Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana Kunker Perdana ke Desa Wisata Jatiluwih, Penebel, Tabanan
Puji Pariwisata Keberlanjutan, Terpikat Rasa Jaja Laklak
Menpar mengapresiasi capaian Desa Wisata Jatiluwih yang mendapat pengakuan internasional, ini juga menunjukkan komitmen dalam menjaga budaya dan alam
TABANAN, NusaBali
Menteri Pariwisata (Menpar) RI Widiyanti Putri Wardhana bersama Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa melakukan kunjungan kerja ke Desa Wisata Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Jumat (8/12). Kunjungan ini menjadi agenda perdana Menpar Widiyanti di Bali. Dia pun memberikan perhatian khusus pada potensi wisata berkelanjutan yang ditawarkan Jatiluwih.
Rombongan Menpar disambut oleh Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjokorda Bagus Pemayun, Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Made Subagia, Kepala Dinas Pariwisata Tabanan Anak Agung Ngurah Satria Tenaya, serta Manajer DTW Jatiluwih I Ketut Purna alias Jhon, dan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar Hariyanto, beserta undangan lainnya.
Di sela kunjungan, suasana hangat tercipta saat Menpar Widiyanti dan rombongan disambut dengan pertunjukan seni khas Bali sambil menikmati keindahan hamparan sawah dan sistem subak Jatiluwih yang diakui UNESCO. Menpar juga mencoba kuliner khas jaja (kue) laklak (sejenis kue serabi) berbahan dasar beras merah asli Tabanan. Dengan nada bercanda, ia sempat bertanya, “Ini bisa di-gojekin kah?” yang segera ditanggapi oleh Kadispar Bali Tjok Bagus Pemayun, “Bisa, nanti langsung ke Pak Jhon saja.” Canda itu disambut tawa oleh rombongan, termasuk Bupati Sanjaya yang menambahkan, “Laklak ini hasil pemberdayaan UMKM kami di Tabanan”.
Dalam sambutannya, Menpar Widiyanti menyampaikan rasa bangga dan syukur atas capaian Desa Wisata Jatiluwih yang terus menunjukkan komitmennya dalam pengelolaan pariwisata berbasis keberlanjutan. “Berada di tempat yang membanggakan ini adalah sebuah kehormatan bagi saya. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat dan mendengar secara langsung apa saja yang telah dilakukan dalam mengembangkan desa wisata ini,” ujar Widiyanti.
Menpar memberikan apresiasi atas capaian Desa Wisata Jatiluwih yang telah mendapat pengakuan internasional. Setelah ditetapkan sebagai Desa Wisata pada tahun 2016, desa ini menunjukkan komitmen dalam menjaga budaya dan alamnya. “Kementerian pariwisata mendorong perkembangan pariwisata di pedesaan karena ada potensinya yang otentik dapat menjadi keunggulan serta keunikan merespon isu keberlanjutan. Desa Wisata Jatiluwih adalah contoh yang baik dalam penerapan prinsip keberlanjutan dengan menyeluruh serta konsisten,” katanya.
Menpar Widiyanti Putri Wardhana (kanan) bersama Wamenpar Ni Luh Puspa (kedua kiri) mengenakan topi berbahan daun kelapa. –ANTARA
Sistem subak yang menjadi fondasi praktik agrikultur Jatiluwih bahkan telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada tahun 2012. Pada 2024, Jatiluwih juga memperoleh Sertifikasi Pariwisata Berkelanjutan untuk Desa Wisata (Sertidewi). Pencapaian tersebut mendorong Kementerian Pariwisata untuk mengusulkan Jatiluwih ke tingkat internasional. Tahun ini, United Nations World Tourism Organization (UNWTO) menetapkan Jatiluwih sebagai salah satu Desa Wisata Terbaik Dunia.
"Jatiluwih bersama 55 desa lainnya dari berbagai negara, termasuk Desa Wisata Wukirsari di Jogjakarta, berhasil membawa nama Indonesia ke panggung internasional. Prestasi ini diharapkan dapat memotivasi pengelola untuk terus melestarikan sumber daya alam dan budaya agar keindahan Jatiluwih tetap dinikmati hingga generasi mendatang," ungkap Menpar.
Sementara itu, Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa, menyampaikan kebanggaannya terhadap Jatiluwih yang dinilai mampu menjaga harmoni antara tradisi dan pariwisata. “Ini kunjungan pertama dengan bu menteri langsung memilih Jatiluwih sebagai titik pertama kunjungan ini. Jatiluwih membuktikan bahwa pariwisata dan budaya dapat berjalan beriringan. Kita bisa menyontek hal baik dari sini untuk diterapkan di daerah lain,” ucapnya.
Sebagai putri asli Bali, tepatnya dari Buleleng, Ni Luh Puspa mengungkapkan kebanggaannya terhadap pencapaian Jatiluwih. Ia juga menyinggung pentingnya menjaga identitas budaya Bali di tengah tantangan globalisasi. “Jadi kalau selama ini dikatakan pariwisata menggerus budaya, pariwisata menggerus tradisi, pariwisata membuat kita kehilangan jati diri, saya rasa Jatiluwih membuktikan sebaliknya, dan ini adalah hal yang bagus untuk jadi percontohan di daerah-daerah lain,” tukasnya.
Sementara Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya menyambut positif kunjungan ini dan berharap bisa mengembangkan objek pariwisata berkelanjutan lainnya yang ada di Tabanan. “Sistem subak dan kekayaan budaya di Tabanan adalah warisan yang harus kita jaga bersama. Dengan dukungan Kemenpar, kami berharap pengembangan pariwisata di Tabanan dapat menjangkau lebih banyak objek wisata,” ungkapnya.
Manajer DTW Jatiluwih, I Ketut Purna, juga mengapresiasi perhatian pemerintah pusat dan daerah. “Penghargaan internasional yang kami raih adalah hasil kolaborasi yang solid. Kami berharap kunjungan ini membawa angin segar untuk pengembangan fasilitas, termasuk solusi atas keterbatasan lahan parkir yang saat ini menjadi kendala utama kami,” katanya. Kunjungan ini diakhiri dengan dialog interaktif antara Menpar Widiyanti dan pengelola DTW Jatiluwih, membahas langkah strategis untuk mempertahankan status Jatiluwih sebagai destinasi wisata kelas dunia. Dialog ini diharapkan memberikan solusi nyata untuk tantangan pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan dan dapat ditiru oleh desa wisata lainnya di Indonesia. Di akhir perbincangan, Menteri Widiyanti yang lahir pada 8 Desember 1970 ini juga mendapat surprise dari para pengelola DTW yang menyambut dan merayakan ulang tahunnya. 7 cr79
Komentar