nusabali

Menelusuri Jejak Niskala Pura Taman Kresek di Banjar Gerenceng, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar (2-Habis)

Gua Pohon Kresek Dipercayai Sebagai Tempat Pertemuan Niskala

  • www.nusabali.com-menelusuri-jejak-niskala-pura-taman-kresek-di-banjar-gerenceng-desa-pemecutan-kaja-denpasar-2-habis

Pohon kresek sampai sekarang tidak ada yang berani mengusik, termasuk ketika Pemkot Denpasar melakukan penataan bantaran Tukad Badung tahun 2017 silam

DENPASAR, NusaBali
Di luar Pura Taman Kresek di Banjar Gerenceng, Desa Pemecutan Kaja, Desa Adat Denpasar, tepatnya di sisi utara pura terdapat pohon kresek raksasa yang tumbuh di bantaran Tukad Badung. Pohon ini memiliki gua yang dipercaya sebagai tempat pertemuan niskala.

Pengguna jalan yang biasa melewati Jalan Sutomo Gang X dan Gang Taman Beji Kresek dari Jalan Gajah Mada, tentu tidak asing dengan pohon yang menaungi sebuah pura tepat di tikungan pertemuan kedua akses jalan. Lingkungan sekitarnya juga dikenal keramat oleh warga setempat, terlebih yang melintas di malam hari.  Di bawah pohon kresek ini terdapat lubang menyerupai gua mungil yang dibentuk akar pohon. Lubang gua menghadap ke timur atau ke arah aliran Tukad Badung. Pamangku Pura Taman Kresek, Jero Mangku Ketut Suanda,72, mengungkapkan bahwa gua pohon kresek ini adalah tempat pertemuan bhatara-bhatari di pura dan penunggu pohon. 

Sumur suci di Pura Taman Kresek. –NGURAH RATNADI 

“Seperti kita-kita yang rapat jika ada sesuatu dibahas. Yang bertemu di sini, Ida Ratu Nyoman Sakti, Ida Ratu Niang Sakti, Ida Ratu Bagus Rambut Siwi dengan yang berstana di pohon kresek, Ida Ratu Gek Mas, Ida Ratu Gede Mas Macaling Dalem Ped, dan Naga Basuki,” ungkap Mangku Suanda saat ditemui di lokasi, bertepatan Purnama Sasih Kapitu, Selasa (14/1) lalu. Konon, arus Tukad Badung yang mengalir di depan gua terdapat pusaran air yang dapat dipakai melukat. Pusaran air sungai ini pernah dipakai melukat Mangku Suanda sebelum diangkat menjadi pamangku pura seperti sekarang ini. Untuk diketahui, ia menjadi pamangku mulai tahun 1996. 

Sayangnya, dengan kondisi sungai yang tercemar sampah dan kotor seperti sekarang, Mangku Suanda sudah lama tidak menemukan pusaran air yang dimaksud. Sehingga, pamedek yang datang melukat di hadapan gua menggunakan bungkak nyuh gading. Berbeda dengan melukat di tempat lain, panglukatan yang dimohonkan dari palinggih di gua kresek ini tidak monoton. Panglukatan dilakukan sesuai kebutuhan per pamedek yang memerlukan pembersihan dari sisi-sisi tertentu seperti masalah kesehatan, keturunan, bisnis, dan lain-lain. 

Suasana Pura Taman Kresek Gerenceng yang dinaungi pohon kresek bertuah. –NGURAH RATNADI 

Perbedaan pola ini, kata Mangku Suanda, berasal dari wangsit yang diterima dari niskala melalui prosesi memohon air suci panglukatan di hadapan palinggih di gua kresek. “Biasanya ada perintah, diminum berapa kali, dibasuh ke wajah berapa kali, setiap orang beda-beda,” imbuh Mangku Suanda. Selain melukat, palinggih di gua kresek yang juga jadi stana Ida Ratu Gek Mas ini pun menganugerahkan tamba (obat). Mangku Suanda pernah memohon tamba untuk kerabatnya yang sedang opname. Setelah diberikan tamba tersebut, sehari kemudian sudah bisa kembali pulang. 

Akan tetapi, segala sesuatunya kembali pada garisan takdir masing-masing individu. Sebagaimana diketahui, palinggih di dalam gua kresek juga stana Ida Ratu Gede Mas Macaling Dalem Ped. Mangku Suanda mengaku, beberapa kali pernah menerima ‘alamat’ ajal pamedek. Contoh kisahnya pun tidak jauh yakni kerabat yang sempat sembuh dengan tamba yang sebelumnya dimohonkan di palinggih yang sama. Kata mantan Kelian Tempekan Gerenceng, Banjar Adat Gerenceng ini, penyakit yang diderita kerabatnya itu kambuh. 

“Kambuh. Saya berdoa dan mohonkan saya punya kakak, terus saya dapat alamat, ada (almarhum) suaminya yang mengikuti saat saya akan menghaturkan bantennya. Benar, beliau lantas meninggal,” beber Mangku Suanda. Hal yang sama juga dialami Mangku Suanda ketika melayani pamedek yang sedang sakit. Ketika hendak diajak sembahyang ke palinggih di gua kresek, orangtua pamedek yang sudah almarhum tampak. Tidak lama kemudian, pamedek itu menyusul orangtuanya. 

Namun, Mangku Suanda tidak lantas mengklaim hal itu kepada pamedek. Tamba yang dimohonkan tetap diberikan, selanjutnya berserah pada keputusan pamedek itu dan karma yang telah dibawa masing-masing individu begitu mereka lahir ke dunia. “Saya hanya perantara Beliau, kalau saya tidak diberi tahu, saya tidak bisa menerima tanda apa-apa. Di suatu waktu, pertanda itu bisa disampaikan melalui saya yang raganya dipinjam Beliau,” tegas Mangku Suanda yang kediamannya kurang dari 100 meter dari Pura Taman Kresek ini. 

Mangku Suanda menuturkan, pohon kresek ini sampai sekarang tidak ada yang berani mengusik. Termasuk ketika Pemerintah Kota Denpasar melakukan penataan bantaran Tukad Badung tahun 2017 silam. Dalam proses penataan itu, Mangku Suanda sempat dimintai izin untuk menebang pohon kresek tersebut. Namun, hal itu tidak jadi dilakukan lantaran tidak ada yang berani memulai. Pamangku yang masih bugar di usia kepala tujuh ini juga tidak berani merompes pohon kresek yang ia sucikan ini. Mangku Suanda percaya, semasih pohon ini kokoh berdiri di bantaran Tukad Badung, itu jadi pertanda tuannya masih menjaga pohon kresek raksasa ini. 7 ol1

Komentar