Figur Berpengaruh Besar di Pilgub Bali
Di Balik Kokohnya ‘Kandang Banteng’ Bali di Pilkada 2024
Kombinasinya Wayan Koster dengan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta yang sangat populer di basis perdesaan semakin menguatkan pasangan usungan PDIP ini
DENPASAR, NusaBali
Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar Dr I Nyoman Subanda mengatakan para pemilih di Indonesia saat ini lebih cenderung melihat faktor figur atau ketokohan dalam menentukan pilihan dalam kontestasi Pilkada atau Pemilu. Termasuk di Bali, Subanda menyebut figur punya peran yang sangat besar.
Kemenangan para pasangan Calon Gubernur-Calon Wakil Gubernur (Cagub-Cawagub) Bali dan Bupati/Walikota di Bali menurut Subanda karena pemilih melihat figur. Menurutnya faktor partai politik cenderung diabaikan oleh pemilih.
“Yang benar-benar pengikut partai saya kira sesuai penelitian 15 persen saja,” ujar Subanda kepada NusaBali, Jumat (29/11).
Subanda mengatakan kemenangan paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) di Pilpres 2024 lalu di Bali lebih disebabkan faktor figur. Bali yang disebut kandangnya PDI Perjuangan tidak dapat memenangkan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang diusung partai berlambang banteng. Sosok Prabowo-Gibran yang didukung ketokohan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kala itu mampu mempecundangi Capres usungan PDI Perjuangan (PDIP).
Karena itu, menurut Subanda, kemenangan banyak kader PDIP di Pilkada serentak di Bali bukan hanya disebabkan oleh faktor partai politik. Tanpa menegasikan peran militan partai politik di akar rumput, Subanda melihat figur-figur yang diusung PDIP mendapat dukungan masyarakat Bali. Subanda menuturkan, pada awalnya PDIP merupakan partai yang sangat melekat di hati masyarakat Bali pasca runtuhnya orde baru. PDIP identik dengan perjuangan melawan penguasa yang dzolim. Namun perlahan, fanatisme terhadap partai berkurang karena adanya sejumlah kasus yang menjerat kader. Hal itu tidak hanya terjadi pada PDIP tapi pada partai-partai lainnya di Indonesia. Masyarakat berganti mengidolakan tokoh atau figur.
Terkait kemenangan yang hampir pasti diraih paslon Koster-Giri pada Pilgub Bali 2024, Subanda juga melihat ketokohan dua kader PDIP yang sangat kuat. Koster walaupun pada awalnya sempat diragukan elektabilitasnya, nyatanya memiliki basis suara tersendiri. Apalagi belakangan Cagub incumbent ini rajin masuk kampus bertemu para mahasiswa menyampaikan berbagai keberhasilannya selama memimpin Bali, termasuk soal pembangunan infrastruktur.
Kombinasinya dengan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta yang sangat populer di basis perdesaan semakin menguatkan pasangan ini. Giri Prasta diketahui ‘berinvestasi’ ke 9 kabupaten/kota membagikan hibah Kabupaten Badung. “Itu faktor yang menguatkan elektabilitas keduanya,” kata Subanda.
Di sisi lain, menurut Subanda, sang rival Mulia-PAS merupakan ‘pasangan baru’. Made Muliawan Arya atau De Gadjah pada awalnya bahkan hanya diplot menjadi Calon Wakil Gubernur dipasangkan dengan beberapa tokoh yang sempat diisukan maju. “Dari isu awal De Gadjah itu posisinya wakil tiba-tiba orang nomor satu,” kata Subanda.
Pun, ketika De Gadjah maju sebagai Calon Gubernur, sang wakil Putu Agus Suradnyana (PAS) tidak ada yang menduga maju. Karena PAS justru kader PDIP yang belakangan memutuskan keluar dan maju sebagai rival. Sementara Pengamat Politik Universitas Udayana (Unud) Dr Kadek Dwita Apriani melihat kemenangan kader PDIP dalam Pilkada di Bali karena partai banteng moncong putih telah banyak belajar dari kekalahan di Pilpres 2024
Pengamat Politik Unud, Dr Kadek Dwita Apriani –NUSA BALI
Menurutnya, PDIP cenderung sangat hati-hati menonjolkan figur-figur yang ada di belakang paslon yang didukung. Dwita mengatakan, popularitas PDIP kini tengah menurun khususnya di mata pemilih muda. Karena itu, misalnya, dalam banyak kampanye para paslon dan pendukungnya sangat jarang mengenakan pakaian merah yang identik dengan warna kebesaran PDIP.
