Krama Sogra Gelar Parisudha Bumi
Pascameninggal Turis Korea Selatan di Gunung Agung
AMLAPURA, NusaBali - Ritual parisudha bumi di tiga tempat di Gunung Agung dan Pura Pasar Agung, Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Buda Kliwon Ugu, Rabu (8/1) dipuput Ida Pedanda Gede Suyasa, dari Gria Taman Sari Manuaba, Banjar Bencingah, Desa Duda, Kecamatan Selat.
Ritual itu dilaksanakan pasca wisatawan Korea Selatan, Kyeungdam Oh, 31, ditemukan meninggal terperosok ke jurang Gunung Agung, Jumat (3/1). Upacara itu bertujuan untuk pembersihan areal Gunung Agung. Karena sempat leteh yang merupakan gunung suci, di hulu Pura Pasar Agung.
Ritual di tiga lokasi, yakni di tempat ditemukan korban, di Tirtha Telaga Mas, dan di Pura Pasar Agung, tetapi Ida Pedanda Gede Suyasa muput dari Pura Pasar Agung. Seluruh biaya upacara tersebut, ditanggung keluarga korban, yang diserahkan langsung ayah korban, Oh Eun Kyun, saat datang ke Bali menjemput jenazah sang anak.
Keluarga korban yang menanggung biaya upacara, karena saat mendaki Gunung Agung sendirian, menolak didampingi pemandu wisata. Beda halnya jika mendaki didampingi pemandu wisata. Jika terjadi musibah, maka jadi tanggungjawab pangempon Pura Pasar Agung.
Upacara di lokasi ditemukannya korban di ketinggian 2.200 meter dari permukaan laut dan di lokasi Tirtha Telaga Mas, dengan memanfaatkan pemandu wisata lokal yang dibagi dua regu untuk membawa banten dan perlengkapan upakara lainnya, dikoordinasikan Ketua KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) Suka Duka Pemandu Wisata Gunung Agung I Wayan Mertayasa.
Sedangkan upacara di Pura Pasar Agung, dilakukan pangempon Pura Pasar Agung. Selama ritual menurut I Wayan Mertayasa, cuaca cerah baik saat mendaki menuju lokasi ditemukannya korban maupun lokasi Tirtha Telaga Mas, hingga kembali dari tempat upacara. Sehingga jalannya upacara tanpa hambatan. "Upacara berjalan lancar, karena cuaca cerah, tidak ada hujan, hanya sedikit mendung," jelas Mertayasa.
Humas Pangempon Pura Pasar Agung I Wayan Suara juga memaparkan demikian. "Astungkara, upacara berjalan lancar, walau hanya sedikit mendung," kata Suara.
Setelah berakhirnya upacara parisudha bumi, katanya, otomatis larangan mendaki sejak 3 Januari lalu, berakhir. Wisatawan dan warga lokal yang memiliki hobi sebagai pencinta alam, boleh melakukan pendakian, asalkan didampingi pemandu wisata, agar tidak ada kendala selama di perjalanan.
Upacara parisudha bumi dilaksanakan katanya, karena di jalur pendakian di Gunung Agung sempat cuntaka, sehingga perlu upacara pembersihan, agar semesta suci kembali.7k16
1
Komentar