Soroti Upah Pekerja Pariwisata Perempuan
SINGARAJA, NusaBali - Wakil Menteri (Wamen) Pariwisata Luh Puspa menyoroti upah pekerja perempuan di sektor pariwisata belum setara dibandingkan pekerja laki-laki.
Kesenjangan ini disebabkan berbagai alasan. Pemilik nama asli Ni Luh Enik Ernawati ini menyebut persoalan itu menjadi PR dan tanggung jawab bersama untuk memastikan perempuan memiliki ruang dan peluang yang sama di sektor pariwisata.
Hal tersebut dipaparkan saat membuka talkshow perempuan dalam konteks budaya lokal dalam peringatan Hari Ibu yang diselenggarakan Komunitas Cinta Kain Bali (KCKB) Buleleng di kawasan Lovina, Sabtu (7/12). Wamen Luh Puspa dalam sambutannya memaparkan data Kemenpar 2023, jumlah pekerja pariwisata perempuan sebanyak 54 persen. Meski jumlahnya lebih banyak dari pekerja laki-laki, pekerja perempuan masih mengalami kesenjangan dari upah yang diterima.
“Pekerja perempuan di sektor pariwisata berpendapatan 14,7 persen lebih rendah dari laki-laki. Keseluruhan kesenjangan ini disebabkan stereotip gender, keterbatasan pendidikan, keterbatasan peluang tumbuh. Ini menjadi PR dan tanggungjawab bersama, memastikan perempuan memiliki ruang peluang di sektor pariwisata,” ucap Luh Puspa.
Menurut Luh Puspa peran perempuan tidak hanya krusial mendukung perekonomian tetapi pilar utama menciptakan keseimbangan sosial dan budaya di berbagai destinasi wisata. “Saya percaya perempuan dan budaya adalah dua pilar yang sangat penting dalam membangun masa depan pariwisata inklusif dan berkelanjutan,” imbuh dia.
Kondisi ini membuat Kemenpar menyusun langkah-langkah strategis untuk mendukung kesetaraan gender perempuan di sektor pariwisata. Pertama mendorong partisipasi perempuan di industri pariwisata dengan pelatihan, akses pasar dan pendampingan. Hal ini memastikan perempuan memiliki peran aktif menciptakan produk budaya yang bernilai ekonomi.
Langkah kedua memastikan kesetaraan dalam pengambilan keputusan, perlu membuka jalan perempuan ada di posisi strategis sebagai pemimpin. Baik di komunitas budaya, pelaku industri maupun pembuat kebijakan. Ketiga memanfaatkan teknologi dalam pelestarian budaya, sehingga jangkauan semakin luas.
Sementara itu dia pun mengapresiasi upaya KCKB Buleleng yang telah memberdayakan perempuan sebagai perannya menjaga dan melestarikan budaya. Perempuan juga menurutnya bukan hanya pilar keluarga tetapi juga penjaga peradaban, pelopor inovasi dan inspirasi generasi mendatang. “Saya berharap KCKB ini bisa menjadi pelopor, agen, influencer keindahan dan kain dari Buleleng ke kancah nasional dan dunia,” ucap perempuan asli Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini.
Di tempat yang sama Ketua Panitia Peringatan Hari Ibu KCKB Buleleng, Gusti Agung Ratih Krisnandari Putri memaparkan kegiatan ini digelar untuk membangun kembali kesadaran perempuan Bali dalam peningkatan kesejahteraan serta mencintai kain Bali. Kegiatan ini juga bertujuan menggali inspirasi dan mendorong kemajuan di Buleleng.
Hadir pula dalam acara tersebut Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Buleleng Nyonya Paramita Lihadnyana, yang memberikan apresiasi kepada KCKB Buleleng dalam upayanya melestarikan dan menjaga serta memasyarakatkan kain khas Buleleng.
Nyonya Paramita Lihadnyana mengungkapkan perayaan Hari Ibu bukan hanya formalitas. Tetapi lebih pada memberikan penyadaran peran besar yang dipikul perempuan di era saat ini. “Perempuan saat ini dituntut agar lebih peka terhadap perkembangan zaman, melakukan peran di keluarga, sampai birokrasi pemerintahan. Perempuan harus ambil serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelopor pelestari budaya,” terang Paramita. 7 k23
Komentar