nusabali

Di Balik Ephoria Raihan Penetapan WBTB, Wajib Dibarengi Menjaga Warisan Leluhur

  • www.nusabali.com-di-balik-ephoria-raihan-penetapan-wbtb-wajib-dibarengi-menjaga-warisan-leluhur

Status WBTB nasional juga menjadi tantangan, bukan hanya bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, tapi juga seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga warisan leluhur Bali.

DENPASAR, NusaBali
Bali menambah daftar warisan budaya yang masuk daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Kebudayaan RI. Pada tahun 2024 ada 23 warisan budaya tak benda Bali yang telah mendapat surat penetapan sebagai WBTB Nasional. Penetapan warisan budaya Bali sebagai WBTB nasional harus dibarengi dengan komitmen menjaga warisan budaya leluhur.

Dengan tambahan 23 warisan budaya tahun 2024 Bali kini telah memiliki 134 warisan budaya yang masuk daftar WBTB Indonesia. WBTB asal Bali yang ditetapkan tahun 2024 meliputi Aci Sanghyang Grodog, Aksara Bali, Barong Swari, Bungbung Gebyog, Cingkreman, Lawar Bali, Layangan Tradisional Bali, Male, Mapajar Griya Gede Delod Pasar, Mebayang-bayang, Meburu Desa Adat Panjer, Nyepi Segara, Siat Api Desa Adat Duda, Tari Baris Kraras, Tari Baris Mamedi, Tari Baris Panah, Tari Daa Malom, Tari Janger Kolok Desa Bengkala, Tari Rejang Ayunan, Topot Peliatan, Tradisi Amuk-amukan, Tradisi Perang Untek, dan Usada Bali.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha mengatakan, selain diajukan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, WBTB tahun 2024 juga diajukan Dinas Kebudayaan Kabupaten/Kota, Balai serta Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. Total ada 25 warisan budaya yang diajukan Bali tahun ini. Namun, dua warisan budaya yang diajukan Bali, Entil dan Baris Klemat, terpaksa ditangguhkan penetapannya karena belum dapat melengkapi sejumlah persyaratan. Seperti adanya tokoh dan upaya masyarakat setempat yang melestarikan warisan budaya tersebut.

“Sidang penetapan sebenarnya sudah dilakukan pada Agustus 2024 lalu. Tapi, SK baru dikeluarkan Kementerian pada akhir tahun ini,” ujar Arya Sugiartha, Senin (30/12).

Mantan Rektor ISI Denpasar ini mengatakan jumlah WBTB Bali yang ditetapkan tahun ini melebihi tahun lalu, 19 WBTB. Menurut Arya Sugiartha, hal ini menunjukkan bahwa Bali sangat kaya dengan warisan budaya yang memiliki nilai-nilai yang layak untuk dilanjutkan generasi penerus.

Penetapan WBTB merupakan program berkelanjutan yang akan mendukung keberhasilan dari program pemajuan kebudayaan Bali. Di sisi lain, status WBTB nasional juga menjadi tantangan, bukan hanya bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, tapi juga seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga warisan leluhur Bali. “Ada kewajiban masyarakat melestarikan warisan budaya itu, supaya tidak diakui pihak lain juga,” ujar Arya Sugiartha.

Prosesi Nyepi Segara di Desa Kusumba, Kecamatan Dawan, Klungkung, salah satu tradisi budaya Bali yang masuk daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Kebudayaan RI. –SURYADI 

Dia meyakinkan bahwa Bali masih memiliki warisan budaya yang masih layak mendapat status WBTB nasional, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Birokrat asal Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, ini mengajak masyarakat Bali untuk proaktif menjaga dan mengusulkan warisan budaya di daerahnya menjadi WBTB Indonesia.

Setelah mendapat status WBTB nasional, warisan budaya Bali nantinya juga dapat didaftarkan untuk menjadi WBTB dunia yang ditetapkan UNESCO. Seperti halnya tiga genre tari tradisional Bali yang telah ditetapkan sebagai WBTB oleh UNESCO pada tahun 2015, yaitu Rejang Dewa, Sanghyang Dedari, dan Baris Upacara dari Tari Wali, Topeng Sidakarya, drama tari Gambuh, dan dramatari Wayang Wong dari tarian Bebali, dan Legong Kraton, Joged Bumbung, dan Barong dari tarian Balih-balihan. “Sedang kami lakukan kajian WBTB Bali mana yang bisa diajukan lagi, karena ada syarat-syaratnya dari UNESCO,” tandas Arya Sugiartha.

Sementara itu, Desa Adat Kusamba, Klungkung, berusaha melibatkan yowana (pemuda) dalam pelaksanaan upacara Karya Ngusaba Segara lan Ngusaba Nini sebagai upaya menumbuhkan kesadaran dan semangat para yowana untuk menjaga tradisi Nyepi Segara yang merupakan rangkaian Karya Ngusaba Segara lan Ngusaba Nini.

Sehari setelah puncak Karya Ngusaba Segara lan Ngusaba Nini dilaksanakan Nyepi Segara di sepanjang Pantai Kusamba. Segala aktivitas di laut dan pesisir Kusamba dihentikan. “Yowana ini merupakan calon-calon generasi penerus kami. Karena sudah ditetapkan sebagai WBTB, maka generasi muda harus disiapkan untuk melanjutkan tradisi ini,” kata Bendesa Desa Adat Kusamba, Anak Agung Gede Raka Swastika.

Dengan turut terlibat dalam rangkaian upacara, para yowana mulai belajar mengenai tradisinya. Dimulai dari mengenal kosa kata, sarana upacara hingga makna di balik seluruh rangkaian upacara. Dengan begitu terjadi proses regenerasi secara perlahan. “Nyepi Segara bermakna ungkapan syukur atas karunia Ida Batara Baruna dengan cara memberi kesempatan laut beristirahat selama sehari,” ungkap Raka Swastika.

Manggala Yowana Desa Adat Kusamba, I Dewa Agung Wahyu Arinatha merasa bangga karena dilibatkan untuk turut menjaga salah satu tradisi warisan leluhur di desanya. Terlebih lagi, Karya Ngusaba Segara lan Ngusaba Nini yang disertai tradisi Nyepi Segara sudah ditetapkan sebagai WBTB. Sebagai generasi muda, dia menilai penetapan WBTB ini sebagai tonggak bagi generasi muda untuk menjaga keberlangsungan tradisi Nyepi Segara. “Kami siap berkolaborasi dan bersemangat ikut ngayah menjaga tradisi Nyepi Segara tetap lestari,” kata Dewa Wahyu.7adi

Komentar