Masalah Kejiwaan Makin Nyata, Kemenkes Target Cetak 10 Juta First Aider Luka Psikologis
First Aider
Kesehatan Jiwa
Kemenkes
Imran Pambudi
P3LP
Masalah Kejiwaan
ODGJ
ODMK
Psikolog
Psikiater
DENPASAR, NusaBali.com - Pertolongan pertama tidak saja untuk luka fisik, penanganan dini semacam ini juga diperlukan untuk luka psikologis. Keberadaan first aider untuk melakukan Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP) dinilai urgen untuk mencegah masalah kejiwaan menjadi gangguan jiwa.
Akan tetapi, RI belum memiliki tenaga yang cukup untuk first aider P3LP ini sebab program ini baru saja mulai dibentuk tiga bulan terakhir. Direktorat Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menargetkan mencetak minimal 10 juta first aider dalam lima tahun ke depan.
“Harapan kami dalam lima tahun ke depan paling tidak ada 10 juta first aider,” kata Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes dr Imran Pambudi MPHM pada acara Kampanye P3LP di Denpasar, Jumat (6/12/2024).
Target 10 juta penolong pertama (first aider) untuk melakukan P3LP ini disebut cukup realistis. Sebab, idealnya rasio first aider terkait masalah kejiwaan ini adalah 1 berbanding 10 penduduk.
Berdasarkan proyeksi penduduk RI tahun 2024 yang jumlahnya sudah melebihi 280 juta jiwa, first aider ini seharusnya berjumlah 28 juta orang. Kemudian, dikurangi penduduk balita dan anak-anak maka menjadi sekitar 20 juta orang first aider.
Masyarakat umum mungkin lebih mengenal Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K). P3LP ini pun berfungsi serupa dengan P3K, namun sasarannya adalah individu dengan gejala dan masalah kejiwaan atau luka batin.
“Tahun depan ini kami mulai mencetak satu juta. Baru kemudian tahun-tahun berikutnya bisa dua juta first aider per tahun,” imbuh Imran yang juga Ketua Dewan Pengawas RSPI Sulianti Saroso ini.
Imran mengatakan, semua orang bisa jadi first aider P3LP. Namun, jadi nilai plus jika calon first aider adalah pribadi dengan kemampuan interpersonal seperti mudah diajak berbicara/curhat, mudah bergaul, memiliki lingkup pertemanan yang luas, dan pintar menjaga rahasia.
First aider luka psikologis ini punya tiga tugas. Pertama, memerhatikan perubahan perilaku. Kemudian, mendengarkan. Menjadi teman meluahkan unek-unek individu yang mengalami perubahan perilaku dengan empati tinggi.
Dua langkah ini untuk mencegah gejala masalah kejiwaan menjadi gangguan jiwa. Imran menyebutnya, menjaga orang yang masih tergolong sehat agar tetap sehat dengan menjadi teman berbagi untuk meringankan depresi.
Kemampuan memerhatikan dan mendengarkan ini minimal dapat diterapkan di lingkungan terdekat seperti keluarga dan kerabat. Akan tetapi, jika setelah melakukan dua hal ini yang bersangkutan tidak mencapai tanda-tanda membaik maka dilakukan langkah ketiga.
“Kalau yang bersangkutan mengalami beban (masalah kejiwaan) yang cukup berat maka first aider ini bisa menghubungkan ke penolong yang lain. Bisa psikolog atau psikiater,” beber Imran.
Selain sosialisasi dan pelatihan secara tatap muka, calon first aider dapat mendaftar program pelatihan daring. Kemenkes memiliki wahana bernama Pelataran Sehat di lms.kemkes.go.id yang berisi ribuan jenis pelatihan di bidang transformasi kesehatan. *rat
“Harapan kami dalam lima tahun ke depan paling tidak ada 10 juta first aider,” kata Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes dr Imran Pambudi MPHM pada acara Kampanye P3LP di Denpasar, Jumat (6/12/2024).
Target 10 juta penolong pertama (first aider) untuk melakukan P3LP ini disebut cukup realistis. Sebab, idealnya rasio first aider terkait masalah kejiwaan ini adalah 1 berbanding 10 penduduk.
Berdasarkan proyeksi penduduk RI tahun 2024 yang jumlahnya sudah melebihi 280 juta jiwa, first aider ini seharusnya berjumlah 28 juta orang. Kemudian, dikurangi penduduk balita dan anak-anak maka menjadi sekitar 20 juta orang first aider.
Masyarakat umum mungkin lebih mengenal Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K). P3LP ini pun berfungsi serupa dengan P3K, namun sasarannya adalah individu dengan gejala dan masalah kejiwaan atau luka batin.
“Tahun depan ini kami mulai mencetak satu juta. Baru kemudian tahun-tahun berikutnya bisa dua juta first aider per tahun,” imbuh Imran yang juga Ketua Dewan Pengawas RSPI Sulianti Saroso ini.
Imran mengatakan, semua orang bisa jadi first aider P3LP. Namun, jadi nilai plus jika calon first aider adalah pribadi dengan kemampuan interpersonal seperti mudah diajak berbicara/curhat, mudah bergaul, memiliki lingkup pertemanan yang luas, dan pintar menjaga rahasia.
First aider luka psikologis ini punya tiga tugas. Pertama, memerhatikan perubahan perilaku. Kemudian, mendengarkan. Menjadi teman meluahkan unek-unek individu yang mengalami perubahan perilaku dengan empati tinggi.
Dua langkah ini untuk mencegah gejala masalah kejiwaan menjadi gangguan jiwa. Imran menyebutnya, menjaga orang yang masih tergolong sehat agar tetap sehat dengan menjadi teman berbagi untuk meringankan depresi.
Kemampuan memerhatikan dan mendengarkan ini minimal dapat diterapkan di lingkungan terdekat seperti keluarga dan kerabat. Akan tetapi, jika setelah melakukan dua hal ini yang bersangkutan tidak mencapai tanda-tanda membaik maka dilakukan langkah ketiga.
“Kalau yang bersangkutan mengalami beban (masalah kejiwaan) yang cukup berat maka first aider ini bisa menghubungkan ke penolong yang lain. Bisa psikolog atau psikiater,” beber Imran.
Selain sosialisasi dan pelatihan secara tatap muka, calon first aider dapat mendaftar program pelatihan daring. Kemenkes memiliki wahana bernama Pelataran Sehat di lms.kemkes.go.id yang berisi ribuan jenis pelatihan di bidang transformasi kesehatan. *rat
Komentar