Puluhan Krama Dauh Puri Kauh Mabayuh Sapuh Leger
DENPASAR, NusaBali - Hari Suci Tumpek Wayang jadi momen istimewa bagi krama Hindu di Bali. Sebanyak 38 Krama Desa Dauh Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Barat yang lahir saat Wuku Wayang mengikuti upacara pabayuhan Sapuh Leger di Pura Dalem Tegeh Gumi, Desa Dauh Puri Kauh, pada Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu (18/1).
Krama Hindu mempercayai bahwa Wuku Wayang adalah hari kelahiran Bhatara Kala. Orang yang lahir di wuku ke-27 ini diyakini dipengaruhi energi negatif kelahiran Kala dan rentan bertemu kemalangan, sehingga harus dinetralisir dengan upacara Sapuh Leger.
Perbekel Dauh Puri Kauh, Anak Agung Made Suandhi mengatakan, pabayuhan Sapuh Leger ini secara khusus hanya diikuti warga ber-KTP Denpasar yang merupakan warga Desa Dauh Puri Kauh. Sebab, gelaran upacara Sapu Leger secara massal kemarin memang diselenggarakan atas aspirasi warga desa. Tujuannya untuk meringan beban biaya dalam pelaksanaan upacara Pabayuhan Sapuh Leger. “Ada 38 peserta, semuanya warga kami, dan biaya penyelenggaraannya sepenuhnya ditanggung APBDes. Warga kami tidak dipungut biaya sepeser pun,” ujar Suandhi ditemui di sela-sela upacara di Pura Dalem Tegeh Gumi.
Meski diselenggarakan secara massal, peserta pabayuhan Sapuh Leger di Desa Dauh Puri Kauh ini memang tergolong sedikit. Sebab, tidak diselingi dengan pabayuhan oton madurgama atau hari kelahiran melik di dalam gelaran upacara yang sama. “Jumlah peserta ini sudah sesuai harapan kami karena kan hanya untuk yang lahir di Wuku Wayang,” ujar Suandhi.
Perbekel Suandhi berharap, program Pemerintah Desa Dauh Puri Kauh ini mampu meringankan beban pelaksanaan upacara warga Hindu di desa setempat. Sebab, menggelar upacara secara mandiri di ibukota memiliki beban biaya dan tenaga tinggi dibandingkan digelar bersama-sama atau secara massal.
Sementara itu, Kelian Pura Dalem Tegeh Gumi, Wayan Cika, 56, menuturkan bahwa pabayuhan Sapuh Leger digelar di pura karena pabayuhan dilanjutkan dengan upacara majaya-jaya. Setelah peserta diruwat dalang Sapuh Leger, mereka baru diizinkan memasuki utama mandala. “Ruwatan dari dalang Sapuh Leger itu kan pembersihan mala (kekotoran). Setelah bersih, baru kami hadapkan kepada Ida Bhatara-Bhatari di Pura Dalem untuk memohon restu dan anugerah,” ungkap Cika yang juga salah satu pamangku pura tersebut.
Dengan majaya-jaya ini, Mangku Cika berharap peserta pabayuhan Sapuh Leger dapat menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. “Bisa mengendalikan diri dan meredam pengaruh energi negatif Wuku Wayang,” tegas Cika.n ol1
1
Komentar