nusabali

ST Pare Anom Karangasem Angkat 'Sura Butha Antaka' Lewat Ogoh-Ogoh Ramah Lingkungan

  • www.nusabali.com-st-pare-anom-karangasem-angkat-sura-butha-antaka-lewat-ogoh-ogoh-ramah-lingkungan
  • www.nusabali.com-st-pare-anom-karangasem-angkat-sura-butha-antaka-lewat-ogoh-ogoh-ramah-lingkungan

AMLAPURA, NusaBali.com – Sekaa Teruna (ST) Pare Anom Banjar Pekandelan, Kabupaten Karangasem, menyambut Tahun Baru Caka 1947 dengan penuh semangat. Tahun ini, mereka menampilkan Ogoh-Ogoh bertemakan cerita Ramayana, dengan judul "Sura Butha Antaka," yang mengangkat pertempuran antara Asura Sura Butha, anak Rahwana berwujud buaya raksasa, dan Hanoman.

Ketua ST Pare Anom, I Putu Ngurah Sudiartawan (29), menjelaskan bahwa pembuatan Ogoh-Ogoh dimulai pada Desember 2024 dengan tahapan awal seperti nuasen (ritual awal) dan pembuatan kerangka. 

Pada tahun ini, mereka menggunakan anggaran sebesar Rp16 juta. “Kami memanfaatkan bahan-bahan bekas atau ramah lingkungan, seperti koran, kardus, bambu, dan clay. Ini bukan hanya tentang pembuatan Ogoh-Ogoh, tetapi juga momen kebersamaan dan euforia yang ditunggu setiap tahun,” ujarnya pada Sabtu (11/1/2025).


Fokus pada Kebersamaan dan Kreativitas

Menurut Sudiartawan, pembuatan Ogoh-Ogoh ini bukan hanya soal perlombaan, tetapi juga mempererat solidaritas antar anggota ST yang berlokasi di Jalan Sultan Agung, Desa Adat Karangasem. 

“Karya ini menjadi pengingat pentingnya kebersamaan, terutama setelah pandemi COVID-19, di mana kehidupan dan kegiatan sempat terhenti. Harapan kami adalah agar setiap pemuda dan pemudi semakin kompak dari proses awal hingga akhir,” ungkapnya.

Meski belum pernah mengikuti perlombaan di tingkat kabupaten, ST Pare Anom berkomitmen menampilkan karya terbaik. “Jika ada lomba di wilayah Karangasem, kami siap ikut berpartisipasi,” katanya.

Sudiartawan juga menyoroti perkembangan Ogoh-Ogoh di Karangasem yang semakin pesat berkat kemunculan seniman-seniman muda berbakat. Namun, ia menilai minimnya perhatian dan event dari pemerintah menjadi hambatan. “Kami berharap pemerintah dapat mendukung melalui bantuan dana dan mengadakan lebih banyak acara, seperti yang rutin diadakan di Denpasar. Ini juga akan menarik perhatian wisatawan lokal dan internasional ke Karangasem,” tambahnya.

Dalam karya tahun ini, ST Pare Anom menampilkan dua tokoh utama dan, jika memungkinkan, menambah karakter kecil berbentuk diorama untuk menyesuaikan konsep. Mereka menggunakan bahan ramah lingkungan, seperti ulatan bambu, untuk menggantikan bahan seperti gabus yang dulu populer.

“Penggunaan bahan ramah lingkungan sebenarnya telah kembali populer dalam 10 tahun terakhir. Kendati lebih rumit, terutama dalam membentuk anatomi agar proporsinya nyata, kami merasa ini menjadi ciri khas yang memberikan nilai tambah bagi karya seni Ogoh-Ogoh kami,” tutur Sudiartawan.

ST Pare Anom berharap Ogoh-Ogoh karya mereka dapat menjadi daya tarik budaya sekaligus mendukung pariwisata Karangasem. “Kami ingin menciptakan ikon yang mempererat kebersamaan, meningkatkan kreativitas, dan tentunya menarik perhatian. Semoga pemerintah dan berbagai pihak juga dapat memberikan perhatian lebih untuk kemajuan seni dan tradisi di Karangasem,” pungkas Sudiartawan.

Dengan menggunakan bahan ramah lingkungan dan mengangkat cerita klasik Ramayana, Ogoh-Ogoh karya ST Pare Anom menjadi representasi inovasi seni dan kepedulian lingkungan yang patut diapresiasi.*m03

Komentar