Air Keruh Tutup Rafting di Telagawaja
Penutupan aktivitas wisata rafting karena kondisi di Sungai Telaga Waja kurang memungkinkan, selain airnya keruh. Terkadang debit air tiba-tiba membesar.
AMLAPURA, NusaBali
Air di Sungai Telaga Waja, Karangaswm, keruh hingga aktivitas wisata rafting terpaksa ditutup sementara sejak, Rabu (18/12). Air keruh ini menandakan kondisi sungai membahayakan wisatawan karena cuaca tidak menentu akibat sering diguyur hujan lebat.
Ketua Asosiasi Rafting Karangasem I Nengah Pradana Putra memaparkan penutupan aktivitas wisata rafting karena kondisi di Sungai Telaga Waja, kurang memungkinkan, selain airnya keruh. Terkadang debit air tiba-tiba membesar. Kepada NusaBali hal itu diungkapkan di ruang kerjanya, Banjar Langsat, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Kamis (26/12).
Selain karena kendala disebabkan alam, kata dia, terjadi persaingan kurang sehat antar perusahaan. Hal itu menyebabkan banyak usaha rafting gulung tikar, mulanya ada 11 unit usaha, kini bertahan hanya 5 unit usaha.
Kata Pradana Putra, biaya operasional cukup besar. Sedangkan tidak sebanding dengan pemasukan dan risikonya cukup tinggi. Oleh karena itu, dalam berwisata rafting, tugas utama para pemandu wisata menjaga dan menyelamatkan wisatawan.
Kata dia, banyaknya usaha rafting yang gulung tikar karena harga peralatan kian mahal. Harga satu perahu karet lokal Rp 16 juta, per unit, hanya mampu digunakan 6 bulan hingga 1 tahun.
Dayung atau paddle sering patah, selama 6 bulan mulanya 100 biji tinggal 40 biji, helm sebagai pelindung kepala, umurnya hanya 2 tahun, live jacket (pelampung) umurnya 3 - 4 tahun.
Sementara tiket per wisatawan Rp 150.000-Rp 180.000, dipotong pajak air permukaan, pajak daerah, PPN, retribusi ke dua desa adat yang dilalui Desa Adat Tangkup, Kecamatan Sidemen dan Desa Adat Batusesa, Kecamatan Rendang. Tidak mungkin mampu membeli perahu karet import harganya per unit Rp 75 juta.
Lima usaha rafting yang masih bertahan, BMW (Bali Mesari Wisata) Rafting, BCR (Bukit Cili Rafting), GAR (Green Adventure Rafting), Avatar Rafting, dan BTR (Bali Tubing Rafting). "Kesulitan selama ini, belum ada kesepakatan tarif, antar pengusaha rafting," lanjut mantan anggota DPRD Karangasem asal Banjar Rendang Kelod, Desa/Kecamatan Rendang, ini.
Di bagian lain, pengusaha BMW Rafting I Made Agus Kertiana membantah, terjadi penutupan aktivitas wisata rafting. "Bukan tutup, tetapi buka - tutup. Jika cuaca baik, arus air normal, melayani wisatawan, jika arus airnya meningkat dan hujan lebat, maka tutup aktivitas," jelasnya.
Wisatawan yang datang juga, katanya, tidak banyak setelah cuacanya tidak menentu. "Wisatawan juga tidak banyak datang, setelah cuaca kurang baik," tambahnya.
Perbekel Rendang I Nengah Kariasa juga membenarkan terjadi penutupan aktivitas wisata rafting, karena debit air meningkat dan cuaca hujan lebat. "Di samping airnya keruh," kata Kariasa.
Setiap musim hujan, katanya, aktivitas wisata rafting sering ditutup, pengusaha tidak mau ambil risiko karena membahayakan wisatawan. Apalagi beberapa kali sempat terjadi, perahu karet terguling, wisatawan hanyut akhirnya ditemukan meninggal.7k16
Komentar