Karateka Coki Inginkan Medali di Asian Games
Setelah sukses meraih medali emas di SEA Games Malaysia di kelas -61 kg, karateka yang juga peraih medali emas di PON Jabar XIX/2016 Cokorda Istri Agung Sanistyarani alias Coki yang biasa turun di kelas -55 kg putri ingin kembali berjaya dan masuk kontingen Indonesia di Asian Games 2018.
DENPASAR, NusaBali
Menyandang sebagai status tuan rumah, karateka dari perguruan Inkai itu masih melihat peta kekuatan di kelas yang akan diikutinya. "Waktu di SEA Games Malaysia kami memutuskan main di -61 kg, dan astungkara berhasil. Untuk Asian Games mudah-mudahan bisa masuk tim dulu. Targetnya berikutnya baru meraih medali, terpenting medali," ungkap Coki saat tiba di Bandara Udara Ngurah Rai, Selasa (29/8).
Kedatangan karateka yang awalnya turun di kelas -55 kg putri itu disambut Ketum Pengprov FORKI Bali, Ketut Rochineng, didampingi Sekum Ardy Ganggas, KONI Bali, Ketut Suwandi, keluarga FORKI Bali dan keluarga Cok Istri. Karateka Coki mengaku bersiap untuk mengikuti kejuaraan karate di Jerman 8-10 September. Rencananya balik ke pelatnas 2 September, kemudian terbang ke Jerman 5 September 2017. "Saya memang banyak agenda untuk ikut kejuaraan. Untuk mengisi poin di peringkat dunia yang sekarang baru bercokol diperingkat 10 dunia," tutur Coki.
Termasuk nanti ikut kejuaraan di Turki dan Austria. Makanya usai mempersembahkan medali emas di Malaysia, banyak event sudah menunggu. Dia berharap performance terbaiknya tetap bisa terjaga.
Kata Coki, untuk Bali dia juga ingin berkibar kembali di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua XX/2020 mendatang.
Secara peluang, karateka asal Klungkung itu sangat terbuka. Melihat sederetan prestasi yang pernah diraih karateka pindahan asal Kabupaten Jembrana itu. Apalagi, prestasi terdekatnya baru saja mempersembahkan medali emas untuk kontingen merah putih di SEA Games Malaysia 2017. "Untuk target sendiri yang pasti bisa berkibar lagi di PON Papua, dengan prestasi maksimal yakni medali emas. Di Porprov juga saya inginkan medali emas," tutur Coki. Meski dia sendiri belum tahu betul apakah akan diturunkan kembali pada PON Papua Tahun 2020 mendatang. "Saat ini saya memang masuk ke tim Pelatda Bali, tapi untuk turun di PON kan masih ada tahap seleksi yang harus di lewati, salah satunya seleksi di Porprov Bali," tutur Coki.
Karena masuk tim Pelatda Bali, kata Coki persiapannya lebih matang, dan harapannya Pengrov FORKI Bali bisa mendukung sepenuhnya program yang di canangkan untuk tim dan kemajuan karate di Bali. Apalagi di PON hanya turun pada satu nomor saja. "Pesan saya untuk teman-teman karateka Bali lebih semangat dalam menggenjot latihan, apalagi yang saat ini ada di dalam Tim Pelatda, karena tugas dan tanggung jawabnya semakin berat," tegas Coki.
Sementara itu Ketum FORKI Bali, Ketut Rochineng menegaskan akan lebih bersinergi dengan pusat soal pembinaan terhadap Coki ke depannya. Minimal latihannya tidak kurang dari 3 jam dalam satu hari. Termasuk kualitas pelatih ditingkatkan, dan memperbanyak program try out. Pemilihan strategi kelas juga sangat penting. Waktu di SEA Games memilih kelas -61 kg, dan turun di PON masuk kelas -55 kg. "Itu bagian dari strategi, mudah-mudahan Coki bisa masuk dan bertanding di Olimpiade nantinya," harap Rochineng.
