Titiek Soeharto Apresiasi Museum Rudana Konsisten Muliakan Kebudayaan
Hadiri Pagelaran Citra Seni dan Pesona Wastra Bali
GIANYAR,NusaBali - Ketua Umum Himpunan Ratna Busana (HRB) Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto) memberikan apresiasinya kepada Museum Rudana yang komitmen dengan pemuliaan dan pelestarian seni dan budaya.
Hal itu diungkapkan Titiek Soeharto saat menghadiri Pagelaran Citra Seni dan Pesona Wastra Bali di Museum Rudana, Desa Peliatan, Kelurahan Ubud, Gianyar, Sabtu (7/12) sore.
Titiek Soeharto menyebutkan Museum Rudana yang diresmikan Presiden Soeharto didampingi Ibu Tien Soeharto pada 26 Desember 1995 telah memainkan peran besarnya dalam pelestarian seni dan budaya nasional bahkan dunia. Dia mengungkap ada 400 benda seni, mulai lukisan hingga pahatan disimpan di Museum Rudana. Politisi Gerindra yang juga Ketua Komisi IV DPR RI ini menyebutkan Museum Rudana tidak hanya untuk memanjakan mata dan menyegarkan pikiran dengan koleksi barang-barang seni. Namun sebagai tempat pembelajaran bagi generasi muda dalam mengisi pembangunan. “Museum Rudana bukan hanya menjadi tempat untuk melihat seni lukisan tapi bisa untuk pusat pembelajaran seni dan budaya untuk anak bangsa bahkan bagi masyarakat dunia,” ujar Titiek Soeharto.
Dalam Pagelaran Citra Seni dan Pesona Wastra Bali kemarin dihadiri Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardana dan Anggota Himpunan Ratna Busana Indonesia. Titiek Soeharto didampingi pendiri Museum Rudana, Nyoman Rudana dan istri, Ni Wayan Olastini Rudana serta putra sulungnya Putu Supadma Rudana, Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen DPR RI periode 2019-2024 yang juga Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI). Dalam pagelaran dirangkaikan dengan peragaan busana adat Bali Madya untuk ke Pura hingga pameran kain tenun Bali, kerajinan seni menampilkan pesona keindahannya berikut makna busana kebaya. Ada juga pameran kuliner khas Bali oleh Chef Friska Rudana, pertunjukan Tari Puspa Mekar, Tari Legong Lasem, dan Tari Oleg Tamulilingan oleh Sanggar Balerung Stage Desa Peliatan pimpinan A.A. Gde Oka Dalem.
HRB yang sejak berdiri tahun 1972 silam selalu memperjuangkan keberadaan busana sebagai identitas budaya bangsa. Berbagai program telah dilaksanakan oleh organisasi ini untuk menguatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan dan mengenakan busana tradisional Indonesia, termasuk kebaya dan Wastra Bali, sebagai wujud kebanggaan terhadap warisan budaya Nusantara yang adiluhung. Kebaya telah secara resmi diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) oleh UNESCO melalui sidang ke-19 di Asuncion, Paraguay, pada Rabu 4 Desember 2024.
Sementara Nyoman Rudana dalam sekapur sirihnya mengatakan peristiwa budaya ini selaras dengan visi Museum Rudana; mengagungkan, memuliakan, dan menggaungkan seni budaya Bali dan Indonesia sebagai bagian jiwa bangsa. “Sekaligus juga memaknai ulang tahun ke 29 dan menyongsong tiga dasa warsa (30 tahun) Museum Rudana pada 2025 mendatang,” ujar Anggota DPD RI periode 2004-2009 ini.
Rudana mengatakan, Museum Rudana mendedikasikan diri sebagai pusat kebudayaan. Konsep ini diperoleh dari Presiden Soeharto bahwa, pembangunan fisik, seni, budaya serta karya seni diciptakan dengan cinta kasih yang luar biasa. “Kita menjunjung tinggi nilai seni dan budaya. Maju terus untuk kebudayaan bangsa,” tegasnya.
Kata dia, Museum Rudana telah banyak berkiprah untuk dunia dengan menjadi bagian penyelenggara kegiatan pertemuan Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) April 2013 dan World Cultural Forum(WCF) 2013 silam, serta pertemuan pimpinan parlemen negara-negara kawasan Asia Tenggara dan kawasan Pasifik pada 2023 dan 2024.
Museum Rudana juga langganan dengan kunjungan resmi dan kehormatan dari berbagai kepala negara serta pemerintah antara lain: Presiden Republik Rakyat China, Jiang Zemin, Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter. Termasuk pula peraih Nobel Perdamaian Tahun 2011, Ellen Johnson Sirleaf. Ia adalah kepala negara Liberia, perempuan pertama yang dipilih secara demokratis di Afrika. Ellen Johnson Sirleaf mengunjungi Museum Rudana tahun 2013.n nat
1
Komentar