Perajin Bambu di Bangli Terganggu Hujan
BANGLI, NusaBali - Cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang, membuat perajin bambu di Bangli terganggu. Karena hujan, proses pengeringan produk kerajinan dengan sinar martahari jadi terhambat. Dampaknya, penghasilan perajin tersendat.
“Jika cuaca terang, sehari tiyang bisa menganyam dua kepe (sejenis nampan),” ujar Ni Ketut Ketul, seorang perajin anyaman di Kayubihi, Bangli, Selasa (7/1).
Sebuah kepe harganya Rp10.000, sokasi Rp100.000. Namun, kata Ketut Ketul, karena sering hujan, proses menganyam terganggu. Terutama untuk pengeringan bahan baku, yakni sebitan bambu. Karena itulah pendapatannya dari menganyam seret. Dia tak bisa memastikan rata-rata penghasilanya per hari. Dia mengaku tak menghitungnya secara persis.
“Yang jelas karena menganyam terganggu, akibat hujan jadi penghasilan tentu berkurang,”ujarnya. Sebelumnya hal senada disampaikan I Ketut Cerita, perajin lainnya. “Terus-terusan hujan. Tidak ada sinar matahari,” uja I Ketut Cerita Senin (6/1).
Menurut Cerita, sudah hampir sebulan lebih kegiatan membuat menganyam terganggu. Bahan baku yakni sebitan bambu susah kering. Di pihak lain untuk mendapatkan bahan baku, juga berat. “Medan menjadi licin sehingga menyulitkan mengambil bambu yang biasa tumbuh di tebing-tebing atau tegalan,” ungkapnya.
Cerita mengatakan kesuliltan yang sama dirasakan perajin lainnya, akibat musim penghujan kali ini. “Pengeringan hanya mengandalkan sinar matahari. Kalau sinar matahari tak ada, yang semua susah,” ujarnya.
Desa Kayubihi, Bangli, merupakan salah satu sentra kerajinan bambu di Bangli. Sokasi, kepe, nyiru, besek dan perabotan berbahan bambu dibuat para perajin di desa ini.
Beruntung ada pekerjaan tambahan, seperti bertani dan beternak. “Itulah kegiatan, karena kerja menganyam terganggu,” terang ayah 3 anak yang khusus membuat sangkar bekisar Namun, perajin tetap berharap cuaca segera membaik. Karena membuat kerajinan sudah menjadi pekerjaan utama sekaligus sumber penghasilan pokok keluarga.7k17
Komentar