Tiga Monumen Perjuangan Ditata Tahun Ini
Sebanyak tiga monumen perjuangan di Buleleng, akan ditata tahun ini juga.
SINGARAJA, NusaBali
Tiga monumen perjuangan itu adalah Monumen Perjuangan Gitgit di wilayah Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Monumen Perjuangan Selat Gintungan, di Desa Selat Kecamatan Sukasada, serta Monumen Perjuangan Patas, Kecamatan Gerokgak.
Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang mengatakan, ketiga monumen perjuangan itu sudah berdiri cukup lama. Namun masih ada beberapa kendala dalam perawatannya. Terutama pada Monumen Perjuangan Selat Gintungan dan Monumen Perjuangan Patas.
Menurut Gede Komang, Monumen Perjuangan Gitgit sudah klir dari urusan lahan maupun aset. Rencananya monumen itu akan ditata lebih cantik lagi, sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Selama ini Monumen Perjuangan Gitgit juga sudah menjadi lokasi transit bagi pengendara yang lelah saat melintasi Jalan Raya Denpasar-Singaraja.
Sedangkan Monumen Perjuangan Selat Gintungan berada di Desa Selat, Kecamatan Sukasada. Monumen ini mengenang kisah perjuangan Mayor Metra. Keluarga besar Mayor Metra kini merelakan lahan seluas enam are kepada Pemkab Buleleng. Lahan itu khusus digunakan untuk monumen perjuangan saja.
“Lahan sekitar enam are ini yang nanti kami ukur, kami urus penyertifikatannya. Selama ini monument itu memang berdiri di atas lahan milik keluarga besar Mayor Metra. Sekarang sebagian lahannya diserahkan kepada pemerintah. Selanjutnya akan kami tata juga monumen perjuangan itu,” kata Gede Komang.
Terakhir adalah Monumen Perjuangan Patas. Monumen perjuangan ini sebenarnya sudah berdiri sejak lama. Hanya saja terkesan terbengkalai karena permasalahan lahan. Selama ini pemerintah tak bisa mengurus monumen itu, karena monument berdiri di atas lahan pribadi. Alhasil pemerintah memutuskan membeli lahan itu.
Rencananya pembelian lahan akan dilakukan pada tahun ini juga. Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp 150 juta untuk membeli lahan seluas enam are itu. “Lahannya milik pribadi. Makanya kami lakukan pembebasan lahan dulu. Kalau sudah klir status lahannya, segera kami tata monumennya,” demikian Gede Komang.*k23
Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang mengatakan, ketiga monumen perjuangan itu sudah berdiri cukup lama. Namun masih ada beberapa kendala dalam perawatannya. Terutama pada Monumen Perjuangan Selat Gintungan dan Monumen Perjuangan Patas.
Menurut Gede Komang, Monumen Perjuangan Gitgit sudah klir dari urusan lahan maupun aset. Rencananya monumen itu akan ditata lebih cantik lagi, sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Selama ini Monumen Perjuangan Gitgit juga sudah menjadi lokasi transit bagi pengendara yang lelah saat melintasi Jalan Raya Denpasar-Singaraja.
Sedangkan Monumen Perjuangan Selat Gintungan berada di Desa Selat, Kecamatan Sukasada. Monumen ini mengenang kisah perjuangan Mayor Metra. Keluarga besar Mayor Metra kini merelakan lahan seluas enam are kepada Pemkab Buleleng. Lahan itu khusus digunakan untuk monumen perjuangan saja.
“Lahan sekitar enam are ini yang nanti kami ukur, kami urus penyertifikatannya. Selama ini monument itu memang berdiri di atas lahan milik keluarga besar Mayor Metra. Sekarang sebagian lahannya diserahkan kepada pemerintah. Selanjutnya akan kami tata juga monumen perjuangan itu,” kata Gede Komang.
Terakhir adalah Monumen Perjuangan Patas. Monumen perjuangan ini sebenarnya sudah berdiri sejak lama. Hanya saja terkesan terbengkalai karena permasalahan lahan. Selama ini pemerintah tak bisa mengurus monumen itu, karena monument berdiri di atas lahan pribadi. Alhasil pemerintah memutuskan membeli lahan itu.
Rencananya pembelian lahan akan dilakukan pada tahun ini juga. Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp 150 juta untuk membeli lahan seluas enam are itu. “Lahannya milik pribadi. Makanya kami lakukan pembebasan lahan dulu. Kalau sudah klir status lahannya, segera kami tata monumennya,” demikian Gede Komang.*k23
Komentar