Dicap Ngondek, Tabanan Sulit Cari Atlet Dansa Laki-Laki
KONI Kabupaten Tabanan saat ini masih kesulitan dalam mencari atlet dansa, terutama pada peserta atlet laki-laki.
TABANAN, NusaBali
Lantaran atlet dansa laki-laki dicap ngondek (bertingkah kemayu) oleh sebagian orang awam. Padahal hal tersebut tidak benar, justru belajar dansa selain menjadi sehat, juga mengetahui tarian luar negeri.
Pelatih Dansa, Andri Wahyuningtyas, 28, menjelaskan, saat ini atlet dansa yang dimiliki Tabanan ada 12 orang baik laki maupun perempuan. Dari 12 orang tersebut 10 orang yang latin dan dua orang yang hip hop. "Mereka ini sudah kategori mahir dalam berdansa," ujarnya, Minggu (27/8).
Kata dia, memiliki 12 atlet dansa tergolong sangat sedikit. Hal ini dikarenakan jarang peminatnya di kalangan anak muda, terutama mencari atlet laki-laki sangat susah. "Orang awam menilai, kalau ikut dansa, dikatakan ngondek, imej ini yang beredar sehingga kita sulit cari yang laki-laki," imbuh Wahyuningtyas.
Padahal menurutnya, atlet dansa itu bisa membuat otak refersh terus, karena dalam latihan selalu memadukan gerakan diiringi dengan alunan musik. Apabila bisa menikmati maka dansa tersebut adalah olarahraga yang asyik, serta belajarnya bisa lewat YouTube. "Ini perpaduan tarian latin dengan tarian luar negeri," imbuhnya.
Sehigga untuk menambah lagi atlet dansa ini, pihaknya akan melakukan perkenalan ke sekolah-sekolah dan setiap ada kegiatan pemerintah, maka akan ditampilkan pula atlet dansa tersebut. "Kalau sebelumnya kita hanya penjaringan di Porsenijar biasanya persekolah ada yang ngirim," tambahnya.
Menurut Wahyuningtyas, atlet dansa yang dimiliki KONI Tabanan sudah sering pentas disetiap kegiatan. Mulai dari Popjar, Porsenijar dan penampilan ini selalu ada yang mendapatkan juara baik I maupun II. Maka dari itu pihaknya optimis akan mencari generasi penerus khususnya remaja. "Kami juga mengirim pada Porprov di Gianyar mendatang, dan target kami juara I semua," tandas Wahyuningtyas sembari mengaku jika dirinya melatih para atlet bersama rekannya Endang Setiangningsih. *d
Komentar