Umat Hindu Bali Miliki Pura Pertama di Belanda
Bernama Pura Shanta Citta Bhuwana, PHDI Bali Beri Apresiasi
DENPASAR, NusaBali - Kedutaan Besar RI (KBRI) Den Haag meresmikan sekaligus melaspas Pura Shanta Citta Bhuwana yang merupakan pura pertama untuk umat Hindu di Belanda yang berlokasi di Taman Indonesia, Kota Kallenkote, Belanda pada Tilem Kelima, Saniscara Umanis Medangkungan, Sabtu (30/11).
Menurut keterangan tertulis KBRI Den Haag, inisiatif pendirian pura tersebut datang dari Komunitas Bali di Belanda dan KBRI Den Haag sepenuhnya mendukung inisiatif tersebut dengan memfasilitasi pendiriannya.
“Pura ini tidak hanya sekedar tempat untuk ritual ibadah bagi umat Hindu Bali di Belanda dan sekitarnya, tapi juga simbol kebanggaan bersama, dan bukti tekad kerja keras, kerukunan, toleransi, dan semangat gotong royong,” kata Duta Besar Indonesia untuk Belanda, Mayerfas dalam keterangannya, Minggu (1/12). Pihak KBRI menyebutkan bahwa Komunitas Bali di Belanda yang berjumlah lebih dari 250 orang, telah lama menginginkan keberadaan pura di Belanda untuk ibadah dan merayakan hari-hari besar. Sebelum pendirian pura di Belanda tersebut, Komunitas Bali terpaksa menyewa gedung dan berpindah-pindah tempat, termasuk bepergian ke pura di Belgia.
Pura Shanta Citta Bhuwana yang terletak di Taman Indonesia, Kota Kallenkote, Belanda. –IST
Sementara itu, pimpinan Yayasan Bali Abdi Samasta, Made Aniadi, mengungkapkan rasa harunya setelah berjuang bertahun-tahun untuk mewujudkan pendirian pura tersebut. “Senang sekali karena perayaan Galungan Kuningan tahun depan sudah bisa diadakan di pura ini,” kata Aniadi. Diketahui bahwa Yayasan Bali Abdi Samasta bertanggung jawab untuk pembangunan, penggunaan, dan pemeliharaan pura tersebut.
“Di Belanda sudah banyak sekali masjid dan gereja milik diaspora Indonesia, jadi kami komunitas Hindu Bali juga ingin sekali memiliki pura. Ini untuk anak cucu kita juga,” tambah Aniadi. Selain sumbangan sukarela dari komunitas diaspora Indonesia di Belanda, pihak KBRI menyebutkan banyak pihak yang turut membantu pendirian pura tersebut, salah satunya memberikan sumbangan materi pura yang dibuat dari batu hitam Karangasem oleh warga Bali di Indonesia. Pura yang memiliki nama ‘Shanta Citta Bhuwana’ --yang berarti tempat untuk mencari ketenangan dan kedamaian pikiran-- berada di dalam Taman Indonesia, yang dikelilingi flora fauna dari Indonesia dan jauh dari keramaian kota.
Keberadaan pura tersebut diharapkan dapat menambah khasanah sekaligus menjadi sarana promosi budaya dan tradisi Indonesia di Belanda guna meningkatkan kunjungan wisata ke Indonesia.
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali mengapresiasi pembangunan pura yang diberi nama Shanta Citta Bhuwana yang terletak di Taman Indonesia, Kota Kallenkote ini. Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak menyampaikan peresmian yang diiringi upacara pamelaspasan pura di Belanda tentunya menjadi kabar yang membahagiakan bagi umat Hindu di Bali.
“Tentu ini kabar baik bagi kami sebagai umat Hindu di Bali. Secara demografi, kami sempat cek jumlah umat Hindu di Belanda mencapai 0,9 persen dari jumlah total penduduk di sana. Tentu dengan adanya fasilitas ini, akan memenuhi kebutuhan umat Hindu yang merantau atau menetap di Belanda,” kata Kenak saat dihubungi, Senin (2/12).
Menurut Kenak pembangunan pura pertama di Negeri Kincir Angin juga sebagai pertanda hubungan bilateral Belanda dan Indonesia dalam bidang keagamaan sangat baik. Kenak berharap keberadaan pura yang diberi nama Pura Shanta Citta Bhuwana, yang berarti tempat untuk mencari ketenangan dan kedamaian pikiran, dapat dimanfaatkan umat Hindu Bali di Belanda dengan sebaik-baiknya. “Terkait ritual, tentu tidak bisa disamakan dengan Bali. Ada budaya yang berbeda, tapi pastinya memiliki tujuan yang sama memuja Tuhan Yang Maha Esa,” ucap Kenak.
Sementara itu Seniman Bali Made Agus Wardana mengatakan dirinya sempat mengunjungi Pura Shanta Citta Bhuwana tahun lalu saat tur kesenian di Eropa. Wardana mengatakan terdapat dua palinggih di areal pura seluas sekitar 1 are. “Saya komunikasi dengan Ibu Aniadi saat peresmian juga dilakukan upacara Melaspas Alit,” ungkap seniman Gamelan Mulut alias Gamut.
Wardana yang sempat belasan tahun menetap di Belgia mengatakan, keberadaan pura di Belanda merupakan sebuah kebanggaan dan anugerah bagi orang Bali. Sebelumnya telah dibangun pura di Belgia, Jerman, dan di Polandia yang masih dalam proses pengerjaan. Menurutnya, keberadaan pura di Eropa selalu menarik perhatian warga di sana. Masyarakat Belgia misalnya selalu menanyakan kapan pelaksanaan upacara di Pura Agung Shanti Bhuwana yang biasanya dibarengi dengan pementasan kesenian Bali.
Meskipun ritual yang dilakukan jauh lebih sederhana dibanding di Bali, namun hal itu hanya menunjukkan bahwa agama Hindu Bali dapat beradaptasi sesuai dengan Desa, Kala, Patra. “Keberadaan pura akan semakin mempererat persatuan umat Hindu Bali di Belanda,” ucap Wardana. 7 adi, ant
1
Komentar