gurita atau cumi, memberikan cita rasa laut yang khas.
Meski ikut serta dalam lomba ngelawar, Suaka menegaskan bahwa keikutsertaannya bukan hanya demi meraih gelar juara. “Saya ingin memperkenalkan olahan lawar dari pesisir Serangan yang mungkin belum banyak orang tahu,” ujarnya. Inovasi ini menjadi cara untuk menunjukkan kekayaan kuliner lokal yang masih jarang dikenal.
Perpaduan bahan lokal seperti rumput laut dengan bumbu khas Bali—bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, ketumbar, lengkuas, kelapa, dan terasi—menciptakan lawar dengan cita rasa yang kaya dan otentik.
Inovasi seperti lawar berbahan dasar rumput laut tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga memperkenalkan keanekaragaman kuliner Bali ke dunia. Lawar Bali adalah bukti bahwa tradisi kuliner bisa terus berkembang tanpa kehilangan identitasnya, mencerminkan kekayaan budaya Pulau Dewata yang abadi. *win
Komentar