Potensi Jahe di Gianyar Belum Tergarap
Kekurangan Produksi Didatangkan dari Luar Bali
GIANYAR, NusaBali - Komoditas unggulan holtikultura di Kabupaten Gianyar selain padi dan jeruk adalah jahe. Hanya saja potensi ini belum tergarap maksimal. Kekurangan komoditas dipasok dari luar Bali.
Pejabat Fungsional Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Gianyar Gusti Ayu Sugitatina Oka menjelaskan, komoditas unggulan holtikultura di Kabupaten Gianyar adalah padi, jeruk, cabai, dan jahe. Tahun 2024, panen jahe sebanyak 660 Kg.
Menurut Gusti Sugitatina, budidaya jahe buat sementara hanya di Kecamatan Tegalalang. “Di kecamatan lain, tanaman jahe hanya untuk kebutuhan lokal skala rumah tangga, belum sampai manfaat ekonomi,” jelas Gusti Sugitatina, Selasa (10/12). Padahal kebutuhan jahe di Gianyar sangat tinggi terutama kuliner khas Bali.
“Kebutuhan jahe setara dengan kebutuhan cabai, bawang, dan bumbu lain. Hanya saja jahe belum tergarap maksimal,” ujarnya. Setiap hari rata-rata kebutuhan jahe di Gianyar mencapai 1 ton. Menutupi kekurangan ini pedagang mendatangkan jahe dari luar Bali seperti Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), atau impor jahe Thailand.
Upaya meningkatkan produksi jahe sudah dilakukan, namun petani belum tertarik. Secara umum di Bali, luas tanam jahe di tahun 2024 sekitar 280 hektare lebih. Tahun 2023 luas tanam sekitar 20 hektare. Dia terus mendorong petani menanam jahe sebagai tumpang sari di sela-sela tanaman jeruk atau pada lahan yang masih kosong.
“Pemeliharaan tidak begitu rumit, mungkin karena harga jahe lebih murah sehingga bergantung pada suplai dari luar Bali,” duganya. Harga jahe merah kisaran Rp 12.000/Kg sampai Rp 20.000/Kg saat langka. Jahe lokal kisaran harga Rp 8.000/Kg sampai Rp 14.000/Kg. Di sisi lain, luasan tanam padi sudah melebihi target.
Luas 23.578 hektare dengan hasil produksi 153.228 ton gabah. Luas tanam jagung 178 hektare, luas tanam kedelai 15,25 hektare, dan produksi cabai 15.421 kwintal dengan luas tanam 220 hektare. 7 nvi
1
Komentar