Meski Kalah, PBSI Bali Sebut Dua Pemainnya Potensial
DENPASAR, NusaBali - Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Bulutangkis tuntas di Jakarta pada 3 - 8 Desember. Meski tak ada atletnya juara, Bali punya dua pebulutangkis potensial ke depannya, yakni masing-masing Orlando Himawan dan Tri Suci yang turun di tunggal putra dan juga tunggal putri.
Ketua PBSI Bali, Wayan Winurjaya menerangkan kalau dari 16 atlet yang dikirim ke Kejurnas, semuanya sudah memberikan yang terbaik. Tapi, untuk hasilnya belum maksimal karena berhadapan dengan lawan yang cukup tangguh dari berbagai daerah, apalagi di Pulau Jawa.
"Iya memang semuanya sudah menampilkan yang terbaik. Namun hasilnya belum optimal. Ini karena adanya perbedaan dalam proses latihan mereka," ungkap Winurjaya, Minggu (9/12).
Dijelaskannya, untuk atlet dari Bali maupun daerah lainnya d luar Pulau Jawa, memiliki level yang berbeda. Yang mana, atlet binaan di Pulau Jawa itu cukup tinggi dan jam terbang sudah banyak. Bahkan, proses latihan mereka juga sangat ketat, sehingga atlet yang dikirim dari berbagai daerah di luar pulau tersebut kalah saing.
"Harus diakui, kita memang kalah saing. Sangat jauh perbedaannya. Proses mereka (latihan,) saja bisa 12 kali dalam seminggu. Jadi, ini benar-benar pembinaan yang optimal. Sehingga saat ketemu kita, itu terlihat jomplang," sebut Winurjaya.
Winurjaya pun menegaskan, meski kalah saing dengan atlet dari wilayah JADI (Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta) itu, namun Bali masih memiliki dua nama atlet yang cukup potensial jika terus digembleng ke depannya. Keduanya adalah Orlando Himawan yang turun di tunggal putra dan Tri Suci yang juga turun d tunggal putri.
Keduanya memiliki karakter yang menyerang ketika di lapangan. "Dua nama itu memang potensial. Ini yang terus kita tempa ke depannya. Untuk Tri Suci itu masih ada kesempatan setahun lagi di Kejurnas, karena masih umur 17 tahun. Sementara Orlando sudah 18 tahu," paparnya.
Agar tidak kalah saing, Winurjaya berharap agar klub yang ada di Bali terus meningkatkan proses latihan seperti di Pulau Jawa. Yang mana, proses itu berlangsung 12 kali dalam seminggu, sehingga potensi atlet benar-benar dieksplor untuk meraih hasil terbaik ke depannya. "Kalau klub di luar Jawa itu, saya belum lihat pembinaan seperti itu. Makanya ini yang kita dorong ke depannya agar bisa memberikan pelatihan yang optimal," pungkas Wayan Wnurjaya. dar
Komentar