“Atribut-atribut yang mereka tonjolkan untuk mengambil suara kelihatannya tidak seperti di masa lalu,” kata akademisi FISIP Unud ini. Dwita mengatakan partai politik kini beradaptasi dengan beralihnya pemilih dominan ke usia yang lebih muda. “Gen Z makin ke sini makin terkikis identifikasi partainya. Jadi partai pun secara strategik harus melakukan perubahan strategi marketing,” jelas Dwita, peraih gelar doktor Ilmu Politik dari Universitas Indonesia (UI) ini.
Seperti diberitakan meskipun KPU Bali belum mengumumkan secara resmi hasil pelaksanaan Pilgub Bali 27 November 2024, namun pasangan Cagub-Cawagub Wayan Koster-Nyoman Giri Prasta (Koster-Giri) sudah dipastikan bakal menjadi pemenang. Koster-Giri yang akan menjabat Gubernur-Wakil Gubernur Bali pada periode 2024-2029 ini menegaskan komitmen totalitas ngayah untuk Bali dengan mewujudkan Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Berdasarkan hasil penghitungan suara berbasis C-Hasil Salinan dari 6.795 TPS se- Bali (100 persen), pasangan Koster-Giri memperoleh sebanyak 1.414.284 suara (61,49%) menggungguli pesaingnya pasangan Cagub-Cawagub Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) yang memperoleh sebanyak 886.053 suara (38,51%), dengan selisih sebanyak 528.231 suara (22,98%). Pasangan Koster-Giri dipastikan juga menang di semua Kota/Kabupaten se-Bali.
Kedigdayaan Koster-Giri yang diusung PDIP dan partai koalisi ini mampu sapu bersih dengan hasil yang signifikan di semua kabupaten dan kota di Bali. Di Kabupaten Bangli, Koster-Giri memperoleh sebanyak 112.124 suara (75,04%) dan Pasangan Mulia-PAS memperoleh sebanyak 37.299 suara (24,96%). Di Kabupaten Gianyar, Pasangan Koster-Giri memperoleh sebanyak 223.801 suara (71,24%) dan Pasangan Mulia-PAS memperoleh sebanyak 90.344 suara (28,76%). Kemudian di Kabupaten Tabanan, Pasangan Koster-Giri memperoleh sebanyak 204.044 suara (67,03%) dan Pasangan Mulia-PAS memperoleh sebanyak 100.345 suara (32,97%).
Sebaliknya di Kabupaten Badung yang menjadi basis Cawagub Giri Prasta, Pasangan Koster-Giri memperoleh sebanyak 204.005 suara (64,73%) dan Pasangan Mulia-PAS memperoleh sebanyak 111.143 suara (35,27%). Sedangkan di Kabupaten Klungkung, Pasangan Koster-Giri memperoleh sebanyak 71.034 suara (59,26%) dan Pasangan Mulia-PAS memperoleh sebanyak 48.841 suara (40,74%). Kemudian di Kabupaten Buleleng yang menjadi basis Cagub Koster, Pasangan Koster-Giri memperoleh sebanyak 206.256 suara (57,38%) dan Pasangan Mulia-PAS memperoleh sebanyak 153.214 suara (42,62%). Selanjutnya di Kabupaten Jembrana, Pasangan Koster-Giri memperoleh sebanyak 97.461 suara (57,03%) dan Pasangan Mulia-PAS memperoleh sebanyak 73.419 suara (42,97%). Sementara di Kabupaten Karangasem, Pasangan Koster-Giri memperoleh sebanyak 149.569 suara (54,25%) dan Pasangan Mulia-PAS memperoleh sebanyak 126.142 suara (45,75%).
Sebaliknya di Kota Denpasar yang merupakan basis Cagub Made Muliawan Arya alias De Gadjah, Pasangan Koster-Giri memperoleh sebanyak 145.990 suara (50,13%) dan Pasangan Mulia-PAS memperoleh sebanyak 145.252 suara (49,87%). Di Denpasar menjadi ‘Perang Kota’ yang sengit, karena Koster-Giri mampu memberikan perlawanan sengit dan meraih kemenangan, walaupun dengan angka tipis. 7 adi
Komentar