Wamenpar Apresiasi Inisiatif Desa Padangtegal dalam Pengolahan Sampah Berbasis Kompos
Pariwisata Berkelanjutan Bali
Rumah Kompos Desa Padangtegal
Desa Wisata Taro Gianyar
Lembu Putih Bali
Konservasi Bambu Petung
Pengolahan Sampah Berbasis Kompos
Monkey Forest Ubud
Wisata Budaya Bali
GIANYAR, NusaBali,com - Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa memberikan apresiasi kepada warga Desa Adat Padangtegal, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, atas komitmen mereka dalam mengolah sampah lingkungan menjadi pupuk kompos. Upaya ini disebut sebagai langkah nyata menuju pariwisata berkelanjutan.
Saat mengunjungi Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal di kawasan Monkey Forest, Ubud, Sabtu (18/1/2025), Ni Luh Puspa menyampaikan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
“Kesadaran masyarakat Desa Padangtegal dalam mengolah sampah menjadi kompos ini merupakan upaya nyata mewujudkan pariwisata berkelanjutan,” ujar Wamenpar.
Ia menjelaskan, sistem pengolahan sampah di Rumah Kompos ini tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga memberikan manfaat langsung pada sektor pertanian warga. Dalam model ini, Desa Adat Padangtegal bahkan memberikan subsidi pengelolaan sampah kepada warganya, kecuali jika kuota sampah melewati batas yang telah ditentukan.
Pengelolaan Rumah Kompos Sejak 2012
Menurut pengelola Rumah Kompos, Ni Wayan Anggie Giovanda, pengolahan sampah di Desa Padangtegal sudah berjalan sejak Februari 2012. Sampah-sampah yang dikelola berasal dari berbagai sumber, termasuk Monkey Forest.
“Pengelolaan sampahnya dimulai dari sumber. Jadi, masyarakat sudah harus memilah sampah dari awal, dan kami mengolahnya di sini dengan bertanggung jawab,” jelas Anggie.
Selain pengolahan sampah, Wamenpar juga berkesempatan meninjau suasana Monkey Forest sebagai salah satu destinasi utama di Desa Adat Padangtegal.
Setelah dari Monkey Forest, Wamenpar Ni Luh Puspa melanjutkan kunjungannya ke Desa Wisata Taro, Gianyar, didampingi Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata Florida Pardosi, dan Direktur Poltekpar Bali Ida Bagus Putu Puja.
Di Desa Wisata Taro, Wamenpar melihat berbagai potensi lokal, termasuk kerajinan perak dan keris, konservasi bambu petung, serta terasering Semara Ratih. Salah satu daya tarik utama di sana adalah konservasi Lembu Putih yang berjumlah 56 ekor dan dianggap sakral oleh masyarakat setempat.
Kunjungan ini menggambarkan dukungan pemerintah dalam mempromosikan praktik-praktik pariwisata berbasis keberlanjutan. Ni Luh Puspa berharap langkah seperti pengolahan sampah dan pelestarian adat dapat menjadi inspirasi bagi wilayah lainnya di Bali.
Komentar