Di satu sisi Ketum KONI Bali, Ketut Suwandi berpesan agar Coki tidak sombong dan terus berlajar serta mau menerima saran dan masukan orang laian. Dan, KONI menyiapkan reward kedepannya untuk atlet Bali peraih medali di SEA Games. "Dua tahun yang lalu dapat Rp 75 juta, untuk tahun ini pasti meningkat dari jumlah itu," tegas Suwandi. *dek
Menyandang sebagai status tuan rumah, karateka dari perguruan Inkai itu masih melihat peta kekuatan di kelas yang akan diikutinya. "Waktu di SEA Games Malaysia kami memutuskan main di -61 kg, dan astungkara berhasil. Untuk Asian Games mudah-mudahan bisa masuk tim dulu. Targetnya berikutnya baru meraih medali, terpenting medali," ungkap Coki saat tiba di Bandara Udara Ngurah Rai, Selasa (29/8).
Kedatangan karateka yang awalnya turun di kelas -55 kg putri itu disambut Ketum Pengprov FORKI Bali, Ketut Rochineng, didampingi Sekum Ardy Ganggas, KONI Bali, Ketut Suwandi, keluarga FORKI Bali dan keluarga Cok Istri. Karateka Coki mengaku bersiap untuk mengikuti kejuaraan karate di Jerman 8-10 September. Rencananya balik ke pelatnas 2 September, kemudian terbang ke Jerman 5 September 2017. "Saya memang banyak agenda untuk ikut kejuaraan. Untuk mengisi poin di peringkat dunia yang sekarang baru bercokol diperingkat 10 dunia," tutur Coki.
Termasuk nanti ikut kejuaraan di Turki dan Austria. Makanya usai mempersembahkan medali emas di Malaysia, banyak event sudah menunggu. Dia berharap performance terbaiknya tetap bisa terjaga.
Kata Coki, untuk Bali dia juga ingin berkibar kembali di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua XX/2020 mendatang.
Secara peluang, karateka asal Klungkung itu sangat terbuka. Melihat sederetan prestasi yang pernah diraih karateka pindahan asal Kabupaten Jembrana itu. Apalagi, prestasi terdekatnya baru saja mempersembahkan medali emas untuk kontingen merah putih di SEA Games Malaysia 2017. "Untuk target sendiri yang pasti bisa berkibar lagi di PON Papua, dengan prestasi maksimal yakni medali emas. Di Porprov juga saya inginkan medali emas," tutur Coki. Meski dia sendiri belum tahu betul apakah akan diturunkan kembali pada PON Papua Tahun 2020 mendatang. "Saat ini saya memang masuk ke tim Pelatda Bali, tapi untuk turun di PON kan masih ada tahap seleksi yang harus di lewati, salah satunya seleksi di Porprov Bali," tutur Coki.
Karena masuk tim Pelatda Bali, kata Coki persiapannya lebih matang, dan harapannya Pengrov FORKI Bali bisa mendukung sepenuhnya program yang di canangkan untuk tim dan kemajuan karate di Bali. Apalagi di PON hanya turun pada satu nomor saja. "Pesan saya untuk teman-teman karateka Bali lebih semangat dalam menggenjot latihan, apalagi yang saat ini ada di dalam Tim Pelatda, karena tugas dan tanggung jawabnya semakin berat," tegas Coki.
Sementara itu Ketum FORKI Bali, Ketut Rochineng menegaskan akan lebih bersinergi dengan pusat soal pembinaan terhadap Coki ke depannya. Minimal latihannya tidak kurang dari 3 jam dalam satu hari. Termasuk kualitas pelatih ditingkatkan, dan memperbanyak program try out. Pemilihan strategi kelas juga sangat penting. Waktu di SEA Games memilih kelas -61 kg, dan turun di PON masuk kelas -55 kg. "Itu bagian dari strategi, mudah-mudahan Coki bisa masuk dan bertanding di Olimpiade nantinya," harap Rochineng.
Di satu sisi Ketum KONI Bali, Ketut Suwandi berpesan agar Coki tidak sombong dan terus berlajar serta mau menerima saran dan masukan orang laian. Dan, KONI menyiapkan reward kedepannya untuk atlet Bali peraih medali di SEA Games. "Dua tahun yang lalu dapat Rp 75 juta, untuk tahun ini pasti meningkat dari jumlah itu," tegas Suwandi. *dek
Komentar